Part 20

2K 181 49
                                    

06.04 Wib

Rangkaian bunga mawar putih di taruh di atas gundukan tanah dengan nisan yang bertuliskan Herman Darwis dan Natasya Darwis. Mawar putih adalah bunga kesukaan pasangan ini semasa mereka masih hidup.

"Hai mah...pah...Prilly datang" ucap seorang gadis dengan pakean kerjanya, berlutut di depan nisan tersebut.

"Maaf. Prilly baru sempat datang, mamah sama papah apa kabar?" Tanya Prilly sabil tersenyum.

Prilly menyentuh Nisan mamah dan papahnya bergantian. Setelahnya, ia memanjatkan doa untuk kedua orang yang paling di rindukannya itu.

Pagi tadi ia sengaja berangkat lebih cepat karena ingin pergi ke makam kedua orang tuanya terlebih dahulu sebelum ke kantor. Entah kenapa, matanya sejak semalam tidak mau di pejamkan. Hati Prilly terasa begitu kosong sejak semalam. Ia ingin menceritakan kegundahannya kepada orang tuanya, walaupun hanya bisa bercerita di depan pusara mereka saja. 

Kakaknya Bima, sedang berada di Surabaya untuk mempersiapkan foto preweddingnya dengan Dena.

Setelah dirasa cukup tenang dan lega, Prilly melihat jam di pergelangan tangan dan memastikan ia tidak akan terlambat sampai di kantor. Diusapnya lagi nisan Mamahnya dan berjanji akan datang kembali sesegera mungkin.

Di kantor semua teman- temannya sudah datang terlebih dulu dan mereka menggodai Meta sampai pipi sahabatnya ini memerah. Tidak tau harus bersikap bagaimana, Prilly langsung duduk di meja kerjanya dan menyalakan komputer. Ia mencoba menulikan pendengarannya dari suara teman- teman yang mengatakan jika Meta dan Aligavi begitu cocok dan sangat serasi.

Karena merasa Prilly sejak datang tidak menimpali apapun candaan dan godaan mereka tentang Meta. Naya mendekat dan bersandar di samping meja komputer Prilly.

"Yaelah... tu muka makin kusut aja kaya ngak di setrika pag- pagi2"

Prilly hanya tersenyum kecil menanggapi Naya. Rasanya hari ini ia malas sekali untuk mengeluarkan suara.

"Lo sakit? Muka lo pucet banget tau ngak?" Kata Naya memperhatikan wajah Prilly lebih seksama.

"Prill, lo gak papa kan?" Tanya naya panik.

"Gak papa, gue cuma agak pusing karena kurang tidur" jawab Prilly menatap Naya.

"Beneran?" Ucap Naya memastikan. Dan Prilly mengangguk.

"Ok! Gue percaya, tapi lo istirahat nanti harus ke klinik. Gue anter. Ngak ada bantahan!" Kata Naya memaksa. Dan kembali ke mejanya.

Mereka semua bekerja dengan Profesional, setelah jam menunjukkan pukul 08.00 Wib, tak ada lagi obrolan maupun gosip. Mereka semua bekerja dengan serius.

"Prilly.. di minta ke ruang meeting sekarang" ucap pak Ibram yang masuk ke ruangan team 6 tiba- tiba.

Tanpa jawaban Prilly langsung beranjak dari kursinya dan mengikuti pak Ibram ke ruang meeting, disana ia bertemu dengan teman-teman dari team Desain lain untuk mempersiapkan pameran yang senin depan akan dia wakili sebagai ketua team penyelenggaranya. Karena ini adalah pengalaman pertamanya, Prilly akan melakukan dengan persiapan semaksimal mungkin.

Saat membahas strategi apa yang akan ia keluarkan untuk menarik minat pasar besok, Prilly baru mengingat kalau ia juga akan pergi dengan Aligavi. Ia mendapatkan tugas untuk menjadi asisten Aligavi saat pertemuan dengan Mr.Douglas, kenapa ia bisa lupa?. Lalu apa bisa ia nanti bekerja dengan Ali dengan suasana hati seperti ini? Tidak- tidak, sebagai Karyawan yang baik, ia tidak akan mencampur adukkan urusan pribadi dengan pekerjaan. Lagian dia dan Ali tidak terikat hubungan apapun, hanya sebatas Bos dan Karyawan. Dia tidak mau salah tanggap dan terlalu percaya diri. Belajar dari pengalamannya yang kemarin.

Senja dan cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang