~Definitely Dear~
"Anda sudah tahu pertemuan dengan perusahaan Jepang dimajukan kan? Jadi anda harus kembali setidaknya dua puluh menit dari sekarang! Itu harus!" kata Nayeon memperingatkan, ketika Chanyeol mulai beranjak keluar dari ruangan kerjanya.
Pria itu pergi, menyisakan Nayeon seorang diri yang tak henti menatap punggungnya frustasi. Tidak sekali, sudah jadi kebiasaan akhir-akhir ini bagi Chanyeol untuk meninggalkan kantor secara tiba-tiba, menyerahkan dan mempercayakan semua urusan pekerjaannya pada Nayeon, sepupu sekaligus sekretaris yang memang paling bisa diandalkannya.
Tapi tetap saja, bukannya apa, Nayeon hanya mencemaskan perusahaan ini. Chanyeol sebagai pemimpin harusnya bisa menjadi contoh yang baik bagi para pegawainya, namun belakangan ini ia sering meninggalkan rapat-rapat penting dan bahkan bisa seenaknya saja membatalkan kontrak kerja yang telah mereka susun semantap mungkin.
Tentu Nayeon cemas, memikirkan lambat laun nasibnya dan perusahaan ini akan jadi seperti apa.
Namun beda halnya pemikiran pria itu, ia terlihat santai, Chanyeol tetap melanjutkan langkahnya tak menghiraukan Nayeon yang sudah bisa ditebak memandanginya penuh kekesalan.
Chanyeol mempercepat langkah kakinya menuju tempat dimana mobilnya terparkir. Ia mengeluarkan mobilnya itu segera dan melajukannya dengan kencang. Beberapa saat yang lalu, Jisoo menelfon. Kekasihnya itu sudah menyelesaikan perawatan dan diizinkan pulang siang ini, dan sesuai permintaan Jisoo, ia akan menjemputnya.
Setelah beberapa saat, Chanyeol tiba di rumah sakit tempat Jisoo dirawat. Chanyeol tidak keluar, ia hanya menunggu Jisoo dari dalam mobilnya, karena ia juga sedikit khawatir jika ada Rose, atau mungkin kenalan Rose yang melihatnya. Ya, memang benar. Chanyeol sudah tau kalau istrinya itu bekerja disini.
Sesekali Chanyeol melirik ke arah koridor rumah sakit, ia mencari keberadaan Jisoo. Namun nihil, ia sama sekali tidak melihat dimana kekasihnya itu.
Lama menunggu, pada akhirnya Chanyeol memutuskan untuk keluar dan bersandar pada mobilnya. Tak henti ia memperhatikan sekeliling, mencari keberadaan Jisoo yang katanya sudah menunggu dirinya. Tapi apa ini? Malah sebaliknya, ia yang menunggu.
Chanyeol mengambil ponselnya, sebaiknya ia menelfon Jisoo. Ia mengutak-atik benda pipih itu dengan satu tangannya, ternyata ada beberapa pesan dari Jisoo yang belum sempat ia baca. Ia segera membuka pesan itu.
Aku pulang bersama Lisa. Dia menjemputku tadi, aku tidak nyaman jika menolaknya.
Mianhae.
Tadi kau bilang ada meeting pagi ini kan? Jadi tidak perlu menjemput ku ya.
Chanyeol perlahan mengusap wajahnya. Demi Jisoo ia rela melewatkan pertemuan penting bersama kolega Jepangnya pagi ini, sudah dipastikan kalau proyek kerja sama yang mereka jalin kali ini menguntungkan perusahaannya. Tapi sekarang? Lupakan itu, Chanyeol mengeraskan rahangnya. Ia kesal, tentu saja.
"Chan..kau disini?" Ia seketika menoleh ketika menyadari namanya dipanggil, seorang wanita cantik dengan jubah Dokternya itu tengah berjalan ke arahnya, dan menyadari itu Chanyeol juga berlari kecil mendekati wanita itu.
"Rose?"
Rose mengangguk sambil tersenyum agak canggung.
"Rose-ah, soal malam itu--maafkan aku"
Rose menatap Chanyeol, seperti dugaannya Chanyeol pasti akan mengungkit masalah itu lagi. "Aku tidak ingin membahasnya," jawab Rose singkat, wajahnya langsung ia tundukkan, karena--sungguh memalukan jika mengingat hal 'itu', bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Definitely Dear ✔
FanfictionNyatanya, tak ada satupun orang di dunia ini yang dapat menebak masa depan, kan? Siapa yang tau kalau mereka yang menikah atas dasar kesepakatan itu saling mencinta? Dan tentunya ini bukanlah masalah. Tapi bagaimana jika masa lalu keduanya ikut berm...