10 : kecelakaan

611 79 1
                                    

~Definitely Dear~

Matanya memandang tiap bangunan yang dilewatinya, sudah lama sekali rasanya ia tidak melihat jalanan sekitar sini.

Rose terus melangkah pelan dengan pandangan yang menelisik ke sekeliling, hingga ia berhenti di depan sebuah rumah yang nampak kuno, ukurannya sedang, tidak terlalu besar maupun terlalu kecil, interiornya yang terbuat dari kayu sangat khas sekali menggambarkan rumah seperti apa ini.

Seketika ia mengingat, masa-masa kecilnya saat tinggal disini dulu--bersama orang tuanya.

Rose menyunggingkan senyumnya, setelah menikah dengan Chanyeol, ia memang tidak tinggal disini lagi. Ia tinggal bersama Chanyeol dan Sohyun di rumah keluarga besar Park. Dan lihatlah sekarang, bangunan tua ini nampak asing sekali. Soobin juga lebih memilih tinggal di asrama sekolahnya dibanding rumah ini, karena memang jarak ke sekolahnya cukup menyita waktu.

Ah iya, Soobin. Itu adalah adiknya--Choi Soobin.

Soobin itu adik angkatnya yang sudah ia besarkan hampir tujuh tahun lamanya.

Berbicara tentang Soobin mengingatkannya pada kenangan tujuh tahun yang lalu, ketika Rose menjadi relawan kesehatan di sebuah panti asuhan di Incheon, dari kegiatan amal inilah Rose untuk pertama kalinya bertemu Soobin, bocah 12 tahun yang bernasib sama dengan dirinya, ditinggal kedua orang tua dan harus berjuang hidup sendiri. Itu yang membuat keinginan Rose semakin besar untuk membesarkannya, dan memang benar, Soobin tumbuh menjadi remaja yang cerdas atas didikannya, segudang prestasi banyak ia torehkan, ia sangat baik dan aktif di berbagai kegiatan, tak jarang ia juga sering ikut menjadi relawan bersama Rose dan teman-teman medisnya.

Rose melangkahkan kakinya memasuki area rumah ini, ia mendapati Soobin yang nampak baru saja memutus sambungan telfonnya.

"Ah, nuna kau akhirnya datang," sapa Soobin seraya sedikit menunduk.

"Siapa yang menelfon?" tanya Rose.

"Hyung."

Rose mengangkat sebelah alisnya, tak luput ia menatap bingung ke arah Soobin. "Hyung? Siapa?"

"Jimin hyung."

"Mwo? Ada keperluan apa dia menelfonmu?" Rose tersentak kaget, perasaannya juga mulai tidak nyaman, rupanya Jimin bukan hanya datang menemuinya saja, tapi juga mulai mengusik Soobin, yang sama sekali tidak mengetahui permasalahannya.

"Entahlah nuna, Jimin hyung sangat aneh, bukankah dia hilang kontak selama ini? Dan kenapa tiba-tiba menelfon ku, entah darimana dia bisa menemukan nomor ponselku yang baru, ah apa dia juga menelfon nuna?"

Rose menggeleng. "Apa yang dikatakannya tadi?"

"Dia menanyakan kabarku."

"Itu saja?"

Soobin nampak berfikir sejenak. "Dia juga ingin tahu letak kantor Chanyeol hyung."

Rose menoleh seketika, "K-kau tidak memberitahunya kan?"

"Aku memberitahunya."

Matanya memicing, tumpuan di kakinya serasa hilang keseimbangan, detik itu juga Rose hempaskan tubuhnya di rerumputan. Membiarkan Soobin yang memandangnya heran. "Nuna!?, kau baik-baik saja? Ada apa sebenarnya?!"

"Bukan apa-apa eohh! Kenapa kau bilang arghh!!" Rose mendengus kesal, ingin sekali rasanya memarahi Soobin. Tapi sudahlah, adiknya ini sama sekali tidak ada sangkut paut dengan masalahnya.

"Apa yang kulakukan tadi salah? Bukankah nuna sendiri yang mengajariku untuk selalu jujur pada siapapun?!"

"Yaa~! Siapa yang menyalahkan mu! Hanya saja-" Rose menghela nafas dan memijit pelipisnya yang mulai terasa sakit. Bagaimana lagi jika sudah seperti ini?

"Soobin-ah, jaga dirimu ya, aku akan kesini lagi nanti."

"Nunaaa!! Baru saja datang, kau akan kemana lagi!" Soobin berteriak kesal pada Rose yang meninggalkannya, ia juga merasa sedikit heran dengan sikap kakaknya itu hari ini. Sebenarnya apa yang terjadi?

_____

Rose mendudukkan dirinya pada kursi panjang disebuah halte bus. Seketika ia bangkit dari kursi itu ketika menyadari ada sebuah taksi yang lewat, Rose melambaikan tangannya, berharap taksi ini berhenti dan membawanya sekarang. Namun nihil, ini yang kesekian kalinya ia tak mendapat tumpangan.

"Argghhh sial," pekik Rose yang kesal, ia kembali duduk pada kursi halte, pandangannya tak lepas dari padatnya lalu lintas disini, semua orang memakai mobil pribadi. Cih, pantas saja jalanan menjadi sangat padat dan taksi pun sudah jarang ditemukan.

Ia melirik jam tangannya, terus saja menghitung waktu sedari tadi. Keterlambatannya bisa saja berakibat fatal, Jimin memang tidak pernah main-main dengan semua ucapannya, bagaimana jika ia benar-benar menemui Chanyeol? Gila memang. Please, Rose hanya terus memohon pada Tuhan agar itu tidak pernah terjadi.

DARRRRRR!!!

Suara nyaring dari ledakan yang begitu besar terdengar menggema, Rose sontak menoleh ke tempat suara itu berasal. Asap yang dihasilkannya mengepul dan menghitam, puluhan orang lantas berlarian ke arah kecelakaan itu terjadi.

Termasuk Rose sendiri, ia tersentak akan situasi yang sangat mencekam ini.

Tabrakan hebat antar dua mobil yang baru saja terjadi berhasil membuat arus lalu lintas disini terhenti, bisa dilihat jejeran mobil dan motor terparkir panjang, macet dan padat sekali. Riuh bunyi klakson yang ditekan secara bersamaan juga memperburuk keadaan, ditambah banyaknya orang yang berkerumun ditengah usaha petugas medis dan polisi yang berusaha menyelamatkan korban yang terjebak di dalam mobilnya.

Sebagai seorang yang berkecimpung dalam dunia kesehatan, tentu sangat tidak bisa membiarkan kejadian ini, Rose sontak ikut berlari ke tempat kecelakaan itu dan secepatnya menghubungi ambulan, serta menghubungi pihak rumah sakitnya untuk segera mempersiapkan penanganan.


_____


Helaan nafas berat keluar dari mulutnya seraya menutup layar laptop. Chanyeol kembali menempelkan dahinya pada permukaan meja, seharian ini ia hanya duduk di depan laptop, mengutak-atik keyboard benda elektronik itu dan sesekali memeriksa laporan yang dibawa karyawannya.

Chanyeol lelah, ia menyudahi kegiatannya dan memilih memejamkan mata sesaat, dengan tumpuan meja didepannya. Pikirannya tak lepas pada Jisoo, setelah kejadian Jisoo meninggalkannya malam itu, mereka tidak pernah lagi bertukar kabar, ratusan bahkan ribuan kali Chanyeol menelfon, ratusan kali juga panggilan itu diabaikan. Apalagi jika hanya spam chat yang Chanyeol kirimkan, jelas itu juga tidak akan ia baca. Semuanya sia-sia.

Beberapa saat kemudian, ponselnya berdering. Dengan sangat terpaksa Chanyeol melirik ponselnya, senyumnya tiba-tiba saja mengambang, digeser nya ikon hijau pada layar dan segera menempelkan benda pipih itu ketelinganya. "Jisoo-ya aku san-"

"Yeoboseyo? " Suaranya seorang perempuan, tapi jelas itu bukan Jisoo. Chanyeol berdiri seketika, "ini siapa?"

"Mohon maaf sebelumnya, pemilik ponsel ini ada di rumah sakit sekarang, dia korban kecelakaan yang terjadi di dekat persimpangan Seoul, sekitar tiga puluh menit yang lalu."

"....."

TBC!!

CHOI SOOBIN (Txt)

______________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

______________________________________________

Aku balik :)

Tinggalkan jejak 👣 tolong

Definitely Dear  ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang