~Definitely Dear~
Rose membuka keran wastafel dan mencuci tangannya. Ia melihat setengah pantulan tubuhnya di cermin, ia lalu memperhatikan perban kecil yang membungkus puncak jari manisnya. Ia tersenyum.
Semalam Chanyeol bersikeras ingin mengobati lukanya. Padahal itu tidak perlu, lukanya kecil sekali, tidak dalam juga, dalam hitungan hari pun pasti akan segera mengering. Tapi Chanyeol tetap bersikeras dan pada akhirnya perban kecil ini terpasang, mungil sekali.
"Apa kau sengaja memotong jarimu?"
"Ishh!" Rose mendengus kesal pada Jennie disebelahnya. Memangnya wanita seperti apa dia, gila sekali jika sampai melukai diri sendiri demi mendapat sebuah perhatian.
"Baiklah-baiklah, aku hanya bercanda," ujar Jennie yang menyadari ia ditatap maut oleh Rose.
Rose agaknya masih kesal karena Jennie, ia tak berhenti memasang wajah sinisnya dan terus menatap Jennie, sekali-sekali ia ingin mengerjai sahabatnya ini.
"Aish, sudahlah Rose. Ekspresi itu tidak cocok terpasang diwajahmu." Jennie mematikan keran airnya lalu merangkul pundak Rose. Mereka kemudian keluar bersamaan dari toilet ini. Berjalan pelan mengitari koridor sambil berbincang-bincang selama perjalanan mereka.
"Jen, kau ada jadwal operasi setelah ini?"
Jennie menggeleng. "Tidak."
"Bagus."
"Apanya yang bagus?" Jennie mengangkat sebelah alisnya menatap Rose.
"Ya bagus saja." Rose menyeringai.
"Ck, dasar tidak jelas."
Rose tertawa setelahnya, entah karena apa ia senang jika seperti ini. Mengingatkannya akan masa-masa remajanya bersama Jennie dulu, masa-masa kuliah juga. Ah itu semua begitu menyenangkan, sulit untuk dilupakan.
"Jen, kau mengajakku ke sebuah resto beberapa hari yang lalu kan? Bagaimana jika kita kesana?" ajaknya.
Jennie terlihat berfikir beberapa saat "Ah iya, aku bahkan hampir melupakan itu. Kajja!" Jennie menarik lengan Rose.
"Jangan terlalu bersemangat Jen, kalau tutup bagaimana?" Rose terkekeh kecil.
_____
"Jaraknya dekat kan? Tidak perlu naik mobil. Jalan kaki saja biar lebih sehat," ucap Rose sesaat setelah Jennie menariknya dan mendudukkannya di kursi depan disebelah Jennie.Jennie memasang sabuk pengamannya dan mulai menghidupkan mesin. "Panas Rose, aku tidak ingin kulitku terbakar."
"Cih, yang benar saja. Katakan saja kalau kau itu-"
"Apa?" Jennie memotong ucapannya lalu menatapnya sinis.
"Pamer mobil barumu."
Jennie terkekeh mendengarnya, benar juga, ia memang ingin menunjukkan mobil barunya yang begitu spesial ini.
"Apa sungguh ini hadiah pertunanganmu?! Woah! Benar-benar kaya rupanya Kim Jong-In itu." Jennie mengangguk membenarkan, dan Rose hanya berdecak kagum, sungguh luar biasa memang jika seperti ini.
Jennie tertawa, itu benar. Mana mungkin dia mengatakan, tidak?
Kurang dari sepuluh menit di dalam mobil, mereka akhirnya sampai ketempat tujuan. Jennie memarkirkan mobilnya, dan turun lebih dulu lalu membukakan pintu untuk Rose dan menuntunnya keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Definitely Dear ✔
FanficNyatanya, tak ada satupun orang di dunia ini yang dapat menebak masa depan, kan? Siapa yang tau kalau mereka yang menikah atas dasar kesepakatan itu saling mencinta? Dan tentunya ini bukanlah masalah. Tapi bagaimana jika masa lalu keduanya ikut berm...