👉 Bagian Keempat Belas; Hujan Datang Kembali (COMPLETED)

49 4 0
                                    

Ia membuka jendela dari kamar hotel, tak nampak bulatan matahari seperti yang ia harapkan.mendung hitam yang tak terlalu tebal menjadi penghalang kehangatan yang ia cari kemesraan bersama kekasihnya yang sedang terbaring di kasur seakan perihal yang sukar diceritakan, mungkin sudah bosan. Lalu-lalang di jalanan tampak dari jendela, harapannya ia masih hafal jalan menuju cafe semalam.

Sebelum keluar mencari angin segar, ia tulis pesan singkat di secarik kertas di samping bantal suaminya."aku cari angin sebentar di luar.... Bilqis." Tulisannya.

Keluar hotel berjalan mengikuti arah jalan yang ia ingat. Ia tak nampak sudah bersuami, terlihat sangat muda dengan balutan hijab paris, kaos lengan panjang dan celana. Sesekali matanya menatap ponsel, lalu menyeberang jalan. Terkadang becak yang sedang parkir dan andong yang lewat di depannya memberi penawaran. Ia tetap memilih untuk berjalan hingga ia sampai di halaman dengan pagar berhiaskan bunga dan beberapa pepohonan. Tampak sepi, hanya beberapa mahasiswa sedang menikmati kopi dan bermain main gitar.

Di sana ia tak perlu mencari, di halaman kafe seorang pemuda sedang khusyuk dengan laptopnya. Seperti biasa, rokok dan kopi tak ketinggalan. Dengan senyum yang telah ia persiapkan terlebih dahulu sebelum berangkat lalu mendapatkan pengakuan dari cermin di kamar mandi hotel, ia hampiri pemuda itu.

"Kebiasaan menulis dan berkata-kata tak pernah berubah dari dulu..." Sapanya, ia belum melepas senyum dari tadi. Tiroz mengangkat kepala. Tak ada ekspresi terkejut, semua seperti biasa. Tiroz memberi isyarat ia untuk duduk dengan menggeser satu kursi di sampingnya. Tak ada tanggapan dan tak dianggap kejutan oleh Tiroz. ia hentikan sejenak senyumnya lalu berkata lagi...

"Aku harap kau masih mengingatku ..."

"Seperti yang kau harapkan..."katanya singkat dengan tatapan fokus ke arah laptop. Lalu ia menatap tajam kearah Bilqis "mau pesan apa, nona Bilqis..? Kebetulan saya yang kelola kafe ini..." Tiroz memberi penawaran.

"satu kopi susu dan dua kopi hitam pahit racikan mu sendiri..!"

"Dua kopi hitam..?" Tanya Tiroz keheranan. Pikir Tiroz untuk apa dua kopi itu, kalaupun itu untuk tirus tak mungkin hingga dua.

"Ia, dua kopi pahit racikan mu...!" Kata Bilqis.

Tiroz mengiyakan saja, ia masuk ke dalam untuk mempersiapkan apa yang dipesan. Satu karyawan yang memfokuskan pandangannya kearah Bilqis langsung menyambar Tiroz dengan pertanyaan.

"Siapa bung..? Sepertinya baru kali ini mampir di kafe, tapi terlihat akrab dengan bung Tiroz..? Teman-teman di kafe biasa menggunakan panggilan "bung" kepada Tiroz.

"Biasa bung. Central cinta di dunia ini, wanita..! Sayangnya ia menjadi masa lalu, terbuang sia-sia bersama waktu..." Jawab Tiroz sambil meracik kopi.

Bilqis beranjak dari tempat duduknya menghampiri dua pemuda yang sedang bermain gitar, sedikit berbicara dengan mereka lalu kembali duduk di tempat Tiroz.

Tiroz mengantar pesanan, satu kopi susu ia persilahkan kepada Bilqis, dan dua kopi hitam pahit itu Bilqis antarkedua pemuda tadi.

"Untuk 2 lagu yang ku pesan tadi, separuh nafas dan roman picisan..." Lirih Bilqis bersuara untuk memastikan Tiroz tidak mendengar.

"Matur suwun Mbak titik-titik!" Ucap pemuda itu saat Bilqis segera berjalan membelakangi mereka.

Kembali duduk dan merasakan kopi buatan Tiroz. Bilqis tersenyum. Untuk hari ini, kata hati Bilqis. Ia akan memperbanyak senyum daripada hari-hari yang lalu. Entah apa dorongan membuat ia rajin tersenyum. Hatinya sendiri pun tak bisa menjawabnya.

"Ada agenda apa ke Jogja..?" Tanya Tiroz.

"Menemuimu..!"

"Tak ada alasan lain..?"

Yang Kau Sebut Cinta Itu Bukan Cinta (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang