👉 Bagian Kedua; Ngaji (COMPLETED)

151 10 0
                                    

*****
Dari arah selatan berjalan sendiri. Langkah cepat, rambut hitam tebal lurus yang bergoyang-goyang diatas kacamata nya, dan hidung sedikit mancung menjadi sebuah hiasan akan kedua mata yang berbulu tebal, setebal rambutnya. "Akan kemana dia..?" Sebuah tanya dikening seseorang. Sore hari dia tak ada jadwal kuliah, terlebih tadi pagi ia tak ada diperpustakaan kampus yang merupakan kebiasaan baiknya jika tak ada kuliah atau dosen sedang terhalang hadir.

"Mungkin dari toko buku..?" terkaan batinnya. Tak mungkin, di sekitar sini ada toko buku. Daerah yang berjarak dua kilometer dari kos-nya. Dan yang tak biasa lagi, ia tak membawa kendaran. Ia memilih berjalan kaki. Ia berhenti dan berbelok ke arah rumah berpintu gerbang setinggi dada. Tak ada rasa canggung untuk membukanya seakan bukan orang asing kedatangannya di sambut seseorang yang sedang menyirami halaman yang ramai dengan bunga. "Siapa dia?" "Tak mungkin keluarganya. Kenapa harus tinggal di kos jika ia punya keluarga disini..? Terlebih jarak yang terbilang dekat."
Setumpuk tanda tanya semakin sesak tertimbun di kening. Dari cara ia mencium tangan pemilik rumah, orang tua itu bukanlah orang sembarangan.

Di dalam rumah, Tiroz di persilakan duduk dan memerintahkan istrinya untuk membuatkan kopi untuk dirinya dan Tiroz. Dari dalam ia melihat seorang wanita berjilbab di depan gerbangnya, ia menatap Tiroz di sofa. "Tak ada yang mengikutimu Tiroz..?".
"Maksud ustadz Hasan..?" Tiroz tak paham.

Setelah Ustadz Hasan menatap kembali ke arah halaman rumahnya, wanita berjilbab itu tak ada. "Oh tidak... aku kira kau bersama teman datang kesini." "Mari dibuka, sampai mana kemaren..?" Ustadz Hasan meminta Tiroz membuka kitab.
"Hadist ke sebelas, Ustadz..."

"tinggalkan apa yang kau ragukan dan lakukan apa yang tidak kau ragukan. Dalam sabda lain; seorang tak akan sampai derajat orang yang bertaqwa hingga ia meninggalkan apa yang tidak apa-apa baginya karena khawatir akan terjadi apa-apa. Beliau Nabi mengajarkan kita kewaspadaan dan kehati-hatian, Tiroz. Artinya seorang tak akan pernah dikatakan taqwanya sempurna jika dia tidak meninggalkan hal yang sebenarnya tidak apa-apa baginya, namun ia khawatir dan takut terjadi apa-apa. Sebenarnya aku merokok ini bagiku pribadi tidak apa-apa, hukumnya makruh bukan..? Tapi aku tidak akan dikatakan bertaqwa secara total jika masih merokok, karena apa..? Aku tidak khawatir akan terjadi apa-apa bagiku. Makanya jangan kau anggap ustadzmu ini bertaqwa.. Sangat jauh sekali." senyum Ustadz Hasan.

"Makanya mbok yo mandek ngudud to bah.. apa kabar keluarga Tiroz..? Istri Ustadz Hasan dari belakang ikut nyambung seraya menyuguhi kopi.
"Alhamdulillah baik semua, ummi.."
"Yo Alhamdulillah monggo di lanjut."

"Ayo Tiroz dilanjut, dan jangan dengerin dia, ayo ngudud bareng.. Kowe ngudud yoh..?" Ledek Ustadz Hasan pada istrinya. Tiroz tertawa simpul akan banyolan Ustadz Hasan.

Ia membaca hadist selanjutnya dan dilanjutkan oleh Ustadz Hasan dengan mengartikan perkalimat memakai bahasa jawa kuno (maknai). Mendengar gaya baca Ustadz Hasan, rindu Tiroz kepada pesantren sedikit terobati. Ia mencatat arti kalimat yang dibacakan oleh Ustadz Hasan persis ketika ia berada di pesantren. "iku saking baguse islame awak-awakan." Begitulah yang ia dengar seraya menulisnya dibawah kalimat dengan aksara arab hija'iyah berbahasa jawa (pegon).

"Diantara baiknya islam seseorang ia meninggalkan apa yang tidak berfaedah baginya. Sabda yang mulia. Hadist ini mencakup seluruh makna yang banyak namun dengan bahasa yang ringkas. Padat berisi tapi singkat. Semakin dewasa seseorang maka ia cenderung malas terhadap hal-hal yang tidak bermanfaat. Terlebih jija keislamannya dewasa pula, ia akan meninggalkan apa yang tidak berfaedah. Diriwayatkan pula dari Imam AlHasan beliau berkata; Diantara tanda Allah berpaling dari salah satu hambanya adalah Allah jadikan hamba tersebut sibuk dengan hal-hal yang tidak penting. Hadist ini termasuk pokok dari beberapa sunah-sunah Nabi Muhammad SAW seperti yang di kemukakan oleh Abu Daud. Tiroz, bisakah kau contohkan apa yang banyak dikerjakan orang sekarang namun tak berfaedah?"
"Pacaran dan sibuk dengan romantis, cinta, dan asmara bersama pasangannya.."
"Sudah kutebak jawabanmu akan seperti itu..!" Ustads Hasan tersenyum. "Di kosanmu ada televisi..?"
"Mboten wonten Ustadz..." jawab Tiroz dengan bahasa jawa halus.

Yang Kau Sebut Cinta Itu Bukan Cinta (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang