Wajah cantik yang terus memekarkan senyum itu mengambil nafas panjang. Ada rasa iba dan kagum terhadap sosok yang mengganggu hayal perasaannya itu. Tiroz, tiba-tiba menjadi seorang yang begitu gagah muncul dalam mata belok wanita yang sering menunduk itu.
"Itulah cerita Tiroz, dik.." kata Ustadz Hasan mengakhiri. Nizhama mengangguk.
"Oh ya, adik kenapa ingin tahu banyak tentang Tiroz..? Dia pacar adik..?" Gurau Ustadz Hasan.
"Bu..kan pak.. bukan. Saya penasaran aja tentang dia. Sejak ia menulis di jurnal banyak yang ingin lebih kenal dengan Tiroz. Ya termasuk saya.." Nizhama menceritakan bagaimana ia sampai kerumah ini. Dimulai dari tulisan Tiroz dan perjumpaan yang tidak Tiroz ketahui di persimpangan jalan lalu menuju rumah Ustadz Hasan.Ustadz Hasan mengangguk mengerti. Setelah beberapa kali obrolan, Nizhama pamit undur diri. Akhirnya Nizhama tahu siapa itu Tiroz. Decak kagum terus menyirami wajahnya agar senyum itu selalu mekar mengembang segar.
Dikamar ia langsung dengan gitar kesayangannya. Ia bernyanyi dengan lincahnya. Petikan mengalun dengan suaranya yang meletupkan lafadz-lafadz yang mempunyai arti;
Aku menyimpan seorang kekasih
Aku jumpai saat sepi dan sunyi
Ia hadir tak nampak dari mata
Tak kulihat dia
Aku renggangkan telinga
Aku ingin mendengar ia berkata
Tutur tanpa suara, bentuk huruf, dan dengungan
Seakan aku berbicara pada diriku sendiri
Aku dirinya
Di benakku dengan aku padaku
Hadir tak nampak
Dekat jauh
Dia tak bisa ditulis dengan pena dan tinta
Diceritakan dengan suara...
Rasakanlah...
Aku pada diriku dengan diriku...!Nyanyian itu menjadi merdu seketika saat deras hujan membuat jendela buram. Basah yang beraroma layu menjadi keangkuhan dengungan nyanyian dan gitar lebur menjadi satu. "Ah mengapa tak rekam saja sejak tadi." Perasaannya berkata sendiri seraya menyesali keadaan yang begitu indah.
"Tiroz, aku sudah tahu siapa dirimu..! Hehe." Pesan singkat ke nomer Tiroz. Ia letakan kembali ponselnya dan kembali mendengungkan lagu.Kapan musim itu datang. Musim saat hujan menyambut kerinduan dengan kesejukan dan jendela mata menjadi buram, yang terlihat hanyalah seorang yang sedang menempati hati dan alam pikiran yang tiba-tiba menjadi sempit.
Ia tak tahu akan mengatakan apa, berbuat apa. Menjadi pelupa dan cenderung tersenyum sendiri dan bertutur dengan kata yang begitu mesra. Nizhama pun tak mengerti dengan semua ini. Lalu aku akan mencari-cari apa sebenarnya yang mengusik dalam kedalaman jiwa.
Sudah tak mengerti telah berapa hari kedekatan itu mengalir begitu saja. Tugas yang berada di depan matapun tak sekalipun menjadi beban pikiran. Ia ingin selalu mendiskusikan dengan Tiroz. Nizhama haus dan apa yang ada dipikiran Tiroz adalah minumannya. Namun dahaga itu tak pernah usai, selalu kurang, iapun tak tahu mengapa.
Ia mengingat bagaimana Tiroz bernyanyi bersama dirinya di telaga biru Semin Gunung Kidul. Hijau rindang pepohonan dan air di danau tak ia hiraukan.
"Tiroz, kenapa kamu bisa menolak cinta..? Dengan itu kamu menolak dengan keberadaanmu sendiri. Karena dirimu pasti terlahir dari cinta. Cinta ayah dan ibumu..!"
"Tidak, aku lahir dari pernikahan mereka. Tentang cinta atau tidak, yang jelas aku terlahir dari janji suci mereka..!"
"Maksudnya..?" Nizhama terus mengorek penjelasan. Tiroz terus bermain instrumen dengan gitar Nizhama."Nanti juga kamu akan paham sendiri. Jika pernikahan hanya bermodal kenyamanan dan cinta. Maka bisa dipastikan umur pernikahan hanya akan bertahan satu tahun. Tapi tidak, pernikahan adalah janji manusia kepada tuhan untuk kemanusiaan itu sendiri..!"
Nizhama menggelengkan kepala. Ia tak paham apa yang dikatan Tiroz. Dengan kenikmatan semilir angin yang menyapu rambut Tiroz berhamburan lalu menari Tiroz menghentikan petikan gitar lalu menatap dalam-dalam mata Nizhama, mata yang terbuka namun tak melihat kecuali apa yang mengisinya.
"Nizhama, manusia harus tetap ada bukan..?"
"Tentunya.." tegas Nizhama dengan tak melepaskan pandangan saat mata berhadapan.
"Makanya dengan itu harus ada pernikahan..."
"Tapi, manusia tanpa pernikahan akan tetap bisa mempunyai keturunan dengan adanya sentuhan biologis.."
"Seks..?" Tiroz bertanya. Nizhama mengiyakan.
"Cinta, serumah meskipun meteka tak Ada pernikahan secara agama ataupun pemerintah maka sepasang kekasih itu akan bahagia dengan anak-anaknya..."
"Bahagia..? Yakin..? Tiroz kembali bertanya.
"Iya..."
"Nanti aku tunjukan sesuatu padamu, kenapa harus ada pernikahan..." Tiroz tersenyum dan menatap indahnya hijau danau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Kau Sebut Cinta Itu Bukan Cinta (COMPLETED)
SonstigesTiroz pernah jatuh cinta. Karena itulah ia menganggap cinta sebagai musibah terbesar bagi manusia. Di suatu mimpi ia bertemu dengan kakek tua. Demi urusannya dengan cinta, kakek itu mengenalkannya dengan Al-Ghazali dan Plato. Siapa yang tahu, kalau...