"Lo naksir si kapten basket?"
Gue terlonjak kaget dengan pertanyaan yang dilontarkan Imel saat kita duduk berdua di salah satu meja kantin. Gue membelak panik, menyuruh Imel memelankan suaranya karena banyak murid disini.
"Gara-gara kasti waktu olga gue naksir," Curhat gue.
Imel tertawa mendengar penjelasan gue, yang membuat gue mengernyit bingung kemudian.
"Apa sih, Mel? Gila lo?" Umpat gue menginjak kaki panjang cewek itu dibawah meja.
Cewek berambut ikal itu akhirnya menghentikan tawa. "Lo beneran naksir gara-gara itu?" ucap Imel dengan nada mengejek yang terselip.
"Emang kenapa sih? Ya coba lo bayangin, siapa yang nggak baper? Dia tuh nyelamatin gue dari lo lo semua yang ngetawain gue. Habis itu dia kasih air minumnya sambil bilang, 'bersihin muka lo'. AAAAAAA SIAPA SIH YANG NGGAK BAPER?! SIAPA?!?!?????"
"Berisik, Ya. Diem nggak, dilihatin banyak ora—"
"Heh anak IPA,"
Suara berat yang rendah itu tiba-tiba menghentikan obrolan gue dan Imel. Kita sama-sama terlonjak, menoleh kaget. Kita berdua langsung menegak dengan mata melebar melihat pemuda disamping meja kita memberikan tatapan menindas.
"Siapa suruh duduk sini? Ini wilayah IPS,"
"Ha?" gue melongo. Imel didepan gue hanya bisa mengerjap bingung.
"Lo nggak liat? Ini masuk wilayah IPS. Kantin lo yang deket koperasi," kata cowo bertahi lalat kecil dipangkal hidung menunjuk kearah yang dimaksud.
Gue mengatupkan bibir. Kemudian saling pandang dengan Imel.
"Woi denger nggak?"
Gue langsung menarik lengan Imel untuk keluar dari kantin dan pergi ke kelas. Tak henti-hentinya kita menubruk seseorang karena berlari dari segerombolan cowo-cowo IPS tanpa meminta maaf. Kita berdua langsung merunduk memegangi lutut untuk mengambil sebanyak-banyak nya oksigen setelah sampai di kelas.
Benny yang hendak membuang sampah terhalang karena kita berdua. "Kenapa lo?" tanya Benny bingung saat melihat kita berdua merunduk didepan pintu kelas.
"I-itu tadi.... ada anak I—" gue langsung membekap mulut Imel takut jika Benny tau kalau kita sedang diganggu beberapa cowo IPS. Kalau Benny sampai tau, pasti berakhiran di ruang BK. Gue nggak tau kenapa disetiap SMA selalu ada yang namanya IPA VS IPS.
Gue melambaikan tangan lemas. "Nggak kok... nggak apa-apa.." ucap gue dengan ngos-ngosan sambil berjalan menuju bangku.
Kyla yang sadar melihat gue kelelahan ini langsung memberikan minuman botol yang baru saja ia buka. "Nih nih minum dulu," Dalam sekejap minuman botol itu habis, hanya tersisa beberapa tetes.
"Kenapa sih lo? Sampai ngos-ngosan gitu," Tanya Kyla prihatin.
Gue mendekatkan diri ke Kyla. "Habis diganggu anak IPS tadi," gue berusaha untuk memelankan suara agar tidak ada yang mendengar.
Kyla membelak kaget. Dia semakin mendekatkan diri ke gue. "Diganggu gimana?"
Gue menggeleng kecil. "Salah kita berdua sih ini sebenernya,"
"Kok bisa?"
"Tadi kita nggak sengaja duduk di wilayah IPS. Padahal tadi tuh lagi asik-asiknya cerita tentang Nean. Eh itu si ultramen ribut dateng,"
Kyla menoyor kening gue. "Alah lo mah Nean mulu dari kemarin," Kyla melanjut aktivitasnya yang sedang menyalin materi di papan tulis ke buku tulisnya sedangkan gue meletakkan kepala diatas lipatan tangan gue bersiap untuk tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ridiculous
Teen FictionIPA 2. Kelas yang diidamkan banyak orang. Identik tampan dan cantik. Murid lain selalu menganggap IPA 2 adalah manusia-manusia yang mengantri paling depan saat pembagian visual. Dan inilah kisah gue. Kanaya Matya Kirana. Cewe biasa yang terjebak dia...