Disinilah gue. Berdiri didepan etalase yang berisikan makanan ringan. Apa lagi kalau bukan Kantin Kejujuran.
Kantin kejujuran milik SMA Brawijaya ini jarang banget bukanya. Sekali buka langsung diserbu ribuan murid, kaya sekarang ini. Hanya tinggal beberapa biji jajanan yang tersisa.
Disaat sedang menunggu Kyla yang sedang memilih makanan ringan itu, gue nggak sengaja menangkap sesuatu. Setelah gue sadari itu anak IPS yang beberapa waktu lalu ganggu gue dan Imel saat dikantin berada tepat disamping gue. Gue memberanikan diri untuk menegur sapa dengannya.
"Heh anak IPS," Panggil gue dengan nada ketus yang terselip.
Cowo IPS itu menoleh. "Ini wilayah IPA, ngapain lo disini? Kantin lo yang deket UKS," Ujar gue berusaha meniru gaya bicaranya waktu itu.
Ia tersenyum miring. "Songong juga lo,"
Gue melirik nametag didada sebelah kirinya tepat diatas saku seragam.
Antonio Abraham
Kerab dipanggil Ino. Murid 11 IPS 1. Ino punya postur tubuh yang bagus. Delapan puluh persen dari tubuhnya itu kaki. Tinggi banget pokoknya. Ino juga punya kulit putih mulus kaya susu. Berahang tegas dan berambut hitam legam. Kalau Ino senyum gigi taringnya yang tajam selalu buat salah fokus. Siapa sih yang nggak kenal dia? Murid-murid lain menjuluki Ino sebagai Pangeran Brawijaya karena ketampanannya yang nggak masuk akal.
Padahal masih gantengan Nean jauh kata gue.
Tapi gue nggak bisa bohong kalau Ino itu memang ganteng. Hidung mancung, alis tebal, punya lesung pipi, dan bibir merah muda. Siapa sih yang bakal bilang dia jelek?
Kalau Bimo itu bos gengnya anak nakal IPA, Ino bos gengnya anak nakal IPS.
Nakal-nakal gini, dia menjabat jadi anggota osis. Dia juga lumayan banyak menyumbang prestasi. Terbukti setiap hari Senin nama Ino nggak pernah terlewatkan saat mengumumkan kejuaraan yang diraih oleh murid-murid SMA Brawijaya. Mulai dari lomba tinju, renang, hingga anggar ia menangi.
Tingkah lakunya doang yang kayak anak nakal, tapi penampilannya nggak sama sekali memcerminkan itu. Ino nggak ada bedanya sama Jojo yang selalu berpakaian rapi dengan atribut yang lengkap. Rambut Ino juga nggak sepanjang Nean yang setiap Senin selalu aja jadi sasaran razia rambut.
Intinya Ino ini tipe-tipe cowo sempurna kaya di buku teenlit.
"IPA berapa lo?"
"Kenapa?"
"Nggak pa-pa sih. Cuman pingin main aja," Tuturnya dengan menekankan di kalimat main. Gue meneguk ludah dengan susah saat mengetahui arti main dikalimat yang ia lontarkan. Seketika gue merasa menyesal telah bertegur sapa dengannya. Gue beralih untuk memfokuskan diri dengan berbagai makanan ringan didepan dibanding dengan cowo IPS ini.
"Rok lo kebalik." Celetuk Ino ditengah keheningan. Gue menoleh kearahnya dan melirik rok seragam gue. Gue melotot kaget. Bener aja, gue pakai rok terbalik dimana seharusnya resleting menghadap kebelakang malah menghadap kedepan. Seketika gue langsung menarik tangan Kyla yang sedang sibuk memilih makanan ringan menuju toilet.
"Eh eh kenapa??" Tanya Kyla linglung.
Gue sempat melihat Ino tengah tersenyum remeh saat gue dan Kyla lari terbirit-birit menuju toilet. Gue juga lihat banyak murid lain yang menertawai kebodohan gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ridiculous
Teen FictionIPA 2. Kelas yang diidamkan banyak orang. Identik tampan dan cantik. Murid lain selalu menganggap IPA 2 adalah manusia-manusia yang mengantri paling depan saat pembagian visual. Dan inilah kisah gue. Kanaya Matya Kirana. Cewe biasa yang terjebak dia...