Part 7 - Jaket

73 9 1
                                    

Setelah kejadian kemarin, hari ini gue rela bangun lebih awal buat mandi. Biasanya jam segini gue masih tidur pulas berbalut selimut. Gue nggak mau orang lain mencium aroma tidak sedap dari badan gue. Udah cukup Kenzo sama Kiran aja.

Bahkan hari ini gue rela cuci rambut biar wangi seharian. Gue mulai mengoleskan body lotion ke tangan dan kaki gue setelah selesai mandi. Dan nggak lupa gue menyemprotkan banyak parfum di seragam sekolah.

Gue mulai mengeringkan rambut dan menyisirnya setelah kering. Gue menghadap kearah cermin yang memantulkan wajah gue sedang tersenyum kecil.

"Lo bakal wangi seharian kali ini, Ya."

Gue mengambil tas yang sudah disiapkan sejak malam dan menggendongnya di pundak dan turun kebawah untuk sarapan.

"SELAMAT PAGI!" teriak gue di anak tangga.

"Masih pagi Aya, jangan teriak-teriak." Ujar Papa sambil menyeruput susu cokelat nya. Papa bukan tipe cowo yang suka merokok dan minum kopi. Pernah sekali Papa coba merokok, alhasil Papa malah batuk berkepanjangan.

"Tau lo, berisik mulu dari kemarin." Julid Kiran sambil memakan bubur buatan Mama.

Gue memutarkan bola mata. "Sewot mulu lo."

"Biarin." Jawab Kiran setelah gue duduk dihadapannya.

"Apa sih, pagi-pagi kok udah berantem aja." Lerai Mama saat mengisi mangkok gue dengan bubur manado.

"Ini nih Kakak kemarin bau banget, aku sampe inget bau nya kayak gimana." Jelas Kiran dengan mulut penuh. "Kok ada ya orang yang kayak Kakak, demen banget berangkat sekolah nggak mandi." Lanjut Kiran setelah meminum beberapa teguk susu vanilla nya.

Gue terburu-buru menelan sayur yang belum terlalu hancur dengan halus. "HEH EMANG LO NGGAK PERNAH NGGAK MANDI APA?!"

"Ya udah sih biarin, dulu Mama juga suka nggak mandi kalau mau kemana-mana. Mandi kalau udah ngerasa gerah aja." Jelas Mama dengan enteng yang sedang menyuap sesendok bubur kedalam mulut.

Kiran menatapa Mama dengan tatapan jijik dan beralih menatap Papa. "Dih, gitu Papa demen? Padahal kan Papa wangi gitu."

Papa yang merasa ditatap hanya melirik sekilas dan lanjut memakan masakan buatan Mama. "Ya cinta tuh harus saling melengkapi. Kalau Papa ikutan bau ya nggak bakal ada yang ngingetin buat mandi."

"Apa sih ah sok bijak." Kiran menggumam kecil.

Gue menoyor kepala Kiran. "Dengerin tuh,"

Kiran menata rambutnya yang sedikit berantakan. "Apa sih, rambut gue berantakan ini jadinya."

"Udah cepetan sarapannya, nanti telat dihukum lho," Terdengar suara Mama yang sedikit terdengar kesal karena perkelahian kecil antara gue dan Kirana.

•.•

"Sekolah yang bener, jangan dipake gibah mulu," Ujar Papa setelah menurunkan gue didepan gerbang sekolah.

Gue mencium punggung tangan Papa sebelum masuk kedalam sekolah. "Iya iya" ucap gue sebelum Papa memutar arah mobil menuju kantornya.

Gue menatap plang nama yang berada diatas gerbang.

'SMA Brawijaya'

Tertera jelas diatas sana. Sekolah swasta dengan fasilitas yang cukup bagus. Banyak yang bilang SMA Brawijaya ini mempunyai siswa/i yang berprestasi.

Contohnya Alfa. Si pemenang lomba catur se-provinsi perwakilan sekolah. Tingkah lakunya doang yang kayak anak idiot dan nggak bisa serius, tapi kalau udah disuguhin catur kalaupun ada Blackpink lewat dia nggak bakal berpaling. Serius banget pokoknya.

RidiculousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang