"De, gue nitip bakso ya sama jus jambu deh boleh satu," Ujar Imel setelah duduk manis dibangku kantin.
Dea menoleh heran. "Kok gue? Baru juga gue duduk, Mel. Lo sendiri aja kenapa sih yang beli. Sekali-kali juga gitu lo yang pesenin masa gue mulu?" Tolak Dea dengan wajah cemberutnya.
"Duh gue mager, De. Kyla aja deh gimana? Gue kaya biasanya lah bakso sama jus jambu. Dea? Aya? Lo pesen apa? Buruan mumpung Kyla mau pesenin nih," Tawar Imel dengan santai.
Kyla melotot kaget mendengar ucapan Imel yang sama sekali belum meminta persetujuan darinya. "Gue belum nerima tawaran lo ya enak aja asal nyuruh-nyuruh. Nggak mau gue. Aya aja udah,"
"Lah kok malah gue sih? Nggak mau nggak mau," Jawab gue sambil menggeleng-gelengkan kepala dengan keras.
Dea mendecak kecil lalu bangkit dari duduknya. "Ah lama lo pada. Udah sana pesen sendiri-sendiri," Perkataan Dea sontak membuat Kyla dan Imel ikut bangun dan memesan makanan sendiri. Dea yang sadar hanya gue seorang yang tak bangkit dari bangku itupun mengernyit. "Ngapain masih duduk? Bangun!" Suruh Dea dengan tegas.
"Terus yang jaga meja siapa? Ini kantin lagi rame lho, kalau nanti pas balik tiba-tiba udah nggak ada meja kosong mau makan dimana? Gue yang jagain meja aja deh. Mel, gue pesen yang sama aja kaya lo biar satu tempat, oke?" Imel mendecak mendengar perkataan gue. "Pinter banget lo cari alesan tapi ada benernya juga. Ck, lo tuh ngeselin banget dah. Yaudah jagain mejanya awas aja lo,"
Imel dan kedua kawannya itupun berjalan menjauh untuk memesan makanan. Gue yang melihatnya merasa bangga karena telah menemukan alasan yang logis dan dapat meyakinkan mereka jika semua pergi memesan makanan memungkinkan tidak dapat menemukan meja lagi setelah kembali.
Butuh tiga menit lamanya gue menunggu hingga datangnya Imel, Kyla, dan Dea dengan tangan yang penuh. "Nih ambil, bilang apa? Susah lho bawa dua mangkok panas gini," Ujar Imel. Gue hanya memutarkan bola mata.
"Iya iya makasih,"
Setelah kalimat itu terucap dari mulut gue hanya ada keheningan dimeja kita. Semua fokus menikmati pesanan masing-masing sebelum bel masuk terdengar. Imel menyelesaikan makanannya terlebih dahulu dan disusul dengan Dea. Gue yang melihat betapa cepatnya Imel dan Dea mengunyah makanan itu hanya bisa menggelengkan kepala.
"Eh bentar lagi sekolah bakal ngadain pertandingan basket kan?" Tanya Imel disela-sela menyeruput jus miliknya.
Gue yang tengah membersihkan mulut dengan tisu pun menganggukkan kepala tanda iya.
"Demi apa gue nggak sabar banget liatin anak cowo main basket nanti! Pokoknya nanti gue harus siapin handuk sama air mineral, sapa tau kan bakal ada anak basket yang nerima handuk sama air gue?" Ucap Imel dengan girangnya sampai-sampai lututnya menghantam meja sehingga menimbulkan getaran kecil. Kyla yang tengah menyuap makanannya itupun mendecak sebal dikarenakan kuah soto miliknya jatuh berserakan.
"Kebiasaan lo," Dea dengan sigap menggeser sekotak tisu yang berada didekatnya kearah Kyla untuk membersihkan kuah soto yang mengenai roknya.
"Lo semua bakal nonton kan?"
"Tapi gue sama Aya bakal cabut duluan," Ucap Kyla sambil menyendok kuah sotonya.
"Lah kenapa? Nggak asik lo pada,"
"Ngeliput, Mel. Lo mau kita nggak dapet poin apa??"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ridiculous
Teen FictionIPA 2. Kelas yang diidamkan banyak orang. Identik tampan dan cantik. Murid lain selalu menganggap IPA 2 adalah manusia-manusia yang mengantri paling depan saat pembagian visual. Dan inilah kisah gue. Kanaya Matya Kirana. Cewe biasa yang terjebak dia...