Uang.
Tak perlu diragukan kembali, mengapa hampir keseluruhan populasi manusia di bumi ini hidup seolah ingin meng-copy triliunan uang demi dirinya sendiri. Hampir semua di dunia ini, mampu dibeli oleh tumpukan kertas yang tipis tersebut, namun tentu saja kasih sayang dan cinta adalah hal yang paling tinggi sehingga uang tak mampu meraihnya. Hal yang hampir serupa, walau uang tak mampu membeli kasih sayang, uang mampu menyelamatkan orang tersayang sekaligus mampu membahagiakan orang tercinta.
Jauh-jauh, Anna menginjakkan kaki di tanah asing ini demi mengumpulkan sedikit demi sedikit kertas itu. Ia melawan seluruh rasa takut dan getirnya terhadap perlakuan sosial masyarakat sini tentang perbedaan alaminya. Seiring berjalannya waktu, Anna mampu melawan cara orang-orang menatap dirinya yang memiliki kulit sedikit kecoklatan, walau tak termasuk orang yang berkulit hitam.
Demi melunaskan hutang-hutang orang tuanya selama ini, Anna adalah anak yang berbakti. Tidak ada paksaan yang menuntutnya untuk membayar segala hutang, justru orang tuanya menyuruhnya duduk di rumah saja sebab Anna hanya satu-satunya kehidupan bagi mereka. Melihat 2 manusia yang sudah menginjak usia 40 hingga 50 tahun bekerja keras membanting tulang dengan harus melunaskan hutang, apakah Anna tega? Tidak sama sekali, belum lagi neneknya yang kini hidup menumpang padanya menambahkan beban sedikit.
Padahal sesungguhnya jika ditelisik lebih mendalam, keluarga Anna bukanlah keluarga miskin yang sampai harus meminjam uang di bank. Keserakahan juga ketamakan telah menang melawan kesederhanaan, kala Anna belum lahir di dunia ini, Ibunya telah dibuang dari rumah karena menikahi ayahnya yang keturunan pribumi. Pribadi pun masih belum mengerti, mengapa hal tersebut masih dijadikan masalah hingga sebesar ini. Mengakibatkan penyesalan bertubi-tubi yang tak akan pernah selesai untuk di sesali sang nenek.
"Woah kak! Kau sekarang lebih seperti orang khas sana! Apa yang kakak gunakan sampai kulit kakak lebih putih dari pada bibi Sarah?!"
Sepupunya yang bernama Jenny berteriak kagum melihat dirinya melalui panggilan video setelah sekian lama sejak terakhir bertemu. Satu-satunya sepupu yang berhubungan sangat dekat keluarganya, sebab orang tua Jenny juga mengalami perlakuan sama seperti orang tuanya yang telah dibuang dari keluarga. Namun kehidupan Jenny lebih naas, ia kini menjadi yatim piatu sebab orang tuanya telah pergi karena kecelakaan pesawat bertahun-tahun lalu.
Jenny bekerja sebagai pelayan restoran dan menumpang rumah milik Sarah—tak lain adalah rumah Anna.
"Produk skincare dan kosmetik di sini bagus-bagus kualitasnya, kalau kau mau aku akan membelikan sedikit demi sedikit untukmu," Raut kegirangan Jenny terlihat membahagiakan untuknya. Gadis yang hanya memiliki jarak usia 4 tahun dirasa seperti adik kecilnya yang masih menduduki bangku sekolah dasar.
"Sebagai gantinya, kau harus menjaga ayah dan ibuku dengan baik. Jangan sampai mereka sakit saat aku tidak ada,"
Jika saja Anna lebih teliti melihat perubahan raut mimik Jenny yang begitu kentara, ia pasti akan curiga dan mulai khawatir dengan keadaan semua orang yang ada di sana. Tapi gadis itu pun mampu menutupinya cepat dengan memberikan dua jempol tangannya ke arah Anna. Jenny mulai mencari topik, mengarahkan gadis yang bernama sama dengan salah satu tokoh Disney itu untuk berbincang lebih banyak.
"Kak, Daniel bertunangan,"
Mendengar topik yang menjengkelkan itu membangkitkan rasa kesal yang teramat hingga Anna menatap Jenny dengan sangat jengkel. "Aku tidak ingin tahu seluk-beluk kehidupan pria itu lagi, jadi bahas saja hal yang lain," Tegas Anna serius.
"Lagi pula pria di sini tampan-tampan! Wah... Serius aku ingin memamerkan hal ini padamu, kau tahu tangan kananku ini pernah di sentuh oleh Lee MinHo saat di bandara!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Again [ Baekhyun ]
Hayran KurguBaekhyun Fanfiction Anna menganggap Baekhyun telah mencintainya, merasa hebat karena mampu telah menggantikan posisi perempuan yang terlalu lama memendam di dalam hati. Namun yang Baekhyun lihat... Anna adalah kekasihnya yang telah mati.