Vivi's Twin

1K 146 36
                                    

HUNHAN: lil bit hurt and fluffy, Short story (2.9K words)




“Minggir..!”. Tukas Luhan datar pada Sehun yang kini tengah merentangkan lengan guna menghadang jalannya.
 
“Tidak. Dengarkan aku dulu, sayang. Kau salah paham, okay. Tolong..!”. Suara Sehun merendah di akhir. Tatapannya melemah agar wanita yang kini memandangnya berang berbaik hati menyediakan waktu untuk mendengarkan pembelaannya.
 
“Tidak perlu..! Pembelaan apa yang akan kau katakan, hah? Mau berkilah bahwa bra yang terselip di ranjangmu adalah bra Ibumu..?”. Nada tinggi bicara Luhan membuat Sehun semakin kalut.
 
“I-itu --..”. Sehun kehilangan kata karena apa yang Luhan katakan adalah kebenaran.
 
“Dengan siapa kau tidur..”?. Tanya Luhan dengan nada suara menuntut.
 
Sehun menghembuskan nafas berat, tidak merasa memiliki pilihan selain menjawab dengan jujur. “Irene. Sayang, tolong maafkan aku sekali saja. Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi. Tolong, hm..?”. Suara kalut Sehun menandakan bahwa lelaki itu benar-benar tidak ingin kehilangan wanita bermata rusa yang telah menjadi kekasihnya selama 5 tahun terakhir.
 
“Kenapa kau melakukannya..? Kenapa kau mengkhianatiku dengan tidur bersama Irene, mantan kekasihmu, hah..?”. Nada suara Luhan masih tinggi, nafasnya menggebu. Dan ia tidak menyesal telah mendaratkan satu tamparan pada Sehun setelah mengucapkan kalimat perpisahan.
 
Bola mata Sehun bergerak resah. Demi apapun momen ini adalah momen paling mengerikan dalam hidupnya. Kemarahan Luhan adalah hal yang paling dihindarinya, namun hanya demi memuaskan nafsu semata ia ceroboh memancing amarah wanita tercintanya tersebut.
 
“Aku.. okay aku hanya bosan. Seminggu penuh kau mengabaikanku karena kepentingan pekerjaanmu di luar negeri..”. Terselip nada keberatan dalam penyampaian Sehun. Ia memang tidak menyukai pengabaian Luhan sepenting dan semendesak apapun alasannya.
 
“Aku bekerja Sehun. Aku tengah menfokuskan seluruh perhatianku agar kinerjaku maksimal, untuk membuktikan pada Ayahku bahwa aku mampu menjadi penerus perusahaan selanjutnya. Dan kau tadi bilang apa..? Bosan katamu..? Bosan lalu menghabiskan malam dengan Irene? Di ranjangmu yang selama ini menjadi tempat penyatuan tubuh kita..? Oh.. sialan. Aku tidak bisa menerimanya. Kita benar-benar berakhir sekarang..”. Luhan berusaha menguak tubuh Sehun yang menghalangi pintu.
 
“Tidak. Aku tidak menyetujui perpisahan ini..”. Sehun memasang tubuh besar dan kekarnya agar Luhan tidak keluar dari apartemennya.
 
Jika wanita tercintanya tetap keras kepala dengan perpisahan, maka Sehun tidak memiliki pilihan selain mengurung Luhan disini sampai wanita tersebut menarik kembali kalimat perpisahan yang menyakiti hatinya.
 
“Aku tidak peduli..”
 
“Lu, Irene yang menggodaku. Dia nekat melepas seluruh bajunya setelah aku membukakan pintu. Dan satu lagi, aku tidak memyetubuhinya di atas ranjang tempat kita bercinta. Hanya di sofa, sayang. Aku bersumpah akan membuang sofa itu..”. Masih mencoba membela diri dengan menyajikan kenyataan yang ada. Well, dia memang benar-bemar digoda habis-habisan oleh wanita bermarga Bae tersebut.
 
“Dan kau tergoda..? Ck.. aku muak berurusan dengan lelaki nafsuan sepertimu. Sekarang minggir..! Aku tidak peduli jika kau ingin melanjutkan hubunganmu dengan Irene karena sekarang kita benar-benar selesai..”. Luhan kembali mendorong tubuh Sehun tapi nihil, lelaki berkaos oblong tersebut bahkan tidak bergerak se-inchi pun.
 
“Tidak. Tidak akan. Kita tidak akan pernah selesai sampai kapanpun. Tolong percaya padaku, sayang. Aku hanya khilaf, saat itu aku sedang bosan karena kau mengabaikanku. Bahkan aku tidak membuka busanaku sama sekali ketika sedang menyetubuhi Irene, aku hanya menarik reseleting celana dan selesai, aku hanya menyelesaikan satu ronde dengannya. Ku mohon, tolong de--..”.
 
“Aku tidak peduli mau kau membuka baju atau tidak, kenyataannya kau tetap bersetubuh dengannya. Pengkhianatan dalam suatu hubungan adalah hal yang tidak bisa ku maafkan..”. Ucap Luhan mutlak.
 
Sehun panik karena nada suara Luhan begitu serius. Wanita tercintanya tersebut benar-benar tidak bercanda ingin mengakhiri hubungan dengannya. Sehingga Sehun refleks menarik paksa Luhan menuju arah kamarnya, berniat mengurung wanita tersebut hingga Luhan membatalkan perpisahan.
 
“Lepaskan Oh Sehun..!”. Luhan berontak, memukul keras lengan dan tangan Sehun yang menyeretnya menuju kamar. Tidak. Luhan menggeleng. Sehun bisa nekat memperkosanya jika dalam keadaan marah dan panik seperti ini. Luhan terlalu mengenal lelaki bermata elang ini.
 
“Tarik perkataanmu..! Kita tidak akan berpisah..! Luhan tolong – pikirkan baik-baik..! Kita sudah menjalani hubungan ini selama 5 tahun. Dan kau mau mengakhirinya begitu saja..? Kau rela melepasku..? Okay, aku akui aku memang salah. Karenanya, ampuni aku sekali saja. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi. Aku bersumpah, sayang..”. Suara lemah Sehun begitu terdengar nelangsa mengharap belas kasih Luhan.
 
“Tidak. Semua sudah selesai. Lagipula – tunggu..! Kau tadi mengatakan apa..? Pikirkan baik-baik..? Kau mengatakan itu padaku..? Seharusnya kau gunakan otakmu dengan baik saat akan menyetubuhi wanita lain, sialan..!”. Luhan meneriaki Sehun dengan sangat keras tepat di depan wajah tampan tersebut. Tidak peduli jika ludahnya terciprat.
 
“Ya, aku salah. Aku salah, sayang. Maafkan aku, hm..? Maaf Luhan. Maafkan aku kali ini saja..”. Sehun masih memaku kedua tangannya untuk memblokade pergerakan tubuh Luhan.
 
“Apa dengan memaafkanmu kau akan melepaskan cekalan ini..?”. Nada bicara Luhan masih tajam, bahkan kedua ekor matanya masih meruncing menatap lawan.
 
“Ya, aku akan melepaskan cekalan ini, sayang. Maafkan aku, hm..? Kita kembali seperti sedia kala. Anggap tidak terjadi apa-apa. Anggap aku tidak melakukan apa-apa..”. Egoisme yang tumbuh ke permukaan meloloskan desisan keras dari belah merah delima Luhan.
 
Okay, aku memaafkanmu. Sekarang lepaskan cekalanmu..!”.
 
“Kau bersungguh-sungguh..?”. Sehun berujar meminta keyakinan, tubuhnya bahkan semakin dirapatkan pada Luhan.
 
“Apa aku terlihat bercanda..?”.
 
“Baiklah, aku akan melepaskannya. Terima kasih, sayangku. Kau memang wanita terbaik di dunia..”. Melepaskan  cekalannya lalu mengangkat kedua tangan Luhan dan melabuhkan banyak kecupan basah di punggung tangan indah tersebut.
 
“Hm.. aku memang wanita terbaik di dunia. Sekarang minggir, biarkan aku pulang. Aku tidak betah di dalam apartemen ini. Udaranya pengap karena pemiliknya menabur aroma dosa dengan wanita lain..”. Bukan Luhan namanya jika dia melupakan kesalahan lelaki di depannya begitu saja.
 
Sehun menekuk dahi. “S-sayang.. kau sudah memaafkanku, bukan..? Kenapa mengungkitnya lagi..? Sayangku, kita sepakat untuk melupakan ini dan kembali bersikap saling mencintai seperti biasanya, kan..?”. Jujur, Sehun mulai resah memaknai tatapan sengit Luhan sekarang.
 
“Aku sudah memaafkanmu tapi bukan berarti aku sudi melupakan kesalahanmu dan apa katamu..? Sepakat untuk kembali bersikap saling mencintai..? Dalam mimpimu saja, sialan..! Minggir..!”. Luhan menggertak angkuh sembari mengurai langkah menuju pintu keluar.
 
“Tidak. Kau tidak boleh kemana-mana sebelum amarahmu reda..”. Dan tentu saja Sehun kembali memasang badan.
 
“Amarahku sudah reda, jadi berikan aku jalan Oh Sehun..!”.
 
“Tidak mau. Kau masih marah..”.
 
Lihatlah tatapan mata elang Sehun yang kini terlihat resah dan takut tersebut.
 
“Minggir atau terpaksa aku akan--..”.

Imaginary Admirer (HunHan GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang