Alike Meant

1.1K 140 19
                                    

HUNHAN: Sequel of Thanks for 69, hurt, drabble maybe (1.3K words)





Pada hari yang sama Sehun diminta dokter untuk bersiap selama beberapa jam menuju proses operasi transplantasi ginjal sesuai permintaan Luhan terakhir kali.

 
Sehun berteriak menolak, meraung di depan jenazah Luhan agar wanita itu kembali bernafas dan melanjutkan apa yang telah mereka lakukan selama ini.
 

Perihal donor ginjal yang Luhan berikan mana mungkin ia dengan suka rela menerimanya? Bagaimana mungkin ia mampu menerima organ yang diangkat dan dikeluarkan dari tubuh wanita yang dicintainya hanya untuk kesembuhannya belaka? Ya, ia sangat menyesal karena baru menyadari perasaannya. Penyesalan selalu ada di belakang, bukan?

 
Namun rasanya Sehun tidak diberi pilihan kecuali menerima donor itu karena Ibu Luhan mengatakan bahwa itu adalah harapan terakhir Luhan yang harus dipenuhi.

 
Pikiran Sehun begitu kosong. Tenggorokannya yang kering bahkan tidak mampu lagi ia rasakan mengingat berapa lama ia berteriak menangisi kepergian Luhan.

 
Terakhir kali yang Sehun ingat adalah ketika dokter mengintruksikan untuk memulai anestesi dan setelahnya ia membuka mata sudah dengan jahitan benang operasi di bagian perut. Organ Luhan sudah berpindah ke dalam tubuhnya.
 

Air mata Sehun mengalir tanpa isakan. Andai saja. Andai saja ia bisa memutar waktu. Akan ia gunakan sebaik mungkin untuk memberi cinta yang layak bagi Luhan.
 

Sehun hendak beranjak turun serta ingin mencabut selang infus namun urung ketika jeritang sang Ibu menyela ketika baru membuka pintu.
 

“Sehun-ah.. jangan bergerak dulu, nak..! Tunggu sebentar, Eomma akan memanggil dokter..”. Sehun mencekal lengan sang Ibu ketika wanita paruh baya tersebut hendak keluar memanggil dokter.
 

Sehun menggeleng, dan sang Ibu mencoba mengerti. “Berapa lama aku tidak sadarkan diri setelah operasi..?”.
 

“Dua hari..”.

“Bagaimana dengan.. Luhan..? Eomma antarkan aku ke rumah duka.. biarkan aku mengikuti acara pemakaman..”.
 

Nyonya Oh menatap iba lalu menggenggam tangan sang putera untuk menghantar kekuatan. “Luhan sudah dikebumikan. Maaf tidak menunggumu sadar. Ini adalah permintaan Luhan untuk segera dimakamkan segera setelah operasi selesai agar kau tidak merasa bersalah atas kepergiannya..”.
 

Sehun menggeleng dengan kedua sudut bibir yang melengkung ke samping, mencebik bersama isakan kecil yang perlahan lolos. “A-aku.. bahkan tidak sempat mengucap terima kasih untuk tunanganku. Eomma.. aku bahkan tidak bisa menyatakan rasa cinta yg ku miliki untuk Luhan. Eomma tolong.. antarkan aku ke makam tunanganku – tolong Eomma..”. Kedua bibirnya saling menggigit untuk meredam tangisan yang hendak menguar keras agar tidak meledak dan mengundang perhatian banyak orang.
 

Nyonya Oh segera memeluk sang putera yang tampak kuyu dengan suara isakan yang tersendat-sendat kasar. “Eomma akan mengantarmu.. tapi pulihkan dirimu terlebih dahulu, nak. Tidak mungkin mengunjungi makam Luhan dengan luka jahit yang masih basah, jahitannya mungkin akan sobek nanti. Lagipula dokter tidak akan memberi izin..".

 
Sehun menggeleng ribut tanda tidak sepakat dengat saran Ibunya. “Aku tidak peduli lagi pada tubuhku.. aku tidak peduli, Eomma. Percuma aku sembuh jika Luhan sudah tidak ada di dunia..”. Sehun seolah lupa bahwa ia masih memiliki satu wanita yang hingga saat ini menyandang gelar sebagai kekasihnya. Ia melupakan Irene, wanita yang sebelumnya menjadi pusat dunianya.

 
“Luhan akan terluka jika kau menyia-nyiakan pengorbanannya. Kau tahu apa kalimat terakhir yang ia katakan pada Eomma..?”. Nyonya Oh menepuk-nepuk punggung bergetar sang putera hingga perlahan tubuh Sehun mereda.
 

Imaginary Admirer (HunHan GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang