I am not me (2)

245 37 27
                                    


Setelah dua hari pasca penyetubuhan paksa yang dilakukan oleh Sehun, Luhan nekat menghubungi Irene untuk bertemu di sebuah cafe.

Luhan membasahi bibirnya ketika Irene sudah di depan mata. Rasa bersalah dan rendah diri menjadi satu berjumpa dengan wanita baik seperti Irene.

"Irene-ah.. pertama-tama aku memohob maaf padamu..". Memulai percakapan dengan mengemis maaf. Itu sudah seharusnya bagi Luhan.

Irene memperbaiki rambutnya yang jatuh. "Sejujurnya aku tidak tahu harus menjawab apa..".

Luhan mengangguk tipis. "Aku mengerti. Maaf mengganggu waktu berhargamu. Aku paham jik aku sangat tidak tahu diri, tapi bolehkah aku meminta tolong padamu..?". Raut wajah Luhan benar-benar mengemis.

"Tentang hal apa..? Jika kau meminta tolong untuk merelakan suamiku untuk bersamamu, maka aku akan sangat murka padamu..".

Luhan dengan cepat mengibaskan kedua tangan.

"Jangan salah paham. Aku meminta tolong hal sebaliknya dari apa yang kau pikirkan..".

"Jadi..?".

"Aku tidak bisa melepaskan diri begitu saja dari suamimu, kau sangat paham kalau Sehun begitu berkuasa. Jadi, kau harapanku satu-satunya agar aku bisa lepas darinya..".

"Aku terkejut mendengar permintaanmu. Itu bukan permintaan wanita pengganggu pada umumnya..".

Irene mengatakannya dengan nada tenang, tapi hal itu menusuk sekali untuk Luhan.

"Aku tidak bisa membantah julukan yang kau berikan..".

"Julukan itu masih terlalu baik untukmu. Penganggu, perebut, penggoda, murahan, kau mungkin lebih rendah dari sampah..".

Luhan tidak pernah membayangkan jika wanita selembut dan sebaik Irene akan mengatakan hal jahat, apalagi itu ditujukan padanya. Waktu masih kuliah, teman-temannya menjuluki Irene sebagai malaikat karena paras dan sikap Irene yang menawan.

"Kau benar..". Suara Luhan begitu rendah. Jemarinya memilin ujung dress yang dikenakan.

"Kenapa kau meminta hal demikian..?".

"Karena aku merasa bersalah..".

"Aku takjub karena wanita penggoda masih memiliki rasa bersalah..".

"Aku minta maaf, Irene..".

"Kau memintaku untuk lepas dari Sehun, apa kau tidak mencintainya..?".

"Aku minta maaf juga akan hal itu, karena____". Luhan menggigit bibirnya. "Karena lancang menaruh hati pada suamimu..".

Irene tertawa mencemooh.

"Aku mengerti. Siapa yang tidak akan jatuh hati pada sosok suamiku..? Sehun punya segalanya. Kekayaan, katampanan, kekuasaan dan segala hal. Hanya wanita pecinta sesama yang tidak tertarik padanya..".

Luhan menunduk.

"Kau ingin lepas dari suamiku, dan meminta solusinya dariku. Apa kau siap dengan apa yang ku tawarkan..?".

Luhan menganggkat wajah lalu mengangguk tanpa ragu.

"Termasuk pergi dari negara ini..?".

Luhan mengangguk ragu.

"Baiklah. Sepekan ke depan temui aku di tempat yang aku tentukan. Asistenku akan mengarahkanmu..".

"Terima kasih. Dan___ sekali lagi tolong maafka aku..". Ucap Luhan dengan tulus sembari memberi bungkukan kecil.

"Sebelum aku pergi, bisa kau menjawab pertanyaanku dengan jujur..?".

"Tentu saja. Tanyakan apa saja yang kau perlukan padaku..".

"Kau sering bercinta dengan suamiku..?".

Luhan mengangguk kecil dan ragu. Ia sangat merasa bersalah.

"Seberapa sering..? Sebutkan dengan rinci angka sering yang kau maksudkan..!".

"Irene-ah, ku rasa ini ti___".

"Sebutkan saja..!". Irene memotong dengan nada cukup tinggi. "Berapa pelepasan yang Sehun dalam satu malam bercinta denganmu..?".

Luhan diam, menggigit bibirnya dengan keras hingga nyaris berdarah.

"Jawab Luhan..!". Desak Irene.

"Sekitar s-sepuluh atau sebelas. M-maaf..".

Warna kulit wajah Irene sudah memerah.

"Dan berapa kali ia menggagahimu dalam seminggu..?".

"Empat hari dalam s-seminggu..".

"Apa Sehun pernah mengucapkan cinta untukmu..?".

Luhan mengangguk kecil.

"Sering..?".

Luhan mengangguk.

"Sangat sering..?".

Luhan mengangguk lagi.

"Jawab yang jelas Luhan..!". Irene membentak kali ini.

"Sa-ngat s-sangat sering..". Luhan tanpa sadar mengucurkan setetes air matanya.

Irene menampar wajah Luhan dengan sangat keras.

"Sialan..! Kau benar-benat sangat murahan, Luhan..".

Setelah itu Irene hengkang dengan mulut yang dibasahi umpatan kasar terhadap Luhan.

Malam harinya, Irene mengerang keras sembari menggerakkan tubuh telanjangnya di atas tubuh sang suami.

Nafasnya terengah ketika berusaha menjemput klimaksnya dengan penyatuan tubuh mereka.

Sehun membelai kulut wajah Irene yang bercucur keringat. Performa Irene di atas ranjang sangat luar biasa, bahkan mampu memuaskan hasratnya yang begitu besar. Sayang sekali, ia sudah tergila-gila dengan satu wanita hingga tidak bisa membalas rasa yang dipersembahkan Irene sejak lama.

"Kau sudah menjalankan tugasmu..?".

Irene mengangguk. Kemudian menjerit saat pelepasaannya tiba. Tanpa memberi jeda, Sehun membalik tubuh Irene menjadi di bawah untuk mengejar pelepasan birahinya hingga mereka mengerang bersama dengan keras.

Irene melingkarkan kedua betis telanjangnya di punggung Sehun.

"Aku tidak mau kehilanganmu. Aku gak rela. Aku sangat mencintaimu, Sehun-ah..".

Sehun dapat melihat ketulusan dari setiap kata yang diucapkan Irene. Isterinya menangis. Namun, ia memilih untuk melepaskan kaitan betis Irene di punggungnya lalu pergi untuk membersihkan tubuh di kamar mandi daripada menenangkan tangis sang isteri.

To be continue
.
.
.

Imaginary Admirer (HunHan GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang