Thanks for 69

1K 147 82
                                    

HUNHAN: Hurt, Short Story (3.5K words)




Luhan mengunyah makanannya sembari melirik ke arah Sehun yang tampak tak berselera di seberang meja.
 

“Apa tidak enak..? Kau tampak tidak berselera mengunyahnya..”. Tanya Luhan hati-hati.

 
Sehun menurunkan pundak tegapnya sembari menghela nafas jengah, menaruh pisau dan garpu di atas piring yang masih tersisa banyak olahan yang dibuat Luhan. “Jangan terlalu memaksakan diri, akan lebih baik kau memesan dari resto atau menyuruh koki di rumahmu untuk membuatnya..”. Jawab Sehun datar.
 

“Tidak apa-apa, aku akan belajar memasak lebih baik lagi Sehun-ah. Sampai terasa nikmat di lidahmu..”. Ujar Luhan mendengung ceria dalam nadanya, berusaha untuk tidak sakit hati akan respon tunangannya.
 

“Dan mengorbankan lambungku..?”. Sela Sehun cepat dengan nada marah yang kentara, membuat Luhan sedikit terkesiap.
 

“Tidak perlu melalukan apapun, tidak perlu belajar memasak hanya untukku..”. Lanjut Sehun dengan mata tajamnya terhunus pada Luhan. Lalu bangkit berdiri dari kursi hendak pergi dari rumah kecil mewah yang hanya sesekali ditempati oleh Luhan. Rumah kecil dengan pemandagan hutan dan laut di sebelah utara.
 

Luhan terburu-buru menyusul Sehun yang berjalan ke arah pintu, lalu meraih lengan lelaki tampan berkemaja biru langit tersebut. “Maaf yaa, Sehun. Aku bersalah. Aku hanya berusaha menyenangkanmu..”. Luhan berujar lembut dengan mata rusa yang mengedip lucu, berharap Sehun luluh.
 

Sehun menghempas kaitan tangan Luhan pada lengannya hingga nyaris membuat gadis cantik bermarga Xi tersebut terhuyung. “Jika ingin membuatku senang, cukup diam jangan melakukan apapun. Aku lebih senang melihatmu tidak berbicara dan tidak bertingkah. Itu memuakkan, sialan..!”. Menuding jari telunjuknya dengan kalimat tajam tanpa belas kasihan pada Luhan yang kini diam terpaku sesaat.
 

Luhan memaksakan menarik kedua sudut bibirnya agar Sehun tidak melihat bahwa hatinya tengah tersakiti. “Hehehe.. jangan marah begitu dong, Sehun-ah. Iya.. iya.. maaf yaa jika aku membuatmu muak. Tapi tolong bertahan sebentar lagi sampai waktu yang kita sepakati usai. Masih tersisa 99 hari, jika dalam waktu itu kau masih tidak mencintaiku, yaa mau bagaimana lagi, artinya kita tidak berjodoh. Aku akan melepaskanmu..”. Seloroh Luhan santai seolah kalimat yang diucapkannya bukanlah sebuah duri yang menggores hatinya.
 

Sehun memicing nampak tertarik pada pernyataan gadis di depannya. “Kau bersungguh-sungguh..? Aku tidak begitu yakin harus mempercayai ucapan dari gadis kaya raya yang sangat manja sepertimu..”. Bahkan untuk memastikan ucapan Luhan pun Sehun masih menggunakan nada tak nyaman didengar.
 

Luhan mengangguk cepat agar Sehun menghapus keraguannya. “Dan aku yang akan mengatakan pada orang tuaku dan orang tuamu bahwa aku yang memutuskan untuk mengakhiri perjodohan ini..”.
 

“Kau sedang tidak bercanda, bukan..?”. Tuntut Sehun menjulurkan wajah datarnya pada Luhan. Begitu mengintimidasi namun mampu membuat jantung Luhan berdebar.
 

Luhan menarik kedua sudut bibirnya lebih lebar karena ini kali pertama Sehun tampak tertarik dengan ucapannya. “Iya, aku serius, Sehun. Aku akan membatalkan perjodohan ini jika kita benar-benar tidak berjodoh dalam sisa waktu 99 hari. Tapi bisakah kau mengabulkan permintaanku sebagai bayaran..?”.
 

Sehun mendengus. “Sudah ku duga kau tidak akan melakukannya dengan suka rela..”.
 

“Gampang kok syaratnya. Mau yaa, Sehun..?”. Luhan kembali meraih lengan Sehun dan menggoyangkannya.
 

“Tidak..!”.
 

“Ayolah Sehun. Kau hanya perlu menerimanya, karena aku yang akan melakukannya..”.
 

Imaginary Admirer (HunHan GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang