Rindu

87 9 5
                                    

Seminggu berlalu setelah malam bersama dengan Raja. Bai Ning sedang berkeliling taman hingga ia mendengar para pelayang membicarakan Festival Musim Semi.

'Festival yaa'

.
.
.

"Su Mei antar aku menemui Raja"

"Baik Nona"

Bai Ning ingin melihat dunia luar. Sebagai Permaisuri tentu saja ia tak bisa bebas keluar masuk Istana jika tak ada kepentingan, ia berencana untuk tinggal di rumah Ayahnya Jendral Hu selama Festival Musim Semi.

Sampai nya di Istana Bai Ning memberi salam,

"Salam Yang Mulia Raja Hua Zhou"

"Iyaa.. Ada apa Ratu?"

Bai Ning mengangkat wajahnya dan melirik Selir Ru yang berada di sisi Raja.

"Aku ingin tinggal di rumah Jendral Hu selama Festival Musim Semi, aku harap Yang Mulia mengijinkan nya"

"Hm.. Baiklah. Aku akan menjemput mu besok pagi".

Bai Ning diam tak merespon, wajahnya terlihat bingung.

"Kita akan pergi bersama. Kau tak berpikir akan pergi sendiri kan? Aku tak ingin ada gosip miring tentang kekaisaran".

"Baiklah jika itu kemauan Yang Mulia"

Bai Ning berbalik dan berjalan meninggalkan ruangan.

.
.
.

'Jelas tak ada hubungan nya antara kekaisaran dan Aku pulang kerumah sendiri saja, tahun lalu pun sepertinya dia tak peduli'

Di Istana

"Yang Mulia, apakah aku boleh ikut bersama mu?", tanya Selir Ru.

"Maaf Fei'er sepertinya tidak bisa. Kami akan beristirahat dikediaman Jendral Hu, ia tak akan senang bila kau ada disana"

"Huu.. Baiklah. Tapi apakah aku masih bisa menikmati Malam Festival sendiri?"

"Boleh saja.. Bawa pengawal yang cukup untuk melindungi mu".

"Terima kasih Yang Mulia"

Selir Ru bermuka masam. Ia tak akan berdiam diri melihat Bai Ning mengambil kesempatan.

.
.
.

Esok hari nya Bai Ning sudah cantik, ia siap untuk menjelajah dunia luar.

"Yang Mulia Raja Hua Zhou tiba", teriak pengawal.

"Ayo Su Mei. Selama kita di kediaman Jendral Hu aku akan membebas tugaskan mu, kau bersenang-senang lah dengan adik mu".

"Apakah benar Nona? Terima kasih Nonaa", ucap Su Mei kegirangan.

Bai Ning berjalan ke halaman depan menghampiri Hua Zhou.

"Salam Yang Mulia"

"Naiklah", Hua Zhou mengulurkan tangan nya.

"Terimakasih Yang Mulia"

Bai Ning merasa menggelitik merasakan sentuhan tangan laki-laki didepan nya.

'Apa sih tiba-tiba sikap nya berubah'

.
.
.

Mereka duduk berseberangan. Bai Ning hanya menatap diam keluar jendela kereta dan melihat sekitar. Selama setengah perjalanan Bai Ning merasa diperhatikan. Ia menoleh ke sumber nya, Hua Zhou langsung memalingkan pandangan.

 Ia menoleh ke sumber nya, Hua Zhou langsung memalingkan pandangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada apa Yang Mulia? Apakah ada noda di wajah ku?"

"Ti..Tidak. Diamlah jangan mengajak ku berbicara".

Bai Ning hanya tersenyum tipis dan membuang muka ke arah sebelumnya.

'Kenapa aku merasa ada yang salah. Setelah melihat bekas luka itu aku jadi selalu memikirkan nya. Rasa sesak di dadaku seolah sebuah pertanda akan kehilangan sesuatu yang amat berharga'

.

.

.

Setelah setengah hari perjalanan akhirnya tibalah mereka di kediaman Jendral Hu. Rupanya mereka sudah di sambut sejak di depan gerbang masuk.

"Selamat datang Yang Mulia Raja dan Ratu", ucap Jendral Hu sedikit membungkuk.

"Ayah..! Aku merindukan mu..", air mata Bai Ning tak terasa menetes.

Bai Ning memeluk Jendral Hu. Ia terbayang akan sosok ayah nya di dunia asalnya. Bai Ning juga merasakan rasa yang amat hangat dari kasih sayang Jendral Hu.

'Mungkin ini perasaan pemilik tubuh asli'

"Ayah bisakah aku beristirahat sebentar dikamar ku dulu? Aku merasa lelah sekali"

"Tentu saja. Aku sudah menyipakan kamar mu, pergilah".

"Aku menyayangimu ayah", ucapan itu terlontar begitu saja dari mulut Bai Ning.

Bai Ning pergi meninggalkan Hua Zhou dan Jendral Hu. Ia bergegas untuk beristirahat, Bai Ning belum terbiasa menaiki kereta kuda dengan jalanan yang amat rusak.

.
.
.

Waktu makan malam hampir tiba, Hua Zhou memasuki kamar Bai Ning.

Bai Ning terkejut melihatnya.

"Kita akan tidur bersama selama disini".

"Apa ayah tak menyiapkan kamar untukmu Yang Mulia? Biar aku sampaikan pada nya", ucap Bai Ning mencoba santai.

"Tidak perlu. Apa kau ingin terlihat seperti pasangan bertengkar di depan ayah mu?".

"Tidak. Baiklahh lagi pula kita hanya akan tidur, aku tak masalah berbagi ranjang dengan mu".

Meskipun berkata demikian tetapi Bai Ning menahan setengah mati paniknya.

'Kenapa seperti ini lagi? Aku ingin kesini supaya bisa jauh dari mu bukan malah menciptakan moment seperti ini'

.

.

.

Makan malam tiba. Bai Ning dan Hua Zhou berusaha terlihat santai di depan Jendral Hu.

"Maaf jika hidangan di kediaman kami tidak sebanding dengan Istana. Ini semua adalah makanan kesukaan Ning'er sewaktu kecil, Yang Mulia cobalah", oceh Jendral Hu.

"Baiklah sepertinya terlihat nikmat".

Bai Ning mulai memakan makanan nya, tak disangka rasa ini adalah rasa masakan yang ia suka di dunia asalnya. Masakan ini biasa dimasakan oleh ayahnya saat Tahun Baru, Bai Ning menahan air matanya.

Setelah usai, Bai Ning berpamitan ke kamar nya terlebih dulu.

"Ayah, Yang Mulia. Aku ingin lebih dulu beristirahat. Selamat malam"

Bai Ning ingin bergegas menuju kamarnya. Sebelum sampai ia melihat sebuah gazebo cantik dan menghampiri nya. Tangis nya seketika pecah, ia amat merindukan keluarga nya di kehidupan modern. Ia rindu berlatih bersama para anggota mafia nya, ia rindu menonton film bersama ChengXeng dan ayah nya.

'Ayah apa bulan ini sama indahnya di sana?'

'Ayah apa bulan ini sama indahnya di sana?'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.

.

.

Hallo (。・ω・。)

Vote √
Komen √
Follow √

( ˘ ³˘)❤

The Empress : Liu Xiao NingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang