Pertemuan

1.9K 597 624
                                    

- Happy Reading -

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- Happy Reading -

Suasana rumah barunya ini membuat seorang gadis bahagia, yang biasanya dikelilingi gedung tinggi pencakar langit sekarang dikelilingi taman bunga dan danau di depan mata. Angin sejuk menerpa wajahnya yang disinari matahari di atas sana. Beruntung sekali saat ia datang cuaca di sini tengah cerah tak seperti biasanya yang mendung.

"Nad, sini naik!" seorang cewek selaku sepupunya itu memanggil dirinya. Laras telah sampai di rumah pohon di tepi danau yang terlihat kehijauan dan bersih dari pencemaran lingkungan.

"Iya sebentar!" teriaknya menyelesaikan dengan cepat rangkaian bunganya. Memasangkan di atas kepalanya sebagai hiasan yang mempercantik rambut panjang tergerai indah itu.

Bergegas Nadia menaiki tangga yang terbuat dari kayu untuk naik ke atas rumah pohon dengan hati-hati. Setelah sampai di atas ia tercengang melihat jajaran buku yang mengisi di sana. "Wah bagus banget," senangnya mengungkapkan isi hati. Tangan lentiknya menyusuri buku yang tersusun rapi di rak. Dan mengambil salah satunya, duduk di samping Laras yang sedang merangkai bunga dari keranjang.

"Emang di kota nggak ada rumah pohon gini?"

Nadia mengangkat kepalanya mengarahkan pandangan kedepan dimana air danau yang tenang didepannya. "Ada tapi jarang sih. Kebanyakan anak kota sukanya ke mall nggak pernah main ditempat kayak gini," tuturnya menolehkan kepalanya melihat sepupunya.

"Oh gitu,aku mah mana pernah ke mall disini adanya cuma pasar," ringis Laras.

"Tapi udara di sini lebih enak daripada di kota," pendapat Nadia.

"Iya soalnya di sini masih banyak pepohonan rindang dan perkebunan,"

"Kata Papa di daerah ini ada kebun teh besok kesana yuk!" ajak Nadia antusias.

"Boleh-boleh, tapi sehabis aku pulang sekolah ya," angguk Laras. "kapan kamu sekolah? Daftar disekolah yang sama seperti aku saja," lanjut Laras.

"Iya mulai Minggu depan gue sekolah di sana. Papa bilang biar bisa bareng lo." jawab Nadia mengingat kata ayahnya semalam.

Sehari yang lalu Nadia baru sampai ditempat tinggal ayahnya dulu saat kecil. Mereka memutuskan untuk tinggal di sini, meninggalkan kota yang penuh akan hawa panas yang melanda, sekaligus karena kepindahan pekerjaan sang ayah membuat Nadia harus ikut ke sini.

Nadia sih fine-fine aja selagi dia masih bisa bersama keluarganya. Dia bukan tipe cewek ribet yang harus ke mall setiap minggu ataupun cewek dengan segala ke-hedonan nya. Nadia hanyalah gadis kota yang mempunyai sifat supel, ceria, dan sederhana.

***

Seperti janji mereka dua hari lalu,sekarang Laras dan Nadia tengah berada di perkebunan teh. Nadia tampak senang kala diajari seorang pekerja kebun milik pamannya-Bapak Laras- cara memetik daun teh yang siap dipanen.

"Laras gue kesana dulu ya!" teriak Nadia menunjuk sebuah pohon rindang di tengah-tengah perkebunan.

Laras hanya menganggukkan kepala. Nadia berjalan dengan hati riang. Sesekali tangannya menyentuh daun teh di samping kiri dan kanannya. Melewati jalan setapak di antara pohon teh yang tumbuh subur. Dibawah pohon yang terletak di pinggir kebun terdapat seorang cowok yang tengah bersandar di batang pohon dengan sebuah buku di tangannya. Tangan itu menari-nari di atas kertas dengan pena digenggamnya. Karena terlalu serius cowok itu tak menyadari jika Nadia sudah berada di depannya.

"Hai!" sapa Nadia yang hanya dibalas tatapan sejenak oleh cowok itu dan diabaikan begitu saja.

Nadia mengeryitkan dahinya. Apa yang salah dengan dirinya sehingga cowok itu mengacuhkannya. Seorang Nadia Aurora diabaikan oleh seorang cowok. Hello bukannya dia sombong. Hanya saja dia heran cowok itu tak tertarik dengan kecantikannya. Di sekolahnya dulu ia termasuk jajaran cewek cantik yang selalu didekati lawan jenisnya.

"Hai gue Nadia! Nama lo siapa?" tanya Nadia berusaha mengajak cowok di depannya ini berkomunikasi.

Cowok di depannya hanya diam enggan menjawab semua pertanyaan cewek tak jelas di hadapannya yang tiba-tiba muncul. Tangannya terus menuliskan sebuah rangkaian kata tak perduli dengan cewek yang ikut duduk di sampingnya.

Nadia yang penasaran apa yang cowok itu tulis berusaha mengintip. Kepalanya sedikit ia condong'kan, entah sepertinya cowok itu peka sekali jika tulisannya sedang dilihat oleh cewek di dekatnya itu segera menutup buku kecil miliknya.

"Eh-- mau kemana?!" teriak Nadia saat cowok itu melewati dirinya yang masih duduk. Cowok itu berlalu begitu saja tanpa menjawab rasa penasaran Nadia yang menggebu di hatinya.

"Dia nggak bisa bicara kah?"terka Nadia.

To be continued...

Untaian Aksara | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang