- Happy Reading -"Papa nanti jenguk Aksara dulu ya!"
Nando menganggukkan kepalanya segera memasukkan barang-barang buat keperluan selama tiga hari di Jakarta ke bagasi mobil. Nadia hanya melihat sang ayah dari samping mobil. "Temen cowok mu itu kan?"
"Iya Pa, yang aku ceritain waktu pertama kali masuk sekolah ketemu cowok dingin itu,"
"Oke, ayo sekalian silaturahmi sama calon besan,"gurau Nando.
"Papa apaan sih!?"
"Idih sok malu-malu biasanya juga malu-maluin," goda Nando mencubit pipi sang putri yang sudah semerah tomat.
Nadia menepis tangan ayahnya, berlalu masuk sisi samping kemudi dengan wajah malu. "Ra, putri kita udah besar. Kita bakal dapat calon mantu sebentar lagi." Nando menatap matahari yang baru saja muncul dari persembunyiannya. Hari masih pagi sekitar pukul setengah enam dan mereka harus berangkat.
Sesampainya di sana ayah dan anak itu disambut ramah oleh keluarga Aksara. Dijamu sebaik mungkin. Papanya berbicara dengan Ayah, Ibu, dan Kakak laki-laki Aksara yang baru saja tiba dari Kanada–tempat tinggalnya–.
Nadia sekarang tengah berada di kamar bertema monokrom dan beraroma mint ciri khas Aksara. Nadia melihat seorang cowok yang tengah terbaring dengan selang infus di tangannya tengah terpejam. Sesaat setelah berdiri di depan pintu ia mendekati Aksara yang sudah membuka matanya.
"Aksara," lirih Nadia duduk di kursi samping ranjang di mana cowok itu terbaring lemah dengan wajah pucat dan senyum sendu.
"Aksara aku pamit dulu ya. Cepat sembuh," katanya yang hanya dibalas senyum oleh Aksara. Dengan susah payah cowok itu menggapai tangan Nadia, menggenggam tangan mungil itu erat.
Cup.
Tangan Nadia dikecup hangat oleh Aksara. Setetes air mata jatuh dari pelupuk mata cowok itu yang terlihat rapuh. "Cepat kembali ya!"
Nadia meneteskan air matanya sedih melihat kondisi Aksara jauh dari kata baik-baik saja. "Iya Aksara."
Dan pelukan hangat itu mengakhiri pertemuan mereka.
***
Hari ini Nadia dan Ayahnya pergi ke Jakarta mengunjungi makam ibunya. Anak dan ayah itu membawa sebuket bunga Krisan putih dan air mawar. Selendang yang menutupi kepalanya berterbangan mengikuti arah angin yang berhembus kencang.
Mereka membersihkan makam yang ditumbuhi rumput liar di sekitarnya. Menghalangi rumput hias yang sengaja Nando tanami, agar sang istri tak merasa kepanasan. Sang kepala keluarga menyiramkan air mawar dan ditaburi juga bunga mawar merah yang sudah ia beli mendampingi sebuket bunga krisan putih. Dengan khusuk mereka mendoakan wanita yang telah berjasa dalam hidupnya agar diliputi sinar oleh doa-doa yang mereka kirimkan untuk menemani kesepian sang ibu. Diara, seorang ibu bagi Nadia dan belahan jiwa bagi Nando.
Ini sudah hari kedua mereka berada di Jakarta mengenang segala hal yang pernah dilakukan oleh mereka di rumah ini. Setahun yang lalu sang ibu–Diara– pergi meninggalkan mereka akibat operasi tumor yang sayangnya gagal. Tuhan lebih sayang ibunya itu dengan memilih mengambil Diara agar tak lagi merasakan sakit.
Ngomong-ngomong Nadia sudah membaca seperempat bagian dari buku 'Nada untuk Nadia' ceritanya sangat menguras emosi di mana ah nanti sajalah nggak seru kalo Nadia ceritakan sekarang. Nanti jika ia sudah bertemu kembali dengan Aksara. Dia akan menuntut penjelasan perihal cerita itu. Dering telepon menyadarkan Nadia. "Hallo," sapanya.
"Nad,kapan pulang? Seseorang menunggu kedatangan lo."
"Kan gue pulangnya besok Chan. Lo lupa? Jemput gue ya besok!" Echan diseberang menghela nafas.
"Bisa sekarang nggak?"
"Ada apa sih?" bingung Nadia.
"...."
Nadia melihat apakah masih tersambung karena Echan tak kunjung menjawab. "Aksara mana? Gue mau ngomong?"
"Nih dia ada di samping gue."
"Kasih handphonenya sama dia."
"Dia kagak mau."
"Chan kenapa? Kenapa suara lo kaya habis nangis? Putus sama Laras?"
Suara serak cowok itu seperti seorang habis menangis membuat Nadia terkekeh.
"Nad please lo besok udah harus di sini."
"Kenapa sih? Kok seperti terjadi sesuatu besar gitu? Kalian mau ngasih kejutan sama gue?"
"Besok ulang tahun Aksara,kalo lo belum tau."
Nadia terkejut. "Iyakah? Oke besok gue udah balik kesana."
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Untaian Aksara | Na Jaemin
Teen Fiction"Hidup itu perihal meninggalkan dan mengikhlaskan." - Aksara "Aksara walaupun kau tak ku genggam tapi aku enggan melupakan."-Nadia Pertemuan singkat adalah hal yang paling susah dilupakan oleh sebagian orang termasuk kenangan sesaat yang mereka buat...