- Happy Reading -
Kini mereka sedang berada di taman belakang dengan Aksara yang rebahan di kursi taman. Paha Nadia entah sejak kapan sebagai bantalan kepala cowok itu. Aksara memejamkan matanya merasakan pusing yang mendera sejak tadi, Nadia sudah menawarkan untuk mengantarkan ke UKS. Tapi cowok itu tidak mau karena enggan menghirup aroma obat-obatan dan berakhir dengan cowok itu berada di pangkuan paha Nadia. Jangan tanya kenapa bisa mereka sedekat ini. Nadia pun juga tak mengerti, tiba-tiba saja Aksara sudah mau mengajaknya berbicara walaupun hanya karena menjelaskan materi yang tak dimengerti oleh cewek itu.
Dan seperti sekarang ini, Nadia memandang wajah pucat Aksara yang diterpa sinar matahari. Aksara benar-benar sakit. Telapak tangan Nadia terangkat menghalangi wajah Aksara dari sinar matahari. Pahatan sempurna dari diri Aksara sejenak membuat Nadia terpana. Tangan kirinya yang terbebas mengelus rambut kecoklatan Aksara dengan hati-hati, takut menganggu tidur cowok itu. Rambut itu terasa lembut di tangannya. Hidung mancungnya bagai perosotan yang saat ia naiki di taman kanak-kanak. Alis tebal dan bulu mata lentik menambah kegantengan cowok itu. Emm dan bibir tipis merah mudanya yang selalu berkata dingin itu sungguh menggoda iman Nadia. Benar kata Laras jika Aksara itu ganteng. Cewek itu menggelengkan kepalanya, menjauhkan tangannya dari rambut Aksara, mengenyahkan segala pikiran tak jelas yang hinggap di otak cantiknya.
"Mikirin apaan sih gue." gumamnya.
Nadia memandang sekali lagi wajah Aksara dan tepat saat itu matanya beradu tatap dengan mata legam seluas samudera milik Aksara. Begitu menghanyutkan dan menenangkan. Seperkian detik mereka bertatapan menyelami mata masing-masing. Nadia memutuskan tatapan matanya saat sudah tak kuat melihat mata penuh rahasia itu. Ia menurunkan tatapannya pada hidung Aksara yang tiba-tiba dipenuhi warna merah.
"Aksara kamu mimisan." ujarnya panik hendak membersihkan darah yang mengalir dari hidung Aksara.Aksara buru-buru bangkit, menepis tangan Nadia. Lebih memilih membersihkan darahnya sendiri dengan tangannya. Darah tak kunjung reda Nadia meraih kotak tisu yang dia beli dari kantin tadi, mengambil beberapa lembar. Membantu Aksara menghentikan darah yang masih mengalir. Aksara yang akan merebut tisu dari tangan Nadia ditepis oleh cewek itu. Tangan kanan cowok itu yang sudah dipenuhi darah ia singkirkan, diganti dengan tangannya yang memegang tisu.
"Jangan pakai tangan!! Kotor Aksara!" nasihat Nadia melanjutkan penghentian darah yang sudah mulai mereda.
Hampir menghabiskan dua puluh lembar tisu untuk membuat darah itu benar-benar berhenti mengalir. Emang sebanyak itu. "Biar gue yang buang. Lo pasti jijik," ujar Aksara merebut bekas tisu yang dipenuhi darahnya di tangan Nadia.
"Jijik? Mana mungkin gue jijik. Udah duduk aja biar gue yang beresin!!" paksa Nadia kembali memunguti tisu dan membuangnya ke tempat sampah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untaian Aksara | Na Jaemin
Teen Fiction"Hidup itu perihal meninggalkan dan mengikhlaskan." - Aksara "Aksara walaupun kau tak ku genggam tapi aku enggan melupakan."-Nadia Pertemuan singkat adalah hal yang paling susah dilupakan oleh sebagian orang termasuk kenangan sesaat yang mereka buat...