- Happy Reading -
Sepulang sekolah Nadia, Laras, dan tiga orang laki-laki yang di ketahui teman lama Aksara janjian menjenguk cowok itu yang tak sekolah karena sakit. Tadi sebelum ke sini mereka bertemu di danau. Sekarang mereka telah duduk di ruang tamu rumah Aksara. Sebenarnya cukup sulit membujuk Aksara agar bertemu dengan teman laki-lakinya itu. Entah karena apa mereka juga tak tau."Akhirnya lo mau ketemu sama kita lagi Sa," riang cowok yang memiliki mata sipit itu —Jeje—
Aksara hanya tersenyum tipis. "Lo marah ya sama kita, gara-gara ngempesin ban sepeda lo?!" —Echan—cowok yang sedikit dekil daripada temannya itu terlihat menerawang kejadian sebelum Aksara pergi menjauh dari ketiganya. Saat di sekolah pun Aksara terlihat menghindari teman lamanya.
"Gue nggak marah." akhirnya setelah setengah jam mencoba bergulat dengan batinnya Aksara membuka suara juga.
Laki-laki yang terlihat kecil di antara para kaum adam itu melompat ceria dari duduknya. Memukul bahu Aksara kecil seperti kebiasaannya dulu. "Syukurlah, jadi kita masih sahabat'kan?"
Aksara sedikit mengaduh nyeri dipukul oleh temannya yang cungkring tetapi bertenaga itu. "Iya Cung," angguk Aksara.
Icung menjadi bahagia seketika akhirnya sahabatnya satu itu mau lagi main dengan mereka. Dia adalah orang yang paling sedih mengetahui Aksara menjauh tanpa sebab.
Sekarang sahabat Aksara sedang bermain sepak bola di halaman depan. "Makasih Nad. Udah bawa sahabat gue balik,"
Nadia yang duduk di teras bersama Aksara yang memperhatikan sahabat laki-laki itu bermain, menolehkan kepalanya. "Iya," jawabnya pelan.
"Nad," panggil cowok itu lirih.
Nadia tak menjawab ia memejamkan matanya kala merasakan wajah keduanya sangat dekat bahkan hanya terpaut satu centimeter.
Cup.
Bibir hangat itu menyentuh kening Nadia lembut sekali. Bahkan cewek itu bisa merasakan deru nafas Aksara di wajahnya. Suara jantung yang berdegup di antara keduanya menjadi musik penggiring yang terdengar indah.
"Cie-ciee,"
Hingga suara Echan menyadarkan kedua anak manusia itu yang melakukan ciuman di tempat terbuka. Wajah Aksara dan Nadia tak jauh berbeda. Merah merona. Malu ketahuan oleh temannya. Bahkan Ayah dan Bunda yang hendak memanggil anak-anak untuk makan pun terdiam tak melakukan apapun.
"Ah berasa dunia milik berdua euy," —Icung
"Iya Cung, kita mah ngontrak," —Jeje
"Apa sih apa? Kasih tau aku,ada apa?" —Laras yang baru saja keluar dari dapur Aksara selepas membantu Bunda Aksara kebingungan, melihat ekspresi mereka semua.
"Aduh neng Laras sayangnya aa Echan bukan apa-apa kok." Echan menarik Laras masuk ke ruang makan terlebih dahulu meninggalkan tuan rumah yang masih terdiam di daun pintu.
"Eeeh aa jangan tarik tangan Laras!" pekik Laras mencoba melepaskan cekalan Echan.
"Ye si monyet kagak ada akhlak!" teriak Jeje dan Icung menyusul Echan.
"Ayo masuk nak Nadia!" ajak Bunda Aksara diangguki Nadia.
"Iya Bun." gugup Nadia. Padahal tadi dia tak segugup itu, malahan ikut membantu menyiapkan makanan bersama sebelum menghampiri Aksara yang duduk di teras tadi.
"Ayo Nad." Aksara menghilangkan rasa gugupnya, menarik tangan Nadia untuk masuk.
To be continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
Untaian Aksara | Na Jaemin
Roman pour Adolescents"Hidup itu perihal meninggalkan dan mengikhlaskan." - Aksara "Aksara walaupun kau tak ku genggam tapi aku enggan melupakan."-Nadia Pertemuan singkat adalah hal yang paling susah dilupakan oleh sebagian orang termasuk kenangan sesaat yang mereka buat...