- Happy Reading -
Hari pertama Nadia masuk sekolah cukup menyenangkan. Bertemu teman baru yang ramah dan baik. Tapi sialnya Nadia harus duduk bersama cowok yang ia jumpai di perkebunan kala itu. "Aksara!" panggil Nadia mengetuk pensilnya di meja depan cowok yang sedang mendengarkan musik sembari menunggu guru masuk setelah pergantian jam kedua.
Nadia tadi sudah berkenalan dengan teman sebangkunya itu yang ternyata tak bisu seperti terkaannya saat pertama kali bertemu. Cowok itu hanya menoleh menunggu lawan bicaranya mengutarakan maksud memanggil dirinya. "Emm-- boleh pinjem catatan lo materi bab satu dan dua?" ragu Nadia saat melihat tatapan dingin Aksara.
Aksara tak menjawab tetapi tangannya meraih buku bersampul di laci mengulurkan kepada teman sebangkunya itu. "Gue pinjem dulu," izin Nadia lagi.
"Ya."
Balasan singkat Aksara hanya dibalas senyum canggung oleh Nadia. "Njir sial bener nasib gue dapat temen dingin banget. Tapi nggak papa lah ganteng gini," batin Nadia.
"Aksara!" panggil Nadia lagi.
Aksara masih diam tak berbicara apapun hanya melirik dirinya dan kembali fokus memperhatikan guru didepan yang sudah siap menjelaskan materi. Nadia mendengus tidak jadi bertanya melihat cowok itu yang enggan diganggu. Aksara yang mendengar dengusan cewek itu hanya terdiam malas.
"Apa?" tanyanya tak tega mengabaikan cewek itu terus menerus.
"Kemarin lo nulis apaan sih?" antusias cewek itu dengan suara lirih agar tak ketahuan gurunya.
Aksara tak menanggapi, kembali memusatkan pandangannya ke depan. Nadia yang menunggu jawaban yang tak keluar dari cowok itu pun memilih mendengarkan penjelasan gurunya. "Rahasia." jawabnya setelah lima menit kemudian. Nadia menolehkan kepalanya menatap wajah datar Aksara dari samping, lalu menghembuskan nafas jengah, sudah penasaran eh malah jawabnya gak jelas.
***
Sepulang sekolah Nadia dan Laras berjalan bersama melewati perkebunan kemarin. Di sini jalan kaki menjadi alternatif utama saat tak mau melewati jalan raya yang berada di seberang jauh dari perumahan penduduk. Sebenarnya bisa saja menaiki sepeda mini, Nadia yang tak bisa menaiki memilih jalan kaki saja. Mau dibonceng Laras pun dia tak mau. Jadilah sekarang Laras juga memilih berjalan kaki menemani cewek itu.
"Ras lo kenal sama cowok namanya Aksara yang sekelas sama gue itu nggak?" tanya Nadia membuka percakapan.
"Oh si akang yang ganteng pisan itu ya? Sifatnya dingin-dingin macam es itu kan?" antusias Laras menjabarkan sifat Aksara.
"Lo kenal?" jengah Nadia kala Laras mengagungkan sosok Aksara.
"Nggak juga sih soalnya dia itu tertutup banget. Semua orang yang mau berteman pun jadi takut karena tatapan tak bersahabat dan dingin Aksa." jelas Laras.
"Oh pantesan di kelas dia hanya duduk sendirian. Terus tadi waktu temen-temen ke kantin dia hanya duduk di meja nggak keluar," Nadia tadi kaget sewaktu masuk kelas setelah dari kantin dirinya hanya melihat Aksara yang duduk sendiri, memandang ke arah lapangan di mana para anak laki-laki menghabiskan waktu istirahat dengan bermain sepak bola dari jendela. Ia kira anak itu dimusuhi ternyata tidak.
"Iya. Kenapa kamu tanya-tanya soal Aksa kamu suka ya?" tuduh Laras.
"Nggak lah, dia sekarang jadi temen sebangku gue." tampik Nadia membuat sepupunya itu manggut-manggut paham.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Untaian Aksara | Na Jaemin
Novela Juvenil"Hidup itu perihal meninggalkan dan mengikhlaskan." - Aksara "Aksara walaupun kau tak ku genggam tapi aku enggan melupakan."-Nadia Pertemuan singkat adalah hal yang paling susah dilupakan oleh sebagian orang termasuk kenangan sesaat yang mereka buat...