DUA PULUH TIGA

35.3K 1.3K 144
                                    

1 minggu kemudian...

Hubunganku dan mas noval membaik walaupun aku masih belum tau kapan ia akan menikahiku. Aku juga sudah muak memintanya, tapi aku harap di awal bulan depan ia akan menikahiku karena jika tidak... aku akan mulai bertindak pada laki-laki hidung belang ini.

Ya, walaupun ia hidung belang bagaimanpun ia akan tetap menjadi suamiku nantinya. Menjadi orang tua dari anakku, aku merasa kasihan pada anakku karena harus memiliki orang tua seperti mas noval.

"Maaf bu, ini ada paket atas nama ibu silvana"ucap seorang asisten rumah tangga di rumah kami ketika menghampiriku

Aku mengernyitkan dahi melihat paket tersebut. Aku tidak memesan apapun sama sekali, lalu dari mana paket ini?

Aku mengambil paket tersebut lalu membawanya menuju ruanganku. Aku meminta sebuah ruangan di rumah ini hanya untukku dimana aku meletakan semua keperluanku di ruangan itu.
Aku berdiri di dekat jendela yang menghadap ke arah depan rumah, mencoba mencari seseorang yang mengirim sembari membuka paket tersebut.

Aku melihat berkas disana berisi berbagai foto dan surat. Aku melihat banyak fotoku bersama mas noval juga foto papahku. Aku semakin penasaran. Aku membaca surat tersebut.

'Silvana. Aku merasa hidupmu terlalu berjalan mulus belakangan ini, uang memang bisa membuat batu besarpun menjadi kerikil bahkan pasir halus. Saya tau orang tua mu akan mencoba masuk kedalam pemilu sebagai calon anggota dewan. Bagaimana jadinya ketika para pemilih mengetahui anaknya merebut suami orang?"

Aku membulatkan mataku.
Siapa ini? Mantan Istri mas noval atau mantan selingkuhan murahannya itu? Atau... orang orang lain lagi?

Akh! Aku sulit menebak siapa pelakunya karena mas noval terlalu banyak berhubungan dnegan pelacur. Tapi yang ini pasti bukan pelacur sembarangan.

Aku mengamati surat tersebut kembali dan mengernyitkan dahi sembari menyeringai melihat si penulis pasti bukan ahli dalam menjadi misterius. Beberapa kali dalam tulisannya di huruf "B, T, I dan J" ia menyempurnakan huruf tersebut berkali-kali, itu pertanda si penulis orang yang ceroboh, tidak sabaran dan sedikit pelupa.
Tentu saja "tidak sabaran" ia pasti tidak sabar agar aku membayar semuanya. Murahan!

Aku meletakan surat tersebut kemudian di laci mejaku dan akan mulai melakukan berbagai pekerjaan kecilku. Aku harus menandatangani berbagai tagihan belanjaku... yaa seperti biasa.

Aku mengambil kertas tagihanku dan hendak menandatanganinya namun ketika akan melakukannya, pulpenku tidak berfungsi. Aku berdecak mencoba mencari pulpen. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk menuju ruang kerja mas noval yang berada di depan ruanganku ini.

Aku mencari pulpen yang ada di tempatnya, aku mendapati pulpen di mejanya dan berbagai sudut lainnya. Pulpen yang sama, Keluaran sebuah perusahaan ternama. Mas noval pasti sangat menyukai pulpen ini.

Aku membawa pulpen tersebut kembali ke ruanganku lalu mulai menandatangani berbagai surat tagihan belanjaku. Hingga aku mulai menyadari suatu hal.
Bentuk tulisanku, ketebalannya, kelancipannya...

Aku membulatkan mata, lalu mengambil surat yang tadi ku dapat. Aku menyamakan dengan tulisanku.
Aku mulai tertawa ketika menyadari, surat ini ditulis dengan pulpen yang sama.

Oke sudah jelas! Ini antara mantan istrinya atau mantan selingkuhannya yang waktu itu bermasalah denganku. Karena hanya mereka yang memiliki berbagai barang mas noval.

Selesai! Aku menyelesaikan kasus ini tidak lebih dari 20 menit.
Seharusnya aku mengambil jurusan "kriminologi" saat kuliah.

*****

Malam harinya...

"Aku berharap kamu cepat menikahi aku mas"ucapku pada mas noval yang tengah memakai bajunya selepas mandi. Ia menatapku lalu berjalan menuju kearahku, duduk di sebelahku.

"Lusa aku akan ketemu orang tua kamu"ucap mas noval sembari menyunggingkan senyumannya

"Tepati ucapan kamu barusan mas, kalau enggak... aku akan marah ke kamu"ucapku

Ia terkekeh dan mendekat ke arahku. Ia mengecup bibirku singkat sembari mengusap tangannya lembut di perutku.

"Mas gasabar, anak kita lahir dan mas janji akan mengurangi waktu kerja mas untuk main bareng dia"ucap mas noval yang kubalas senyuman

"By the way, aku liat semua pulpen di ruang kerja kamu sama semua. Kamu suka banget ya sama pulpen itu?"tanyaku yang membuat mas noval berpikir sejenak

"Ohh itu"ucapnya
"Hmmmm"

"Kenapa?"tanyaku

"Kalau kamu keberatan, mas akan ganti pulpen baru"ucapnya

"Ada apa sih? Memangnya kenapa? Aku gak keberatan sama sekali apapun alasannya"ucapku

"Mantan istri mas pernah kerja di perusahaan pulpen itu. Dia manager keuangan disana. Itulah kenapa semua barang-barang alat tulis disini mulai dari kertas, buku, sampai pulpen berasal dari perusahaan itu"ucap mas noval yang membuatku mengangguk.

Oke! Sudah jelas! Itu mantan istri mas noval! Dasar perempuan munafik. Ia terlihat senang berpisah dengan mas noval tapi kenapa menggangguku sekarang?

"Kenapa dia berhenti kerja?"tanyaku

"Target penjualan gak terlaksana"ucap mas noval
"Yaaa seperti itu lah"sambungnya

"Oh... dia pasti orang yang gak sabaran ya? Dalam urusan penjualan. Terlalu terburu-buru mengambil keputusan akan menghancurkan rencana penjualan"ucapku
"Yaudahhh deh. Aku mau tidur, ngantuk"sambungku lalu merebahkan diriku di kasur

"Temenin mas"ucap mas noval

"Ngapain?"tanyaku

"Nonton tv"ucapnya

"Tumben kamu nonton tv"ucapku sembari mengernyitkan dahi

Mas noval mulai menyalakan tv, membuka netflix dan mulai memutar film... yang membuatku menghela nafas. Dasar benar-benar mesum!

Ia menggerakan tangannya mulai mengelus paha mulusku ini. Ia menyunggingkan senyum manisnya sembari mengedipkan sebelah matanya. Aku terkekeh melihatnya.

"Oke fine"ucapku yang membuatnya langsung menciumiku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dosenku Sugar Daddy, 2 !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang