PROLOG

127 21 11
                                    

Bola jatuh dari ring basket menuju lantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bola jatuh dari ring basket menuju lantai.  Ia kembali mengambil benda itu setelah terpantul, kemudian berlari dan melempar bola itu lagi. Sean sudah melakukan ini tanpa henti sejak satu jam yang lalu. 

Satu hal yang ia harapkan; sesaknya perlahan memudar.

Namun, seberusaha apapun ia agar sesaknya mereda, rasa bersalah akan tetap menghujamnya berkali-kali. 

Saat ini, tubuhnya hampir dipenuhi oleh luka. Ujung bibir, pelipis dan pipi yang sebelumnya mengeluarkan cairan merah, sekarang sudah kering berganti dengan keringat yang mengalir dari pipi. 

Lo nggak kasihan sama mama?

Cowok itu meringis kala kalimat itu hadir lagi di dalam otaknya. Ini salahnya, dan dia sedang berusaha menerima kesalahan itu demi sang mama. Sean menyadari apa saja yang ia lakukan, tetapi bukan berarti ia harus berhenti melakukan apapun agar mendapatkan apa yang ia inginkan.

Mama sakit karena mikirin lo!

Cukup. Sean mennyerah dengan usahanya.

Ia membuang napasnya kasar dan menghentikan langkahnya. Dengan napas yang masih memburu ia menunduk sambil memejamkan mata. Di dalam hati, ia berusaha merapalkan berbagai kata agar tidak terlalu menyalahkan diri sendiri.  Setelah beberapa detik, matanya terbuka dan menampilkan cairan merah yang membeku di lengannya. ia tersenyum miris dan kembali bertanya di dalam hati.

Bagaimana rasanya luka?”

Pertanyaan yang tidak akan pernah ia temukan jawabanya.

Sean menunduk mengambil bola basket, berniat untuk memainkannya sekali lagi. Namun, belum sempat cowok itu memantulkan bola, sebuah cahaya matahari yang terpantul dari ponsel seseorang membuatnya menyipit. 

Ia menggerutu  kesal saat tidak bisa melihat siapa orang itu. Refleks, ia melempar bola basket  ke arah pemilik ponsel tersebut. 

Tepat saat bola itu mendarat di kepalanya, Sean berdecak kemudian menghampiri gadis yang kini tak sadarkan diri di atas lantai koridor.

Tepat saat bola itu mendarat di kepalanya, Sean berdecak kemudian menghampiri gadis yang kini tak sadarkan diri di atas lantai koridor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Assalamualaikum!
Kenalan dulu, yuk! Aku Arinakhai, kalian bebas panggil apa aja senyaman kalian.

Dari sekian banyak hal di dunia, ada beberapa hal yang nggak bisa kita raih, dan ada hal-hal yang nggak bisa kita terima.

Di dalan cerita ini, banyak banget yang pengen aku sampein pelan-pelan. Semoga pesannya sampai ke kalian, ya.

Anyway, jangan lupa follow dan baca karyaku yang lain di ArinaKhai

Visual cast aku masukin di bab 1, yaa!

ObstinateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang