Kasi tau, ya, kalo ada typo
✨Happy reading✨
“Kenapa bawa gue ... keluar? Gue lagi asyik! Suka banget ganggung bahagia gue ....”
Kadar alkohol lebih dalam tubuhnya membuat gadis yang baru saja Sean bawa keluar dari kelab itu meracau, bahkan gadis itu sudah kesusahan untuk berdiri tegak, Sean harus memapah gadis itu perlahan agar bisa berjalan.
Ini bukan pertama kalinya Aretha mendatangi kelab malam, bahkan kelab sudah menjadi tempat wajib ia datangi setiap minggu. Meskipun orangtuanya sangat ketat memperlakukan Aretha, itu bukan berarti ia tidak punya cara agar keluar dari rumah. Wilona—teman dekatnya—selalu ia jadikan alasan agar tidak pulang setiap sabtu malam.
“Gue nggak mau pulang ...,” rengek Aretha saat menyadari cowok itu tidak merespon ucapannya. Ia mendongak, mendekatkan wajahnya ke arah Sean. “Kak Sean ... gue mau di sini aja sampe pagi, di sini asyik, nggak kayak rumah gue ....” rengeknya manja.
Cowok itu mengernyit saat menyadari nada bicara Aretha yang berbeda. Sean sama sekali tidak pernah mendengar gadis idola sekolah ini berbicara dengan nada semanja itu.
“Di sini bahaya,” balas Sean singkat.
Aretha sontak tersenyum lebar. “Kalo gitu, bawa gue ke tempat yang bikin nyaman dan nggak bahaya!”
Sean mulai kesal dengan tingkah gadis yang masih dalam rangkulannya. Sean mulai berpikir untuk meninggalkan Aretha di tempat ini sendirian dan dia pulang dengan tenang. Ia tidak habis pikir, kenapa harus peduli dengan Aretha?
Sean melepas rangkulan tangannya di tubuh Aretha, mengakibatkan gadis itu terjatuh di atas aspal dan menyebabkan luka pada lututnya. “Aw!” ia meringis menahan sakit.
Cowok itu membuang muka, menghela napas kemudian beranjak dari tempat awal ia berdiri, berusaha tidak peduli dengan rasa sakit Aretha.
Sean berjalan menuju parkiran untuk mengambil motor dan ingin pergi secepatnya dari sana tanpa perlu memikirkan tentang Aretha
Ia baru saja menyalakan motornya saat gadis itu bersuara lagi.
“Jangan tinggalin gue lagi! Capek gue ditinggal terus .... ”
“Ck! Nyusahin banget!” decak Sean kesal, tetapi tidak dipungkiri ia tetap turun dari motor dan menuntun gadis itu untuk naik ke atas motor. Setelah naik ke atas motor, Sean meraih kedua tangan gadis itu ke pinggang agar tidak terjatuh, kemudian sebelah tangannya menggenggam kedua tangan milik Aretha.
Tinggal di dalam komplek yang sama membuat Sean bimbang apakah ia harus mengantar Aretha pulang ke rumah atau ke tempat lain. Dari yang ia tahu, keluarga Dierja termasuk keluarga yang disegani oleh orang sekitar karena kekayaannya. Kepulangan Aretha dalam keadaan mabuk akan mencoreng nama baik keluarganya.
Sekali lagi ia bertanya pada dirinya. Untuk apa ia peduli?
“Sean ...,” panggil Aretha lirih. Kepala yang sebelumnya ia sandarkan di bahu Sean kini ia angkat. “Gue baru tahu bulan punya pasangan. He-he!” Gadis itu tertawa hambar. “Tapi gue senang kalo bulan ada dua. Biar nggak kesepian kayak ....”
“Kayak lo?” potong Sean agar gadis itu langsung menutup mulutnya. Ia benar-benar risih mendengar suara manja Aretha.
Gadis itu tertawa hambar dan meletakkan kembali kepalanya di bahu Sean. “Yang kesepian itu elo, bukan gue ....”
Mendengar ucapan Aretha, Sean tersenyum tipis. Ini pertama kalinya ia menyadari bahwa ada orang lain yang memperhatikan dirinya, meskipun hanya memperhatikan kesepiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obstinate
Fiksi RemajaDi dunia, di mana segala hal terjadi. Di mana kamu bisa menjadi apapun. Sean Alzegaf, tumbuh sekeras batu. Merundung dan berlaku sesukanya, ia hidup sebagai cowok paling menakutkan, tidak pernah peduli dengan konsekuensi. Sean hanya ingin merasakan...