Kasih tau, ya, kalau ada typo
✨Happy Reading✨
Di setiap sekolah, orang-orang seperti Sean, Seth dan Kino memang tidak jarang dijumpai. Mereka tidak bertindak seperti murid pada umumnya, lebih terlihat seperti preman yang menginjak para pecundang.Salah satunya, Algiebra Arcasuara. Cowok itu terlalu lemah untuk melawan kekuatan dan kekuasaan Sean. Bahkan, Algiebra terlalu takut untuk menatap iris mata tajam milik Sean.
Setiap kali melihat orang lain ketakutan karena ulah mereka, di sanalah mereka menemukan perasaan senang setelahnya.
Di SMA Nusa Cendana, bukan hanya mereka bertiga yang bertingkah seperti itu. tetapi ada juga cowok yang menjadi musuh Sean sejak masa orientasi siswa. Tetapi bedanya cowok licik itu tidak akan merundung para pecundang, ia hanya akan mencari masalah dengan orang-orang yang mengganggu jalannya untuk menggapai sesuatu.
Dan Sean, termasuk dalam orang-orang yang mengganggu rencananya.
Tiga orang yang sebelumnya bersandar pada loker sembari menunggu Algiebra datang dengan pesanan mereka, kini menarik sudut bibirnya saat orang yang mereka tunggu datang dengan langkah tertatih. Tidak lupa, pandangan yang terus menatap langkah kakinya.
Algiebra memberikan sebotol susu permintaan Sean. Harapan terbesarnya saat ini adalah, Sean mengambil botol minuman itu dan membebaskannya pergi. Tetapi hal itu sangat mustahil, ia hampir lupa, bahwa Sean adalah penyebab lebam pada wajah dan kakinya tiga hari yang lalu.
Ia masih ingat dengan jelas bagaimana cara tiga cowok itu menciptakan lebam dan luka pada tubuhnya. Jangan lupakan, bahwa Algiebra adalah pengingat yang baik.
Sebotol susu yang sejak tadi ia berikan, belum juga diraih oleh perundung itu. Degupan jantung yang bersahutan dengan desiran darah terasa dalam tubuhnya. Algiebra bisa menghitung beberapa detik sudah terlewati. Beberapa detik yang ia rasa seperti berhari-hari.
Akhirnya, Algiebra memberanikan diri untuk mendongak, memberanikan diri untuk menatap mata setajam elang itu. Tapi sedetik setelahnya, suara Sean memekik masuk ke telinganya.
“Nggak guna lo jadi manusia!”
Tepat saat ucapan itu terlontar, sebuah pukulan menghantam wajahnya hingga ia tersungkur di atas lantai. Ia meringis, saat lebam yang belum sembuh jutru diperparah dengan pukulan.
“Lo ngeledek gua?” Suara keras itu kembali terdengar hingga menarik perhatian orang di sekitar mereka.
Suara Sean hanya menarik perhatian, bukan menarik rasa empati orang-orang di sana. Karena bagi mereka Sebuah pertolongan tidak akan memberikan keuntungan. Beberapa diantaranya ikut menonton kejadian itu, tetapi lebih banyak yang memilih berlalu.
Algiebra yakin seratus persen bahwa susu putih itu adalah permintaan Sean. Ia tidak akan punya nyali untuk menghadapi amarah Sean hanya karena tidak membeli sesuai permintaannya.
Melihat Algiebra masih dalam posisi yang sama, Sean membuang isi botol itu tepat di atas kepalanya, kemudian mengambil tongkat baseball yang sebelumnya memang ia siapkan untuk menghajar si pecundang. Saat ini ia memang sangat ingin menciptakan luka pada tubuh seseorang.
Ia tersenyum sinis, melayangkan tongkat cukup tinggi, kemudian mendarat pada punggung Algiebra yang kini semakin meringkuk di sudut loker. Semakin rasa sakit ia terima, semakin tertawa pula tiga orang yang tidak pernah bosan merundungnya.
Sementara beberapa meter dari tempat mereka berada, Aretha memerhatikan adegan itu dengan bersedekap dada. Memerhatikan bagaimana kejamnya seorang Sean Alzegaf yang ia lihat dalam mimpi. Namun, sekejam apapun yang Sean lakukan pada Algiebra, tidak membuatnya bergerak untuk menolong cowok itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Obstinate
Teen FictionDi dunia, di mana segala hal terjadi. Di mana kamu bisa menjadi apapun. Sean Alzegaf, tumbuh sekeras batu. Merundung dan berlaku sesukanya, ia hidup sebagai cowok paling menakutkan, tidak pernah peduli dengan konsekuensi. Sean hanya ingin merasakan...