DENDAM?

226 34 7
                                    

Aku membuka mata ku lebar saat melihat kedua orang tua ku terkapar berlumuran darah di sekujur tubuhnya. apa yang aku lihat saat ini itu sangat menjijikkan, darah itu berderai terus dari tubuh mereka.

Lengan, kaki, bahkan dalaman itu berserakan dimana mana. Apakah yang aku lihat ini nyata? Takut, itu yang aku rasakan. Kenapa? Kenapa bisa menjadi seperti ini?

"Papa.... Mama..." Lirih ku yang masih terkejut dengan kejadian ini dengan ketakutan.

Aku masih berdiri tegap di hadapan mereka. Dengan wajah yang pucat, aku menghampiri mereka yang sudah tidak lagi bernyawa. Air mata ku jatuh, potongan potongan tubuh mereka terlihat jelas oleh ku yang tak lagi bisa di satukan. Aku tersungkur, aku menangis keras, kenapa mereka menjadi seperti ini? Siapa yang membuat mereka menjadi seperti ini?

"Ke... Kenapa... Kenapa jadi... Begini?"

Aku memegang masing masing tubuh dari mereka. Di antara mereka jasad yang sangat mengenaskan itu adalah papa, tangan, kaki, bahkan sampai dalaman pun terpisah. Jasad mama masih utuh, hanya satu yang hilang... Ya itu, kepala

"Muthe?... Dimana muthe?!" Teriak ku yang panik

Aku berkeliling ke seluruh ruangan untuk mencari muthe, untuk memastikan kalau hal buruk tidak terjadi padanya. Aku terus memanggil namanya, tetapi tidak ada jawaban darinya. Apakah dia sedang pergi? Atau... Muthe bernasib sama dengan mereka bertiga? Jawaban belum di temukan dari pikiran ku. Yang aku bisa lakukan sekarang hanya menangis, meratapi kejadian hari ini yang menimpa ku sangat dalam.

°~°

Aku terus menangis di hari terakhir mereka. Setiap kejadian yang menimpaku yang di lakukan oleh mereka aku selalu mengingat nya. Kepergian mereka membuat ku terpukul, aku ingin mereka hilang, tapi tidak dengan cara ini.

Wanita ini terus memeluk ku dan memberi kesabaran untuk ku. Dia selalu berbicara kalau semua ini terjadi hanya kecelakaan, dan aku tidak harus mengingat semua kejadian itu. Dia terus memeluk ku kuat, dan aku terus menangis di pelukannya.

"Jangan nangis terus. Nangis ga akan bisa membalikkan keadaan" ujar nya

Aku menatap wajah nya, wajah yang sangat aku kagumi, seorang wanita yang selalu menemani ku dalam keadaan senang ataupun susah, dia selalu ada di samping ku.

"Kak... Kenapa kaya gini? Kenapa mereka bisa kaya gini?" Lirih ku yang terus mengeluarkan air mata

"Semuanya udah takdir, Chik. Ga ada yang bisa menentang takdir tuhan" jawabnya

"Kalau ini takdir, kenapa hanya mereka yang di ambil? Aku anaknya, dan aku harus ikut"

"Tuhan adil, Chik. Mereka mengambil semua keburukan dalam hidup kamu. Kamu di tinggal oleh keburukan yang selama ini menghiasi hidup kamu, kamu berhak bahagia Chik."

Kata kata itu membuatku terdiam, aku semakin memikirkan tentang kejadian dimana aku sering di sakiti oleh mereka. Aku pernah bilang kalau aku benci mereka, aku ingin mereka menghilang, tapi bukan dengan seperti ini. Aku menyesali semua perkataan ku, perkataan yang mungkin di dengar oleh tuhan. Aku butuh kebebasan, tapi bukan seperti ini yang aku mau.

Dari kejauhan terlihat ada seorang wanita berlari ke arah ku, dengan tatapan marah dia menghampiri ku. Muthe, orang itu adalah adik ku.

Dia datang ke pemakaman untuk melihat bahwa orang tuanya sudah tiada. Kemana saja? Kenapa dia baru muncul sekarang? Bukan kah dia anak kesayangan nya? Harusnya yang berada di samping mereka saat di hari terakhir mereka itu dia, anak yang selalu di istimewa kan.

"Anjing Lo Chika!" Tukasnya yang mulai memukuliku

Dia terus memukul ku dengan kuat dihiasi air matanya yang berderai keluar. Dia terus menyalahkan ku atas kematian mereka, dia terus melampiaskan kemarahannya kepada ku, seakan akan aku adalah pembunuh nya.

T R A U M ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang