Keesokan harinya polisi dan kerabat jauh ku datang ke rumah untuk mencari tau tentang kematian kedua orang tua ku yang sangat misterius. Dengan wajah pucat aku memberikan semua penjelasan yang aku tau di saat hari itu.
"Apakah papa dan mama kamu mempunyai musuh dalam pekerjaannya?" Tanya detektif itu dan aku jawab dengan menggeleng kan kepala
"Lapor pa, bagian tubuh Bu vanka tidak di temukan di dekat TKP. Kami sudah menyisir semua tempat ini, dan tidak ada bagian tubuh itu yang di temukan" ujar para polisi itu dengan tegas
Aku hanya bisa melamun tak bersuara. Aku lebih memilih diam karena aku tak ingin mengingat kejadian itu lagi.
Aku mulai beranjak dari kursi lalu pergi dari hadapan mereka semua. Lengan ku di tahan oleh paman ku, ia bertanya bagaiman keadaan muthe sekarang
"Gimana sama muthe? Dia baik baik saja kan?" Tanya nyaAku menoleh kearahnya, aku melepas genggamannya dengan wajah yang malas. Sudah ku duga, pertanyaan itu pasti akan di lontar kan oleh paman. Hanya muthe yang di pikiran mereka sekarang, hanya muthe yang di pedulikan oleh mereka, Tetang keadaan ku? Mereka sama sekali tidak menanyakan soal itu, rasa sakit ini terus menyiksa, rasa perih ini masih sangat terasa.
"Aku ga tau, dan aku ga peduli sama keadaan dia sekarang" jawab ku lalu pergi
Paman ku mengerutkan keningnya. Dia mulai mengejar lalu menggenggam tangan ku kembali. Ia sekali lagi menanyakan soal muthe kepada ku
"Jangan bercanda Chika, dimana muthe sekarang? Dia baik baik aja kan?"Aku mulai geram dengan keadaan ini. Keadaan yang memaksa ku untuk berpura pura tegar dengan pertanyaan yang ia beri, tanpa memperdulikan posisi ku sekarang ini
"Kenapa harus muthe yang di cari? Dia baik baik aja om, ga ada yang terjadi sama dia, dia senang di luar sana. Om tau? Dari kejadian itu terjadi sampai sekarang muthe belum pernah pulang ke rumah, untuk mengantar mama sama papa ke tempat terakhir pun dia ga ada. Om tanya keadaan muthe Gimana sekarang? Yang harus di tanya seperti itu harusnya aku, om! Aku yang lagi kenapa Napa sekarang. Dengan keadaan aku yang lagi terpuruk begini pun ga ada keluarga yang peduliin aku, sekalipun!" Tegas ku yang meneteskan air mata ku dengan deras. Aku menumpahkan semua emosi yang aku rasakan pada kerabat ku yang tak pernah peduli dengan ku di saat kejadian Christy meninggal. Untuk pertama kalinya aku membuka suara tentang keadaan ku yang sedang memburuk ini pada mereka, mereka hanya mendengarkan tanpa adanya bantahan yang ku dengar.
"Dari semenjak Christy meninggal, ga ada sama sekali keluarga yang peduli sama aku. Aku sendiri! Bahkan di dalam kasus ini pun masih muthe yang di cari dan tanya keadaan nya. YANG ADA DI RUMAH INI BERSAMA MEREKA ITU AKU! YANG HARUS DI KHAWATIRIN ITU AKU, BUKAN MUTHE" marah ku semakin meluap tanpa memperdulikan para polisi dan wartawan yang berada di rumah ini.
Aku tak memperdulikan semuanya. Aku pergi dari hadapan mereka semua, tak akan ku terima interogasi dari mereka, Takan ku menoleh lagi saat mereka memanggil ku. Aku sudah cape dengan semua ini, beruntung kamu muthe, kamu anak emas yang terselamatkan dari kejadian buruk dan dari pertanyaan yang sangat membuat ku sakit ini.
"Udah ga ada lagi rasa peduli ku sama kalian semua! Hidup ku sekarang, jauh lebih tenang di banding hidupku yang sebelumnya. Tak ada lagi orang yang membuat ku tersiksa sekarang, orang orang itu sudah musnah! Aku bebas sekarang" gumam ku lalu pergi meninggalkan rumah
°•°
Wanita berambut sebahu itu membuka pintu sembari membawa makanan yang di taruhnya di sebuah nampan berukuran sedang, memasuki ruangan dengan langkah besarnya dan menaruh makanan itu tepat di laci kecil yang berada di sebelah kasur.
Wanita yang bernama Feby ini duduk di sisi kasur lalu mulai merapihkan pakaian yang di kenakan oleh adiknya itu.
"Dey, udah 3 hari Lo belom makan. Makan dulu ya" tawarnya dan mulai menyuapkan sebuah sesendok nasiDey menepisnya dengan cepat sampai makanan itu terjatuh ke lantai. Sudah biasa Feby mendapatkan perilaku itu akhir akhir ini.
"Dey, Lo ga sendiri, ada gue yang selalu nemenin Lo. Ga akan ada orang yang bisa nyankitin Lo, tenang ya. Sekarang Lo makan dulu, Biar Lo ga sakit"Dey menatap nya lesu, apakah benar yang di katakan oleh kakanya itu? Perasaan Dey saat ini masih sama seperti dulu, masih dalam ketakutan yang luar biasa. Dey tak akan pernah lupa tentang kejadian dimana teman temannya di temukan dengan keadaan yang mengenaskan. Dia hanya tak ingin bernasib sama seperti mereka, Dey hanya ingin hidupnya sama seperti dulu tanpa teror yang terus mendatangi nya setiap malam. Sudah 3 hari Dey tidak makan dan tidur, ia takut kalau ia memejamkan matanya orang itu akan datang lagi dan membunuhnya.
Wajah ketakutan nya terlihat jelas di mata Feby, ia bingung harus berbuat apa. Semua usahanya untuk mengembalikan adiknya seperti dulu lagi semuanya hanya sia sia.
"Ya udah, Lo lanjut istirahat lagi aja ya. Gue bakalan selalu Deket sama Lo, gue ga akan ninggalin Lo" ucapnya lalu mulai menidurkan Dey dan mengusap kepalanya lembut
Berbagai upaya apapun untuk mencari tau tentang kejadian yang menimpa teman teman Dey belum di ketahui hingga kini. Dey akan merasa tenang kalau Ara di tangkap oleh polisi, tetapi tidak semudah itu untuk menangkap nya. Jejak kepergian Ara sama sekali tidak di ketahui, nomor ponsel yang sering mengirim pesan teror pada Dey pun selalu berubah, Ara cukup pintar kalau soal melarikan diri.
Feby mulai khawatir dengan keadaan adiknya sekarang, masalah nya semakin serius dirasa nya. Apa yang harus ia lakukan agar orang yang meneror adiknya ini tertangkap? Dengan cara apa agar orang itu cepat mendapatkan hukumannya?
"Duuhhh, gue kok jadi pusing gini sih?! Gue harus bisa tangkep itu orang sampe dapet, awas aje kalo Lo ketangkep, bakal gua potong potong badan lu" geramnya yang mulai tak tahan dengan situasi seperti ini×_×
Dey aku udah cape banget nunggu kamu, aku pengen buru buru main sama kamu. Mau tau ga? Aku baru beli pisau baru lho, im so happy😁 aku ga sabar buat nyobain pisau itu bareng sama kamu, besok aku jemput ya? Tangan aku udah gatel soalnya pengen potong potong sesuatu pakai pisau baru. Sampai ketemu besok😘
"Berani Lo ambil Ade gue? Lo berurusan langsung sama gue!" Tegasnya yang membaca pesan pemberian dari orang yang sama
"Heheh, berani lawan gue, Lo bakalan gue habisin sama kaya mereka!"
Feby pergi ke arah jendela kamar Dey lalu menutupnya dan menguncinya
"Kek ada suara, perasaan doang kali""Sampai ketemu besok, Dey"
∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆∆
💢💌❗
Typo selalu ada!
Apa yang bakalan terjadi sama mereka berdua?
KAMU SEDANG MEMBACA
T R A U M A
Teen FictionTrauma yang di alami memiliki dendam. Kejadian yang mengecewakan sudah terbalaskan. Setiap luka tidak semuanya memiliki darah. Harapan kebahagiaan ada di tangannya sekarang, jangan membuatnya kecewa, sekali ia merasakan kecewa, pasti akan ada yang d...