Hari Senin tanggal 21 September 2020.
Tepat hari ini wanita itu akan mengerjakan aksinya.
Berjalan di setiap lorong sekolah dengan santainya sembari membawa pisau di tangannya membuat dirinya semakin bangga akan apa yang di lakukan olehnya nanti. Senyuman tipis yang menyirat membuatnya semakin bersemangat untuk melakukan tugasnya.
"Setelah upacara nanti, akan ada kabar gembira di sekolah ini" ujarnya disertai senyuman tipis manisnya
Wanita itu naik ke atas tangga menuju rooftop sekolah untuk menemui seseorang. Perasaan nya begitu senang saat ingin menemuinya, rasa tidak sabar membara dalam hatinya.
Punggung wanita itu sudah tertera di matanya, padangan gadis itu memancarkan ke indahan bagi hidupnya. Terlalu berlebihan? Tentu tidak, rasa ini selalu muncul di saat ia ingin mengutarakan keinginannya untuk menghabisi seseorang.
"Akhirnya kamu Dateng juga, vi" ujarnya dengan perasaan senang lalu mulai memeluknya erat.
"Aku seneng akhirnya kamu setuju untuk melindungi aku" tambah nyaWanita yang berada di hadapan Dey kini memancarkan senyuman pertamanya kepada Dey. Dey merasa senang saat wanita yang ia suka datang untuk melindungi nya dari kematian.
Dey belum tau saja kalau yang akan menjemputnya adalah wanita yang ia suka."Gimana perasaan kamu selama kamu dapat teror dari Ara?" Tanya Vivi
Dengan mimik wajah ketakutan nya Dey menceritakan semua kejadian yang menimpa nya selama ini. Sangat kejam Ara membuat psikis Dey menjadi buruk, sungguh membuat Dey trauma akan kejadian itu.
"Aku takut kalau Ara Dateng buat bunuh aku. Satu satunya cara untuk aku selamat dari dia, itu di Deket kamu, Vi. Aku tau kenapa Ara melakukan ini sama aku dan teman teman aku, itu semua karena sifat dendam dia yang udah aku bully pada saat itu, dan kamu adalah alasan kenapa aku bisa bully dia. Aku juga ga tau kenapa dia bisa jadi kaya gitu, tolong jaga aku ya, Vi. Aku janji, aku ga akan melakukan hal buruk itu lagi sama orang orang" permohonan itu terdengar jelas dari telinga Vivi.Rasa enggan ingin melukai selalu ada di dalam dirinya, Tetapi rasa ingin menghabisi itu jauh lebih besar di dalam dirinya. Vivi bingung harus berbuat apa sekarang, permohonan yang disertai rasa takut itu membuat Vivi berubah pikiran.
Tapi rasa itu ia elak mentah mentah, bagai mana pun, orang yang ada di hadapannya ini sudah membuat orang tersayang nya menderita setiap saat, harus menerima cacian, menerima rasa sakit yang hampir di alaminya setiap hari.Vivi memegang bahu Dey lembut. Keduanya sekarang saling menatap satu sama lain, rasa ingin mengutarakan selalu ada di dalam hati Vivi, dan mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk ia mengutarakan kebenciannya pada Dey yang telah membuat orang kesayangan nya menderita.
"Kita main putar waktu sekarang. Kamu masih ingat? Saat kamu menyakiti Chika?" Tanya Vivi dengan mata yang terus menatap Dey tajam
Dey memasang wajah takut, tatapan mata Vivi kini memancarkan kekejaman
"Aku ulang. Masih inget ga, atas apa yang udah kamu lakuin terhadap Chika?" Lanjutnya dengan genggaman yang semakin kuat dan membuat Dey merasa kesakitan pada pundaknya"M... Maksud k... Kamu?"
"Kamu pikir aku bodoh? Aku tau semuanya tentang kamu, kamu bukan cuma nyakitin Ara, tapi Chika juga. Bukan cuma mereka, kamu juga nyakitin setiap orang yang Deket sama aku. Kamu tau kan? Aku paling ga suka sama orang yang udah nyakitin orang orang yang aku sayang, dan aku, akan melakukan hal yang sama atas apa yang udah kamu lakuin sama mereka. BAHKAN LEBIH KEJAM!" penekanan ini membuat Dey ketakutan di buatnya.
"Jadi, selama ini yang udah bunuh temen temen aku, bukan cuma Ara? Tapi, kamu ikut berperan dalam kejadian ini?" Ucapnya dengan tangisan yang sudah keluar dari setadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
T R A U M A
Teen FictionTrauma yang di alami memiliki dendam. Kejadian yang mengecewakan sudah terbalaskan. Setiap luka tidak semuanya memiliki darah. Harapan kebahagiaan ada di tangannya sekarang, jangan membuatnya kecewa, sekali ia merasakan kecewa, pasti akan ada yang d...