Chika berjalan di lorong sekolah dengan santainya menuju kelas, tanpa melirik sekitar dirinya terus berjalan tanpa beban
2 bulan sudah berlalu, kejadian buruk itu sudah tak di ingat lagi olehnya, setiap mengingat masa lalu selalu saja ia tersenyum sendiri, entah apa yang membuatnya seperti itu. Chika membentuk senyuman di wajahnya, ia melihat tatapan mata pekat yang berarah kepadanya.
Chika berlari menuju titik yang ia fokuskan tadi. Pelukan erat melingkar di tubuh Chika cukup kuat, begitupun sebaliknya. Dirinya sangat senang saat melihat wajah kekasih nya dari dekat, setelah 2 Minggu mereka tidak berjumpa, dan akhirnya waktu mempertemukan mereka kembali
"Aku kangen" rengek Chika yang masih melingkar kan lengannya pada perut Vivi
Wanita itu tersenyum penuh arti
"Aku juga" Vivi seketika menarik tubuh Chika untuk keluar dari kelasMereka bergandengan tangan sembari berlari kecil menuju toilet. Setelah sampainya mereka ketempat tujuan, mereka pun mulai beraksi di tepat itu dan tak mementingkan orang orang Yang akan melihat mereka nanti
Vivi mengangkat tubuh Chika untuk duduk di dekat wastafel dan mulai melumat bibirnya dengan kasar. Chika membalas lumatan itu dengan gairah seksual yang memikat jiwa Vivi, setiap desahan yang di keluarkan oleh Chika sangat merdu di telinga hingga membuat Vivi semakin menjadi saat melakukan tindakan ini. Tidak tinggal diam, lengan Vivi mulai menjalar kebagian dada kanan Chika dan mulai meremas nya lembut, desahan itu terdengar kembali di telinga wanita dengan penuh nafsu ini.
Chika melepas ciumannya kasar, Chika menarik nafas panjang dan mulai melakukan tindakan itu lagi. Suara merdu dari mulut mereka sangat nyaring terdengar di seluruh area toilet yang mereka singgahi ini. Serasa dunia milik berdua"Aku pengen ngelakuin lebih dari ini" ujar Chika dengan nada manja
Vivi tersenyum sembari merapihkan baju seragam yang ia kenakan "boleh aja, tapi jangan di sini, kalau ketahuan bisa bahaya. Nanti kita mainnya di rumah ku aja ya?"
Chika memancarkan senyuman nya lalu mencium bibir Vivi sekilas lalu turun dari tempat yang ia duduki tadi
"Aku ga sabar" singkat nya lalu meninggalkan Vivi sendiri di toiletVivi tersenyum melihat tingkah bahagia dari sang kekasihnya, entah kenapa Vivi merasa tidak sabar dengan rencana yang akan dia buat untuk memuaskan hasratnya kepada Chika "ga akan aku sia sia in waktu saat bersama kamu, Chik." Gumam nya lalu kakinya melangkah dan beranjak dari tempat ini.
Siratan tajam dari bilik toilet menuai kekejaman dari matanya. Tatapannya tajam, wajahnya sangat dingin, senyum pun tak ada di wajahnya. Dia berdiri tegak di balik bilik itu sembari mengepalkan tangannya sangat kuat, siratan benci memenuhi mimik wajahnya yang datar. "Ga akan ada kebahagiaan buat kalian, selagi gue masih ada di dunia ini, jangan pernah berharap kalau kalian akan terus hidup" kecam nya pelan namun penuh dengan penekanan
<><><>
"Kamu masih nyari muthe?" Tanya Vivi sembari merangkul Chika dengan lembut
"Iya, aku ingin kasih pelajaran sama dia, aku belum puas dengan semuanya. Mungkin aku akan puas setelah dia mati" tegas nya sembari meremas foto sang adik
Vivi terkejut dengan perkataan Chika tadi, apakah yang dikatakan Chika itu serius? Apakah Chika akan melakukan apa yang Vivi lakukan kepada korban korbannya?
"Kamu berubah ya, Chik. Kamu jauh lebih jadi pemberani." Ucap Vivi masih dengan posisi yang sama
Chika membalikan tubuh nya menghadap Vivi "aku yang sekarang bukan aku yang dulu. Dulu aku penakut, sekarang aku akan berubah menjadi pemberani kaya kamu. Setiap ada orang yang menggangu atau mengusik kehidupan aku, aku ga akan biarin mereka hidup, sekalipun mereka adalah orang terdekat aku" jelasnya yang masih menatap Vivi lekat
KAMU SEDANG MEMBACA
T R A U M A
Teen FictionTrauma yang di alami memiliki dendam. Kejadian yang mengecewakan sudah terbalaskan. Setiap luka tidak semuanya memiliki darah. Harapan kebahagiaan ada di tangannya sekarang, jangan membuatnya kecewa, sekali ia merasakan kecewa, pasti akan ada yang d...