3.b

561 107 14
                                    

Allura berjalan menuju keruangannya. Pintu terbuka menampilkan seluruh isi ruangan itu. Ruangan itu sangat luas untuk tiga orang. Ya, ruangan itu memang didesain untuk mereka bertiga. Disana, Jessana dan Zola sedang sibuk ditempat masing masing.

Allura masuk dalam diam lalu duduk ditempatnya. Dia menatap komputer didepannya lalu mengetik sesuatu. Saat sedang serius mencari sesuati, Jessana mengeluarkan suara.

"Pastikan aku tidak melihat dia lagi, jika memang tidak kau eksekusi." Ucap Jessana dengan tatapan mata tertuju pada komputernya. Allura hanya mendecih pelan.

"Ah ya, bagaimana murid private mu itu?" Tanya Zola pada Allura. Jessana langsung menghentikan kegiatannya lalu menatap Zola dan Allura. Zola yang merasa ditatap hanya mengedikkan bahu membalas tatapan Jessana.

Allura menghela nafas, "Haah.. aku mengajari salah satu kelompok di organisasi. Dan ya, mereka berkembang pesat." Zola mengangguk mengerti. "Hm, memang cocok untukmu." Jessana hanya memandang datar keduanya lalu kembali fokus pada komputernya.

"Ck, sudah kuduga." Ucap Allura pelan. Tapi dapat didengar oleh yang lain. "Apa?" Tanya Zola penasaran. "Wanita itu. Ternyata dari keluarga kaya makanya dia semena mena." Jawab Allura santai.

"Selalu saja. Jika itu anggotaku, sudah kusiksa." Ucap Zola semangat. Allura hanya menggelengkan kepala. Diantara mereka, mungkin Allura lah yang paling baik. Tapi tidak sebaik yang dipikirkan.

"Dia hanya berani mengatai Jess dibelakang." Ujar Allura membuat Jessana lagi lagi menatap Allura. Begitupun Zola. "Benarkah? Berani sekali. Harusnya jangan kau beritahu, Jessana pasti akan langsung merobek mulutnya." Bisik Zola dengan suara yang tidak pelan.

"Kurasa seperti itu. Tapi, izinkan aku bermain dengannya sebelum kau merobek mulutnya." Kekeh Allura dengan tetap menatap komputer. Jessana hanya mencebik kesal. Andai saja bukan Allura, Jessana akan segera kesana dan benar benar merobek mulut wanita itu.

Allura tersenyum miring saat dia mendapatkan sesuatu yang menarik. Setelah menyalin suatu berita yang sangat mengejutkan dirinya di handphone, dia berjalan keluar dengan smirk diwajahnya.

Zola hanya menatap aneh partnernya itu, sedangkan Jessana tidak peduli. Allura keluar dari ruangan itu lalu menghilang dibalik pintu yang tertutup.

***

Keesokkan harinya, Allura kembali ke sel sang wanita kemarin. Allura berjalan dengan santai, disana masih ada Albert yang selalu menjalankan perintah Allura.

"Bagaimana kabarmu Albet?" Tanya Allura tersenyum dibalik maskernya. "Aku baik saja nona." Jawab Albert sopan. Allura duduk dikursi depan sel, "Bagaimana dia?" Tanya Allura sambil menatap wanita yang ada didalam sel itu. "Seperti yang anda lihat, nona." Jawab Albert formal.

Allura menghela nafas menatap sang tahanan tajam dan serius. "Amera Gilskin atau Amera Fransis." Ucap Allura tegas. "Seorang anak tunggal dari salah satu keluarga terkaya dikota besar ini. Melarikan diri dari rumah istananya karena menolak dijodohkan. Dan terjebak dengan ketua mafia yang sudah dia nikahi. Apa aku benar?" Ucap Allura lantang.

Amera membelalakkan matanya kaget. Bagaimana Allura bisa tahu? Suami mafianya telah menyembunyikan rapat rapat identitas aslinya.

"Awalnya kau tidak tahu jika suami mu itu ketua mafia. Lama, kau tidak bisa kembali ke keluargamu karena suami mu mengancammu. Dia akan membunuhmu juga anak kalian jika kau memaksa kembali kesana. Lalu kau tahu jika suamimu itu mafia. Sedangkan keluargamu, mereka tahunya kau sudah hilang entah kemana." Sambung Allura panjang.

"Tapi sayang, kau hanya dimanfaatkan. Orang tua kayamu bukanlah orang tua kandungmu. Mereka mengadopsimu dari panti asuhan. Membesarkanmu dan merawatmu dengan kasih sayang. Kau tahu, kau sengaja diberikan pada suami mafia mu itu. Karena mereka hanya menginginkan anak kandung mereka bukan dirimu." Jelas Allura tidak memberikan kesempatan untuk Amera berbicara.

Amera menatap Allura marah, "Tidak mungkin!! Kau salah!!!" Teriak Amera murka. Allura tersenyum miring lalu melempar sebuah berkas kehadapan pintu sel. "Mereka menukarmu dengan anak kandung mereka. Salsabila Gilskin. Seorang wanita yang ditawan oleh suamimu, Delta Fransis. Dia hanya akan mengembalikan sang anak jika orang tuamu bisa membawakan seseorang yang lebih menarik dari Salsabila Gilskin. Dan dirimu adalah orang itu. Harusnya kau sadar kenapa mereka tidak berusaha mencarimu." Ucap Allura santai.

Amera menatap berkas berkas yang berserakan didepan pintu selnya dengan air mata yang sudah mengalir. Benarkah semua ini?

"Kau memanipulasi semua ini kan?!!" Teriak Amera marah. Allura hanya mengedikkan bahu acuh. "Kau berlindung pada suami mafiamu itu kan?" Tanya Allura yang jawabannya pun dia sudah sangat tahu. "Aku akan memberikan hadiah yang kukatakan padamu." Ucap Allura mengedipkan sebelah matanya.

Dia berdiri lalu memutar sebuah laptop dimeja agar Amera bisa melihat tayangan dilaptop itu. "Kau bodoh karena mencintai suami yang sama sekali tidak mencintaimu itu. Dia hanya memanfaatkanmu. Agar kau membawa kelemahan kami padanya." Ujar Allura datar.

Dia benar benar benci seorang pengkhianat juga munafik. Amera balas menatap Allura nyalang. Allura hanya biasa saja. Allura memutar sebuah vidio dilaptop itu lalu memperlihatkannya pada Amera.

Amera membalalak kaget saat menonton vidio itu. Airmata nya menetes membasahi pipinya. "Apa yang kau lakukan?!!!" Teriak Amera dengan tangisannya. Allura hanya duduk santai dengan melipat kedua tangannya didepan dada dan menatap Amera datar.

Albert disebelahnya hanya memandang datar ketuanya dan seorang wanita didalam sel. Dia sudah biasa. Allura itu kejam. Allura yang dibilang paling baik diantara kedua partnernya saja sudah sekejam ini. Apalagi keduanya yang lain.

Amera menangis meraung raung melihat vidio itu. Didalam vidio itu terlihat jelas bagaimana Allura membantai habis seluruh mafia itu tanpa ampun. Bahkan dengan jelas Amera melihat Allura menyiksa sang suami. Delta Fransis, mafia yang terkenal karena kelicikan juga ketampanannya.

Allura menyiksa Delta perlahan hingga mati mengenaskan. Dia tidak peduli, mafia seperti mereka pantas dibunuh. Mereka hanya mengotori bumi. "Dimana anakku?!!" Tanya Amera dengan nada tinggi.

Allura terlihat berpikir lalu menatap Amera dengan senyum kebanggaannya. "Aku memanipulasi ingatannya. Dan menjadikannya anggotaku. Dia tidak akan mengingatmu ataupun Delta." Jawab Allura bangga.

Amera menggedor gedor sel tahanannya dengan menatap Allura murka. "Apa yang kau lakukan?!! Kau merenggut semua milikku!!" Teriak Amera nyaring. Allura mengusap kedua telinganya dengan wajah menahan sakit.

Dia mempunyai pendengaran yang sangat tajam. Jadi suara Amera yang beberapa oktaf itu sedikit menyakiti sarafnya. Albert langsung menatap Allura khawatir. "Nona, apa anda baik saja?" Tanya Albert yang dijawab anggukan oleh Allura.

"Bisa kau tidak berteriak? Telingaku masih normal untuk mendengar suaramu. Bahkan sekecil apapun suaramu, telingaku masih bisa mendengar." Desis Allura kesal. "Kau yang membuat semua ini terjadi. Jika dari awal kau tidak main main dengan The Killer, kau tidak akan merasakan ini semua." Ucap Allura serius.

"Itu hadiah yang kujanjikan untukmu. Semoga kau menyukainya." Ujar Allura bahagia. Lalu berdiri meninggalkan Amera menangis sejadi jadinya.

Albert berjalan dibelakang Allura mengikutinya. "Albert, pastikan anak dari Amera benar benar sudah dicuci otaknya. Aku benar benar akan membuatnya menjadi anggotaku." Ucap Allura.

"Baik nona." Jawab Albert cepat. Dia langsung melesat meninggalkan Allura. Allura menghela nafas lalu pergi menuju tempat istirahatnya. Sudah beberapa hari ini dia tidak istirahat. Dia benar benar lelah.

####

Halloo?...
Gimana kabar kalian??
Maaf ya Karna Shadow jarang update🙏
Tapi akan terus diusahakan buat update kok👍
Gimana sama part ini?
Bagus? Atau biasa aja? Atau, jelek?
Jangan lup vote dan comment nya😘

SHADOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang