2.a

767 135 18
                                    

Sedangkan diruangan lain sang pimpinan tersenyum tipis saat mendapat laporan bahwa Allura yang mengambil alih misi ini. Ya, memang semua itu sudah dia rencanakan. Karena kelompok A adalah kelompok yang paling lamban.

Jadi dia terpaksa harus menarik salah satu anggota terbaiknya untuk menjadi tutor kelompok A. Tentu saja dengan cara diam diam. Contohnya seperti ini, jika tidak seperti ini Allura akan menolak. Sebenarnya bisa saja dia menyuruh Zola yang lebih sering menurut padanya. Hanya saja Zola sebenarnya lebih tidak sabaran daripada Allura yang tempramen. Dan Jessana? Dia yang paling barbar dan malas tau dengan sekitarnya. Jadi pilihannya jatuh pada Allura.

Untuk sekarang cukup Jessana dan Zola yang menghandle misi besar itu. Bisa rusak semua rencananya jika Allura juga ikut. Karena Allura sangat gegabah dan juga Allura memang sangat tempramen dan keras kepala. Bahkan pimpinan nya saja dia bantah, tidak ada yang bisa membuat dia tunduk. Kecuali, Jessana.

Padahal Jessana lebih muda dibanding Allura. Tapi entah mengapa dia lebih mendengarkan Jes daripada pimpinan mereka.

"Semoga kau tidak cepat menyadarinya Allura." Ucap pimpinan itu dengan senyum tipis.

****

Allura dan anggota kelompok A telah sampai dipusat kota. Mereka berhenti disebuah rumah yang lumayan besar namun terlihat kuno. Mobil mereka memasuki halaman rumah tersebut saat gerbangnya otomatis terbuka. Ditengah pintu gerbang itu terdapat ukiran kepala serigala yang lumayan besar. Membuat mereka menatap horor.

Allura keluar dari mobil dengan santai. Sedangkan yang lain, mengerutkan dahinya bingung.

"Masuk saja. Ini salah satu peninggalan moyangku." Ujar Allura santai. Yang lain semakin bingung dengan ucapan Allura.
"Moyang?" Tanya Zidan bingung. Allura tersenyum miring.
"Akan aku jelaskan didalam. Didalam lebih nyaman dari pada diluar." Ucap Allura membuat mereka mengangguk lalu mengikuti Allura.

Benar saja didalam rumah itu terlihat lebih nyaman dari pada diluar tadi. Interior nya benar benar kuno tapi terlihat elegan. Zidan menatap dengan kagum sekeliling rumah Allura. Begitupun yang lain, Allura hanya memandang mereka acuh.

"Rumah ini bergaya kuno. Hanya sedikit ku upgrade agar mengikuti trend." Jelas Allura seperti menjawab pertanyaan mereka dalam hati.

"Kenapa setiap kau bicara selalu tepat seperti menjawab pertanyaan dalam hatiku? Apa kau bisa membaca pikiran?" Tanya Niara penasaran.

Allura tersenyum miring dibalik maskernya.
"Aku tidak bisa membaca pikiran. Itu kelebihan Zola. Aku hanya mempunyai pendengaran yang tajam, hingga apa yang kau katakan dalam hati pun aku bisa mendengarnya. Namun aku tidak bisa sama sekali mengetahui apa yang ada dalam pikiranmu." Jelas Allura santai.

"Apa?! Apakah itu nyata? Bagaimana bisa?" Ucap Jeny kebingungan.
"Kau manusia kan?" Sambung Jack membuat Allura tertawa keras hingga suaranya menggema. Dia langsung membuka masker yang menutupi sebagian wajahnya.

Ke empat manusia yang ada disitu menganga kagum. Allura mempunyai paras rupawan dengan mata coklat beningnya. Lalu kenapa dia tutupi dengan masker? (Corona😅)

"Sebenarnya aku tidak terbiasa mengekspos wajahku pada orang asing seperti kalian. Hanya saja, sepertinya kita akan bersama agak lama. Jadi aku harus terbiasa." Ucap Allura.
"Ohya, untuk jawaban pertanyaan kalian. Ya, aku manusia. Hanya saja aku mempunyai kelebihan dikarenakan.." Allura menggantung ucapannya sambil menatap satu persatu keempat orang didepannya.

"Bisa dibilang salah satu moyangku adalah makhluk yang kalian anggap mitos saat ini." Lanjut Allura membuat mereka serempak melotot kaget.

Itu tidak benar bukan?

SHADOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang