"Bu, harinya sudah petang saya pamit pulang dulu ya?"
"Oh iya, sampai jumpa esok."
Wanita itu tersenyum lalu segera pergi dari rumah orang tersebut.
Ia berjalan tanpa sebuah alas kaki menyisir putihnya pasir pantai ditemani desau suara angin yang juga menyambut permukaan kulit lembutnya.
Matahari yang mulai menenggelamkan diri pada ujung garis laut, silih mulai menggelapkan langit.
Namun, langkah kakinya segera terhenti ketika maniknya mendapatkan satu sosok terbaring di pinggir pantai.
Segera ia mendekat ke arah sosok itu.
Dengan penuh rasa ragu ia mencoba tenang.
"Oh ayo tenanglah, tenang." Ia berucap pada dirinya sendiri.
Perlahan tangannya mulai menyentuh dan sekadar menepuk-nepuk pipi wajah orang tersebut.
"Mas, bangun."
"Mas?"
"Bangun, Mas...."
Tiga kali ia coba membangunkan sosok pria itu namun tak kunjung juga ada pergerakan. Akhirnya, wanita itu mencoba memeriksa detak jantung.
"Masih berdetak."
Wanita itu memandang penjuru sekitar yang terlihat sepi. Semua warga desa pasti berada di dalam rumah saat ini.
"Bagaimana caranya, saya membawa orang ini?" monolognya kebingungan.
Tidak ada pilihan lain, ia pun dengan terpaksa harus menyeret tubuh pria itu yang cukup berat baginya.
"Maaf, saya terpaksa menyeret kamu."
Hingga akhirnya sampailah ia di depan rumah kayu sederhana dan membawa sang pria masuk ke dalamnya untuk di rebahkan diatas kasurnya yang tak begitu empuk.
"Semoga cepat sadar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mercusuar
Historia CortaUsai sudah perjalanan, kamu adalah rumah untuk saya pulang. Ditulis oleh, Prajanabastala2021