Arel itu walaupun mempunyai sifat dominan kasar, tetapi pesonanya benar-benar mematikan.Meski sudah dibentak, melontarkan ucapan yang setengah isinya memuat cacian dan hinaan, tidak serta-merta membuat kaum hawa patah semangat untuk bisa berdiri berjajar di sisinya. Bisa diingat oleh seorang inti dari Rakuzan itu saja sudah merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri bagi mereka.
Arel itu tinggi kaya cita-cita, ia juga indah seperti senja. Untuk bisa mendapatkannya dibutuhkan perjuangan yang ekstra, memilikinya adalah halusinasi, dia objek yang nyata namun terasa fatamorgana.
“Wah pacar aku hari ini mau kemana dah, rapih betul mana ganteng pula. Jadi makin sayangg” yang dimaksud rapih oleh Ivona; seragam dibiarkan keluar, kaos kaki pendek hampir tidak kelihatan, sepatu full putih tanpa ada pori-pori, tindik telinga, beberapa gelang hitam dengan kalung yang tergantung di leher jenjangnya, dan terakhir tidak ada tas yang tersampir di pundak cowok itu.
“Cipika cipiki dulu donggg~”
“Ngomong lagi gue tabok lo.”
Cewek itu menampilkan senyum bodoh, ia sudah biasa menerima sumpah serapah yang dilontarkan oleh manusia kelebihan zat besi ini. Gapapa ini masih batas normal, ada begitu banyak kosa kata makian yang akan diterima untuk ke depannya.
“Nebeng dong, gue ga punya duit buat mangkat naek bus,” Ivona berujar dengan bergelayut manja di bahu Arel.
“Naik,” tapi siapa yang akan menyangka bahwa ucapan spontannya akan langsung diamini oleh cowok itu.
“Hihh serius anak anjing? Padahal gue cuma basa-basi lho”
“Beneran mau ditabok ya sat?” tatapan Arel semakin menajam.
Cewek yang masih menunjukkan deretan gigi rapihnya itu bergerak menaiki motor besar Arel. “Udah mang,” ujarnya diselingi tepukan bahu keras.
Ia yang berfikiran untuk modus dengan memberi sentuhan-sentuhan kecil pada sosok sahabatnya langsung reflek mengucap takbir tak kala motor yang mereka kendarai melaju kencang berbaur bersama pengendara lain.
Meski jantungnya berdetak dengan kecepatan yang jauh dari kata normal perkara Arel yang membawa motor bak Valentina Rossi versi bajakan, nyatanya tidak cukup kuat untuk melunturkan senyum lebar Ivona yang senang bukan kepalang karena bisa berangkat dengan gebetan.
Sepanjang jalan yang mereka lintasi, cewek itu tidak henti-hentinya untuk mengoceh. Entah sudah berapa banyak orang yang ia ajak berbicara secara asal. Pengendara yang melaju bersebelahan dengan mereka bahkan sampai memberikan tatapan aneh, seolah baru melihat bagaimana orang kelainan sedang menaiki kendaraan.
“Mas itu awas peliharaannya lepas”
“Ngeri juga kalo sampai dibiarin keliaran.”
“HEH ANJING LO! KALO PUNYA LIDAH DIPELIARA YA SAT!!”
Setelah dipikir-pikir ternyata Arel luar biasa tenang, berbeda dengan Ivona yang serampangan.
“Congor lo diem kalo gamau gue cekokin miras” Arel mulai terlihat kesal saat beberapa pengendara lalu lalang berteriak menyumpahi keduanya.
Ivona langsung syok ditempat, “astagfirullah ukhti” ujarnya pelan diselingi gelengan kepala tidak habis pikir.
Detik berganti menit hanya ada keheningan menyapa keduanya. Melihat bagaimana gerbang Darmaja yang menjulang megah di ujung sana mulai menampakkan hilal, gadis itu menghela lega.
Semakin dekat semakin diperhatikan, beberapa kendaraan terlihat mencoba untuk menerobos masuk dengan tidak sabaran. Tidak salah lagi, anak-anak bengal yang kerap langganan BK menjadi dalang utama penyebab kekacauan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATTHAREL
Teen FictionSub karakter dari cerita ini adalah Attharel Shayer Rodego. Seorang cowok yang setiap langkahnya selalu dikelilingi oleh berbagai macam gosip dan rumor. Dia orang yang populer dalam lingkup sekolah, tetapi bukan cuma populer di sekolah saja, dia dia...