'ATTHAREL : 07'

79 38 0
                                    


“Pulang sekolah maen ke tempat Ivona aja dulu, jangan langsung pulang ke rumah” begitulah isi dari pesan suara yang masuk beberapa menit lalu.

Arel menatap handphonenya dengan pandangan datar, cowok itu tidak menggubris pesan yang disampaikan oleh sang Mama. Ia yang terdiam di pekarangan rumah tanpa turun terlebih dahulu dari motornya, perlahan memejamkan mata lelah.

Suara teriakan melengking, bunyi bentakan dan pukulan, serta barang-barang yang dibanting berangsur terdengar menjadi satu kesatuan, masuk ke dalam telinga Arel dengan begitu tidak sopan. Selesai sudah masa tenang yang beberapa hari ini dilalui oleh cowok berjaket hitam tersebut.

Ia perlahan mendongak, menatap sebuah bangunan minimalis yang berjarak beberapa langkah dari tempatnya berdiam. Rumah milik Ivona yang terlihat begitu gelap dan suram, bahkan tidak ada bedanya dengan rumah yang ia tempati sekarang.

Netra sinis cowok itu mengamati pergerakan seorang gadis yang lengkap masih menggunakan seragam sekolah, keluar dengan membanting pintu diselingi umpatan kasar yang terlontar dari mulutnya.

Terkekeh dengan gelengan kepala pelan, Arel membawa langkah untuk mendekat dengan gerakan yang cukup lebar ketika dirasa teriakan di dalam semakin menjadi adanya.

“SEMUANYA BOHONG! ITU CUMA AKAL-AKALAN KAMU KARENA MAU TERUS SAMA PERAWAN ITU KAN?!”

“MEMANG HARUSNYA WAKTU ITU AKU NGGAK PERNAH MAU DIAJAK BUAT KE JENJANG PERNIKAHAN INI!”

“KALO AKU TAU DARI DULU AKHIRNYA BAKAL KAYA GINI, AKU BERHARAP KITA JADI ORANG ASING YANG NGGAK PERNAH KENAL SATU SAMA LAIN!!”

“ALETTA!!!”

PRANG!

Sebuah botol kaca berukuran sedang yang dilempar secara asal, menghantam keras pelipis Arel yang tengah berdiam tenang di depan pintu. Pun, dengan telinga cowok itu yang terlihat sobek akibat dari gesekan kaca pada kulit putih pucatnya.

Tetesan darah perlahan menetes mengotori lantai marmer, Arel berdecak malas. “Ah, dasar...”

“Udah gue duga bakal kaya gini,” gumaman pelan dari cowok itu membuat pergerakan keduanya spontan terhenti.

Wanita yang terlihat masih muda dengan tampilan bak model itu menutup mulut tidak percaya, ia terlihat begitu syok ketika netranya menangkap bahwa darah sang anak tidak mau berhenti untuk mengalir.

See? Siapa di sini yang berperan sebagai pelaku tapi berlagak sebagai korban?” Suara pria gagah mengintimidasi.

“Kamu selalu nyalahin orang atas segala hal yang kamu perbuat, nggak mau bertanggung jawab, dan selalu menghindar setiap punya masalah.”

“Perlu kamu ketahui, kamu itu pengecut Aletta Andromeda!”

Melihat bagaimana tubuh wanita itu bergetar dengan hebat disertai gigitannya pada jemari jempol yang kuat, Arel tau bahwa serangan panik Mamanya datang.

Ia membuang nafas kasar “Ayo keluar, Papa” ujar Arel.

Melalui sudut matanya, ia menyipit tajam. “Lain kali jangan cari perkara dengan dateng ke sini ya”

“Selain menganggu, aku juga muak liat muka Papa.”

Mereka berdua sama-sama melemparkan tatapan dingin, tidak terlihat apa pun di netra keduanya selain ujaran kebencian satu sama lain. Arnault, menjadi orang pertama yang mengakhiri tatapan itu. Ia melangkah pergi setelah menepuk beberapa kali puncak kepala putranya yang tentu saja langsung mendapat penolakan kasar dari sang pemilik.

Cowok itu mendekat pada sang Mama yang langsung duduk bersimpuh dengan lemas selepas kepergian dari seorang pria yang Arel panggil sebagai Papa. Ia berjongkok sembari tangannya memegang kedua bahu wanita itu.

ATTHARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang