'ATTHAREL : 04'

143 101 31
                                    


Malam ini di tengah-tengah alun kota yang ramai akan pengunjung para muda mudi, Ivona beserta Arel yang merupakan bagian dari kerumunan itu memilih hanya berdiam diri seperti orang bodoh tanpa terlihat melakukan apapun.

Sibuknya orang-orang yang melontarkan sindiran secara terang-terangan kepada keduanya, ternyata tidak semata-mata membuat mereka memiliki keinginan untuk beranjak pergi.

Arel menghela lelah. Ada kiranya 15 menitan mereka seperti ini tanpa melakukan apa pun. Cowok yang mengangkat fashion kemeja hitam dengan lengan digulung sebatas sikut, dipadu celana senada, beserta sneaker putih yang menjadi outfitnya malam ini, terlihat begitu memabukkan.

Meski tenggelam di dalam banyaknya jumlah manusia yang ada, nyatanya tidak cukup kuat untuk menyembunyikan pesona lelaki ini.

Berdecak adalah respon pertama yang Arel keluarkan ketika netranya menatap sinis Ivona yang hanya diam merunduk memandangi sepatu yang dikenakan.

Cewek itu tidak banyak bicara setelah pulang sekolah. Ia jadi bertanya-tanya, kali ini apa yang dilakukan oleh orang-orang rumah itu sehingga mampu untuk membuat Ivona bungkam hampir berjam-jam.

"Jalan kalo nggak mau gue tinggal" Arel mendengus, ia membawa kedua kaki jenjangnya menghampiri seorang pedagang kaki lima yang terlihat berjualan aneka macam kue.

Ivona mengekor. Adanya kursi panjang yang tersedia membuat cewek itu tanpa pikir dua kali langsung mengistirahatkan tubuhnya dengan bersandar.

Ia membiarkan Arel melakukan apapun yang disuka hanya untuk malam ini, karena demi Tuhan, Ivona benar-benar habis tenaga bahkan hanya untuk berbasa-basi pada sosok sahabatnya tersebut.

Perkara insiden kejar-kejaran yang berakhir dengan membawa raga orang tua, Ivona jadi menerima berbagai macam gamparan dari segala sudut arah.

Karena merasa pundung, ia berniat untuk mencari ketenangan, namun naasnya malah dipertemukan dengan sosok Attharel sedang membeli minum. Mana cowok itu dengan tengilnya mengatakan bahwa ia macam pengemis, benar-benar bajingan tengik berkedok cowok cool.

"Kalo laper tuh bilang nggak usah ngorek-ngorek sampah begitu."

"Noh ambil, makan sono sama plastiknya." Cowok itu melemparkan sebungkus plastik yang begitu banyak macam aneka kue di dalamnya, beserta dengan air mineral yang sudah ia buka segelnya.

Meski terdengar menjengkelkan mendengar lontaran kalimat tersebut, Ivona tetap mengambil pemberian itu dengan penuh rasa syukur.

"Iyaa makasiii yaa."

"Perhatian banget"

"Suka ya?"

"Stress"

Seperti biasa, gapapa-in aja.

Cukup lama mereka terdiam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Ivona menyudahi memasukkan makanan ke mulutnya, ia berganti posisi dengan bersandar pada bahu Arel yang fokus menatap handphone.

Cewek itu menatap lamat rahang Arel, entah apa yang ia pikirkan. Kemudian netra coklat terangnya beralih menatap mata sang sahabat, perlu diketahui bahwa Arel itu mempunyai mata yang indah berwarna hazel dengan tahi lalat disekitar mata kiri, bulu matanya juga panjang nan lentik bahkan mengalahkan kepunyaannya Ivona.

ATTHARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang