'ATTHAREL : 06'

94 56 2
                                    


“Bangsat.”

Serangkaian sumpah serapah mengalun bebas keluar dari mulut cowok itu. Pintu rumahnya yang terdengar digedor-gedor dengan tidak sabaran, memancing gejolak panas keluar dari ubun-ubun Arel. Ia panjangkan lehernya untuk melihat siapa pelaku yang dengan kurang ajar mengganggu tidur sorenya. Sesaat setelah itu, emosinya kembali memuncak ketika terlihat di bawah sana Ivona berkacak pinggang dengan tangan yang tidak mau diam.

“Woy cewek kerdil!” Teriak cowok itu dengan ekspresi seperti ingin melahap kepala orang.

“Mau gue buat buntung tangan ga guna lo itu?” Lanjutnya emosi.

Ivona mendongak, ekspresi kesal tergambar jelas diraut cantik miliknya. “Arel, budeg lo ya? Bukain woy ini pintu! Gimana sih.”

Acungan jari tengah dilayangkan oleh cowok itu. Meski wajahnya terlihat tidak ramah, namun tak urung ia menuruti keinginan Ivona.

Kaki jenjang itu melangkah menuruni gundakan anak tangga, tangan panjangnya menyambar kunci rumah dengan kasar. Dan bantingan pintu menjadi langkah terakhir yang ia lakukan ketika sosok di hadapannya perlahan nyengir tidak bersalah.

“Muka lo kusut banget dah, kek lagi ditagih utang tau nggak?”

“Kalo aja ini di lantai atas, udah gue lempar lo dari jendela.”

Kedua remaja itu duduk di meja dapur dengan kursi yang berhadap-hadapan, Arel membuka kaleng soda yang ia ambil dari dalam kulkas, bunyi percikan di dalamnya membuat cowok itu langsung menegak habis minuman berkarbonasi tersebut.

Jakunnya yang bergerak naik turun membuat cewek bercepol tinggi tersebut terus saja mengamati setiap perubahan ekspresi Arel.

“Ngapain lo ngeliatin gue, upil?”

Wajahnya terlihat sangat tidak baik, ia sedang dalam mood yang jelek. Mungkin jika sekarang yang ada di hadapannya adalah Madhava atau pun Rondemio, sudah bisa dipastikan bahwa Ivona akan dibogem habis tanpa sisa.

Cewek itu mencari aman agar tidak jadi sasaran tinju Arel, ia sepertinya begitu jengkel karena tidurnya terganggu. Jadi lebih baik Ivona bersikap baik.

Mengeluarkan beberapa kertas dengan penuh soal dan jawaban dari beberapa rumus, Ivona mengeluh. Badannya merosot dengan lunglai setelah melihat tumpukan angka yang tersaji di dalam lembar kertas tersebut.

Ia lemah dalam berhitung.

“Ini kan ceritanya besok gue mau ulangan wajib Matematika, terus gua dapet bocoran soal dari si penjaga perpus lantai satu.”

“Gue udah tau jawaban dari 20 soal atas noh, tapi soal selanjutnya nyampe ke bawah gue kaga paham” Ivona geleng-geleng frustasi.

“Bantu aku yang mulia raja,” lanjutnya lesu.

Arel mendengus. Meski masih diliputi rasa gondok, cowok itu tetap melakukan apa yang diminta oleh Ivona. Ia memperhatikan sejenak soal yang akan dituju, kemudian mencoret-coret buku kosong milik cewek itu yang ia yakini tidak lain tidak bukan adalah buku catatan Matematikanya.

Penjabaran tentang rumus Trigonometri yang meliputi Sin, Cos, Tan, dan lain-lain, bahkan tidak bisa ditelaah oleh otak cewek itu. Kepalanya berdenyut kunang-kunang ketika Arel masih saja menjelaskan bagaimana panjang sisi depan sudut dibagi dengan panjang sisi miring.

Ia terdiam dengan wajah cengo, Arel yang melihat pun langsung naik pitam.

“Lo ngerti yang gue jelasin tadi ga sih sat?!”

“Masa gini doang nggak bisa.”

“IQ lo memangnya serendah apa sampe pembelajaran tahun lalu ga paham-paham!!” Ivona yang kepalanya ditunjuk-tunjuk oleh Arel menggeleng tidak sanggup.

ATTHARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang