“Mau tau sesuatu nggak?” kehadiran Ivona yang bersandar pada sebuah tiang dengan tangan bersekap dada disertai mulutnya yang mengunyah permen karet berhasil mengambil atensi penuh Arel, ia yang semula hanya berfokus pada benda pipih ditangan kiri dengan tangan kanan beruratnya yang bertegar indah disetir motor tersebut, mendongak. Menatap sinis cewek di hadapannya yang beberapakali terlihat membuat sebuah letusan balon dari hasil permen yang ia kunyah.“Apa?" Meski begitu, sosok jangkung tersebut tetap saja dengan kesadaran penuh memilih untuk melayani pertanyaan Ivona yang bisa saja melontarkan jawaban diluar batas akal sehat manusia.
"Tapi tutup usia dulu"
"AHAHAHAHAHHA"
"Ga lucu ya?" Ia berdeham canggung ketika mendapati bahwa ekspresi wajah Arel semakin dingin dilihat-lihat.
Tanpa izin, tangan putih Ivona bergerak mengamit sebuah helm dengan tergesa. Arel memang memiliki postur wajah yang tegas, itulah sebabnya jika ia tengah dilanda rasa kesal akan sangat mudah terbaca oleh orang-orang.
Sosok ini pasti sudah cukup lama menunggu akan kedatangan Ivona, Arel tidak suka menunggu, tetapi pemilik tatapan sipit itu gemar sekali membuat orang menunggu, Ivona tersenyum maklum.
Tanpa sepatah kata lagi, cewek itu bergerak menaiki motor Arel. Bersamaan dengan melajunya mereka, sepasang mata yang sejak tadi tidak luput memperhatikan itu ikut pergi meninggalkan tikungan yang kemarin baru saja ia lewati. Benar, Ivona bekerja di cafe tempatnya berteduh malam itu.
Kelap-kelip lampu jalan yang menyorot para pengendara disertai ramainya bunyi klakson akibat kemacetan yang tidak kunjung mempunyai titik temu, Ivona menyorot sebuah kedai yang terletak dipinggir jalan.
Cewek itu melirik Arel lewat kaca spion, mengamati lekat wajah datar tersebut yang menatap tegas ke depan sana. Sialnya, tampang betenya itu sudah menjadi hak paten dari ketampanan seorang Attharel.
"Tadinya gue mo bungkusin lo makanan, tapi ga jadi." Ivona mengawali pembicaraan dengan menyenderkan pipinya dipunggung kokoh nan tegap tersebut.
Arel melirik sekilas ke arah kaca spion, "mana?" Jawaban sekaligus pertanyaan tidak jelas itu mengundang kerutan bingung yang tercipta.
Ia bangkit dari sandaran nyamannya, "apanya anjir?"
"Yang lo bungkusin anjing"
"Dibilang ga jadi anjing."
"Lo jangan mancing-mancing emosi haelah."
"Kenapa ga jadi?" Dengan terlontarnya pertanyaan itu, Arel melajukan pelan motor miliknya.
"Gue lupa kalo makanannya gabole dibungkus, harus makan di sana."
"Lo, belum makan? Mau singgah cari makan dulu ga?"
"Gue deh yang traktir," lanjut Ivona karena tidak kunjung juga mendapat sahutan.
"Oke. Gue mau sushi sama ramen."
"Heh!" Cewek itu reflek menggeplak kuat helm full face milik sahabatnya.
"Makan aja apa yang gue beliin." Panik dikit ketika Arel meminta makanan yang tidak-tidak, bisa raib semua gaji pertamanya karena memberi makan orang kaya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATTHAREL
Teen FictionSub karakter dari cerita ini adalah Attharel Shayer Rodego. Seorang cowok yang setiap langkahnya selalu dikelilingi oleh berbagai macam gosip dan rumor. Dia orang yang populer dalam lingkup sekolah, tetapi bukan cuma populer di sekolah saja, dia dia...