Chapter 3 - Slave

3.3K 196 44
                                    

Erica berada di supermarket dan kini sedang bimbang memilih jenis daging mana yang akan ia beli. Pandangannya menangkap seorang wanita yang kini tak jauh darinya, ia pun mencoba biasa saja, bahkan pura-pura tak melihat wanita itu.

"Apa kau sedang pura-pura tak melihatku, Erica-ssi?" Tanya Tiffany tapi matanya menatap barang yang tertata di supermarket tersebut.

"Anyeonghaseo, Tiffany-ssi." Ucap Erica pelan kemudian pergi.

Tiffany hanya tersenyum kemudian kembali mengikuti Erica diam-diam. Semua pertemuannya dengan Erica sejak awal bukanlah sebuah kebetulan, namun memang kesengajaannya. Bahkan ia sengaja menabarak wanita tak bersalah itu dengan mobilnya.

"Erica-ssi, ayo pulang bersama." Ucap Tiffany yang tiba-tiba menggenggam tangan Erica saat sudah keluar dari supermarket. Erica menolak dengan sopan.

"Saya sekalian ingin menemui Suster Maria, ada sesuatu yang akan kami bicarakan. Maka dari itu, ayo sekalian kita pulang bersama." Ucap Tiffany begitu meyakinkan. Erica pun akhirnya mau dan mulai masuk ke mobil Tiffany.

Erica hanya terus menatap jendela berusaha menghindari tatapan Tiffany, entah mengapa ia merasa begitu canggung. Tiffany yang melihat itu menganggap ini sebagai kesempatan. Dengan pelan namun pasti ia sampingkan mantilla milik Erica dan mulai menyuntikkan obat bius di leher belakang Erica.

Erica tidak sempat melakukan penolakan maupun pencegahan, saat ia berbalik merasakan sakit di belakang lehernya obat bius itu sudah bekerja begitu cepat. Tiffany masih menatapnya dengan senyum polosnya, hingga setelah itu tubuhnya terasa lumpuh serta dirinya kehilangan kesadaran.

____________________________

"Erica... bangunlah."

Saat membuka matanya pertama kali yang ia lihat adalah Tiffany yang menatapnya lekat.

"Tetaplah di sini, jika kau berlari aku akan menyakitimu."

Erica yang ketakutan pun langsung keluar dari ruangan asing ini, namun saat ia keluar dua pria besar kembali menyeretnya ke dalam. Kedua tangannya ditahan oleh pria-pria besar itu. Tiffany kini maju dan menatapnya tajam.

"Bukankah sudah ku bilang? Jika kau berlari kabur aku akan menyakitimu." Ucap Tiffany lalu mengeluarkan pisau kecil dan menggoreskannya ke leher Erica.

"Jangan berteriak kesakitan apalagi menangis, aku akan menggoreskan pisau ini di bagian tubuhmu yang lain jika kau melakukannya." Ucap Tiffany sambil membuka mantilla yang menutup kepala Taeyeon dan kini terlihatlah rambut hitam panjang gadis itu.

Sedangkan Erica hanya memejamkan matanya merasakan perih di lehernya, luka itu tak terlalu dalam namun itu cukup lah perih. Darah mengalir ia rasakan hingga masuk ke bagian dadanya, serta sedikit merembes di baju putih bersihnya. Ia ingin menangis saat Tiffany membuka mantillanya, benda yang merupakan mahkota baginya.

"Berterimakasihlah pada wajah menawan dan keluguanmu. Berkat itu aku jadi menyukaimu." Ucap Tiffany.

"Kau ingat saat aku mengatakan aku menyukaimu yang seharusnya tak boleh kulakukan? Itu bukan karena kau merupakan biarawati, tapi karena aku membencimu." Ucap Tiffany lagi.

"Akan sangat menjengkelkan jika aku sudah sangat membencimu namun dengan semua pesonamu kau bisa membuatku jatuh hati."

"Kenapa anda membenci saya? Apakah saya pernah melakukan kesalahan yang tidak saya sadari?" Tanya Erica.

Tiffany mengambil remote dan mulai menyalakan proyektor yang kini menampilkan gambar di dinding putih ruangan ini.

"Orang brengsek itu adalah Ayahmu. Aku sangat membencinya, aku juga membenci semua yang berhubungan dengannya. Termasuk dirimu." Jawab Tiffany memperlihatkan gambar itu pada Erica.

PERFECT SLAVE (COMPLETED)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang