Chapter 8 - Farewell In The First Snow

1.3K 177 130
                                    

Seorang wanita tengah berada di tengah-tengah antara kedua ranjang di kamar rumah sakit VIP. Ia memandang dua wanita yang tak sadarkan diri itu secara bergantian. Kemudian menghela nafasnya berat.

"Bagaimana bisa dua orang yang tinggal bersama sakit dalam bersamaan seperti ini." Ucapnya mamandang prihatin keduanya.

"Tiffany, kau tidak hanya menyakiti Erica, tapi kau juga menyakiti dirimu sendiri." Ucap Seolhyun pada Tiffany, walaupun ia tahu wanita itu tak akan mendengarnya.

"Sekretaris Kim..." Seolhyun menengok ke arah Erica yang terlihat sudah sadar.

"Aku menemukanmu dan Tiffany tak sadarkan diri di kamar mandi." Ucap Seolhyun saat sudah bisa menebak wajah bingung Erica yang terlihat ingin bertanya.

Kemudian ia menengok ke ranjang sebelahnya terdapat Tiffany dengan wajah pucatnya masih terbaring lemah.

"Luka bekas tembakan di tubuhmu sudah diobati kembali. Aku pergi dulu Erica, setelah ini ada perawat yang mengantarkan makananmu." Ucap Seolhyun. Erica hanya bisa menanggapi dengan anggukan, karena ia masih merasa lemas.

Setelah Seolhyun pergi, Erica menatap Tiffany lekat dari ranjangnya. Ia juga menatap tangannya yang terpasang infus, lagi-lagi ia kembali sakit, begitu juga dengan Tiffany.

Saat Erica terus menatap Tiffany, wanita mulai bangun dan ia menoleh ke arah Erica. Erica yang melihat itu pun langsung membalikkan badannya menghindari tatapan Tiffany.

"Erica..." Panggil Tiffany lirih.

Erica terlihat ragu untuk menoleh, entah mengapa ia masih enggan menatap wanita yang dengan tega tidak mengizinkannya sama sekali melihat keadaan biaranya.

"Erica, maafkan aku." Ucap Tiffany lagi dengan lemah.

Sebelum Erica merasa iba dan akan berbalik pada Tiffany, pintu ruangan mereka terbuka dan masuklah seorang perawat yang membawa makanan untuk Erica.

"Tiffany-ssi sudah sadar ternyata, setelah ini saya akan memanggilkan Dokter Han kemari." Ucap perawat tersebut mengangkat meja yang bersatu dengan ranjang dan meletakan makanan Erica.

"Taeyeon-ssi, anda bisa makan sendiri?" Tanya sang perawat dan Erica mengangguk.

Erica mulai menyantap makanannya saat perawat tersebut keluar. Tiffany hanya memandang dari jauh Erica yang masih terlihat marah padanya.

Bahkan sampai malam pun mereka masih hanya saling diam. Erica sedang merenungkan kejadian kemarin yang membuatnya putus asa. Bahkan kini ia semakin tak takut untuk mati setelah mengetahui semua penghuni biara dan yayasan itu sudah pergi mendahuluinya.

Satu-satunya yang Erica pikirkan saat ini adalah Esther. Ingin sekali rasanya ia bertemu dengan adiknya untuk yang terakhir kali. Ia ingin meminta maaf kepada adiknya karena tidak bisa menjadi kakak yang baik untuknya. Ia tahu sang adik mengalami kesulitan yang begitu banyak saat ini, dan ia tidak bisa membantunya dengan apapun.

Ia tahu Esther tidak benar-benar mendapat beasiswa, ia tahu adiknya tersebut harus membiayai pendidikannya sendiri, dan ia juga tahu adiknya dibebankan hutang oleh sang Ayah sehingga Esther harus bekerja menjadi seorang wanita malam. Erica tahu, ia tahu semua tentang adiknya, namun bersikap seolah tidak tahu, karena ia tidak bisa membantu sama sekali. Ia rela jika sang adik membencinya, ia pantas untuk menerima hal itu.

FLASHBACK ON

"Kenapa kau menyia-nyiakan beasiswa itu? Seharusnya kau mengambilnya! Dengan begitu setelah selesai pendidikan kau bisa menjadi dokter dan kita keluar dari biara ini!! Sebenernya apa yang kau inginkan? Kau tidak ingin menempuh pendidikan lagi? Erica! Jelaskan padaku!" Teriak Esther bertubi saat mengetahui kenyataan bahwa sang kakak melepaskan kesempatan beasiswa kedokterannya tanpa membicarakan dengannya terlebih dahulu.

PERFECT SLAVE (COMPLETED)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang