1

2.5K 133 10
                                    

Hembusan angin menerpa rambut coklat Taehyung. Namja ini tengah duduk di halte sekolahnya yang sudah sepi. Bahunya bergetar dengan kepala menunduk dan wajah yang di tutupi kedua tangannya.

Namja ini bernama lengkap Kim Taehyung. Putra dari Kim Seokjin dan Kim Namjoon.

Ya, si manis ini menangis. Hatinya terasa sakit sekali saat sebelumnya melihat Jungkook dengan wajah senangnya bercerita kalau Namja itu akan berkencan dengan kakak kelasnya.

Taehyung kembali mengingat saat Jungkook bergegas keluar kelas setelah berpamitan pada Taehyung dengan wajah cerianya. Lalu bodohnya Taehyung juga bergegas mengikutinya dari belakang.

Jungkook sangat senang, pinggangnya direngkuh oleh Namja yang lebih tinggi dari Jungkook, dia tak menolak bahkan terlihat tambah ceria. Jungkook bahkan tak menyadari kalau Taehyung mengikutinya dari belakang dengan jarak yang tak cukup  jauh.

Taehyung tahu mereka belum memiliki hubungan, tapi kini mereka pergi berkencan. Itu artinya akan segera berhubungan. Taehyung juga tahu, Jungkook menyukai Sunbaenim nya itu. Tapi Taehyung hanya bisa diam.

Namja manis itu berusaha meredakan isakannya. Kedua lengan atasnya dia gunakan untuk mengusap air mata yang membasahi wajahnya, bahkan seragamnya dia keluarkan dan diangkat untuk membuat wajahnya benar-benar kering.

Dia tak ingin menangis lagi, suasana sekolah sudah sepi. Ini berarti, Taehyung sudah sangat lama di sini. Eommanya yang cerewet akan mengomelinya nanti.

Taehyung bergegas melangkahkan kaki ke arah komplek perumahan yang tak jauh dari sekolah. Taehyung pun sedang ingin berjalan kaki.

Sisa isakan masih terdengar sesekali. Taehyung hanya berjalan menunduk dan sesekali memperhatikan sekitar. Sepatunya selalu menendang kecil bebatuan yang ada di depannya.

Beribu pertanyaan bertarung hebat di kepalanya.

Tak terasa, langkah kakinya sampai juga di depan rumah minimalis elegan milik eomma dan appanya. Taehyung memberi senyuman tipis pada satpam rumah yang menatap khawatir Taehyung. Sebab penampilan Taehyung acak-acakan. Seragam depan di keluarkan, kotor di bagian lengan depan kanan kirinya,  jangan lupakan mata sembab dan hidung memerah.

Tiba di rumah dia tak mengatakan apapun, masuk lalu menjatuhkan diri di sofa ruang keluarga. Sepatu dan tas nya pun masih menempel.

Seorang Namja turun dari lantai dua karna sedikit terkejut saat pintu utama tertutup dengan suara keras, matanya menangkap batang tubuh yang tergeletak di sofa ruang tamu.

Helaan nafasnya terdengar dengan kepala yang bergeleng dramatis.

"Taehyung, kau ini kenapa?, Kau membuatku terkejut karna menutup pintu terlalu keras, tahu?" omel Namja bernama Kim Seokjin melangkah ke arah Taehyung.

Taehyung mendudukkan tubuhnya sembari menunduk, tentu saja Seokjin belum melihat wajahnya, karna Taehyung duduk membelakangi Seokjin.

Kim Seokjin. Namja ini mengadopsi Taehyung dari panti asuhan, tentu dia tak bisa mengandung karna suaminya juga lelaki, sedangkan dirinya sangat ingin merawat bayi. Berakhir lah mereka mengadopsi bayi yang benar-benar baru lahir dan di tinggal ibunya ke alam sana.

"Eommaaa..." Lirih Taehyung merengek sembari memutar tubuhnya menatap Seokjin dengan mata yang kembali akan menangis.

"Hey, hey, kau ini kenapa?, Kenapa menangis?," Tanya Seokjin panik langsung duduk memeluk Taehyung.

Belum, Taehyung belum terisak, hanya meneteskan air matanya. Dia ingin bercerita pada Namja yang di panggilnya Eomma ini.

"Jungkookie," ucap Taehyung.

"Ada apa dengannya?, Kalian berkelahi?, Bukankah pagi tadi baik-baik saja?, Hm?," Tanya Seokjin menyingkap poni Taehyung agar bisa menatap wajah Taehyung.

"Dia, pergi berkencan eommaaa..." Rengek Taehyung menenggelamkan wajahnya ke dada Seokjin sembari mengeratkan pelukannya menahan isakan.

Seokjin tersenyum paham, anaknya ini sangat mencintai Jungkook, tetapi mereka satu kawanan, mereka sama-sama submissive. Dan Jungkook juga hanya menganggap Taehyung adalah Hyung sekaligus sahabat sekawanan nya. Mereka akrab sedari sekola dasar.

"Kemari, biar ku beritahu." Ucap Seokjin melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Taehyung.

Mata Taehyung tampak memerah dan sudah sembab. Seokjin tau, pasti anak ini sudah menangis karna dia pulang sangat lambat. Tangan Seokjin mengusap wajah Taehyung dengan kain lengan panjangnya pelan.

"Kalian ini sama-sama submissive Tae, kau tak bisa menyukai Kookie. Bahkan kau juga tahu, kalau Jungkook menganggap mu Hyung dan sahabatnya. Ayolah, jangan terus menyakiti hati sendiri," ucap Seokjin menjeda, tangannya kembali menarik Taehyung yang sepertinya akan pecah tangisnya.

Tangannya mengusap halus rambut coklat Taehyung. "Banyak yang menyukai anak manis ku ini. Eomma tau kau ini anak populer di sekolah karna wajah manis mu ini. Atau kau ingin eomma carikan?, Yang seperti apa?," Tanya Seokjin berniat menghibur.

"Seperti Jimin yang berhati lembut? Seperti Eunwo yang berwajah tampan itu? Atau seperti Appa mu?, Ah jangan tak ada lelaki seperti Appa mu lagi." Ucap Seokjin.

"Taetae ingin Jungkook," ucap Taehyung dengan suara serak.

Seokjin menghela nafas, dia tak tau lagi harus berkata apa pada manisnya ini. Dia anak yang teguh pada pilihannya. Sulit untuk membujuk agar dia memilih yang lainnya.

"Sudahlah, jangan menangis terus, kau akan jelek nanti. Eomma tak mau memiliki anak jelek. Sekarang ayo makan." Ucap Seokjin melepas pelukannya dan kembali mengusap wajah Taehyung yang basah.

Taehyung hanya menurut saat tangannya di tarik menuju dapur rumahnya, ngomong-ngomong menangis menguras tenaga juga rupanya. Jangan lupakan sepatu dan tas yang masih di kenakan.

"Eomma, jam berapa Appa pulang?," Tanya Taehyung pada Seokjin yang tengah mengambilkan porsi makanan untuknya.

"Sepertinya sore, besok kan weekend." Jawab Seokjin.

"Ada apa?," Tanyanya.

"Aku ingin di ajari menjadi Dominan," jawab Taehyung sembari menerima piringnya.

"EOH!!," kejut Seokjin menatap Taehyung dengan mata melebar.

"Kenapa kau ini? Huh?," Tanya Seokjin langsung menarik kursi dan duduk dekat dengan Taehyung.

"Jika aku tak bisa jadi submissive untuk Jungkook, biarkan aku jadi Dominan untuknya." Ucap Taehyung sembari menyendok makanannya.

"Hey, tak perlu segitunya. Kau ini obsesi, bukan cinta jika kau melakukan hal itu. Aku tidak melarang mu, hanya saja cinta tak bisa di paksakan, Tae." Ucap Seokjin mengusak lembut rambut Taehyung.

Taehyung meletakkan sendoknya pelan, meminum air putihnya lalu dengan langkah cepat berlalu menuju kamarnya tanpa memperdulikan panggilan Seokjin yang menggema.

Seokjin hanya menghela nafas panjang melihat anaknya menghilang di tangga lalu tangannya memijat kedua pelipisnya.

Sekarang dia membutuhkan Namjoon. Si kepala rumah tangga kecil ini yang tengah bekerja, Seokjin menelponnya. Tak perduli dia akan menggangu atau tidak, inginnya dia izin menemuinya.

Kediaman keluarga bermarga Kim memang sangat damai, biasanya hanya terdengar suara tawa menggelegar yang kadang terdengar hingga keluar rumah. Tapi kali ini, pak satpam malah mendengar teriakan Seokjin pada Taehyung.

***

Book 2
Semoga suka.
Jgn lupa voment, terimakasih.

Ineffable [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang