"Maafkan ketidaksempurnaanku dalam menyayangimu. Aku yang selalu menyayangimu, walau tak pernah menjadi inginmu. Aku tak akan menyerah, meski telah kau hempaskan ke dasar tanah."
- Lalisa
🕊
"Lisa, bangunlah. Apa kau tidak ingin sarapan?" teriak seorang gadis dengan rambut pirang yang sengaja ia biarkan tergerai.
"Aku sudah bangun, kau masuk saja.." balas Lisa dari dalam kamarnya.
Gadis berambut pirang itu pun membuka pintu kamar lalu masuk ke dalam, tak lupa ia kembali menutup pintunya.
Dia adalah Park Chaeyoung, atau biasa disapa Chaeng oleh Lisa. Dia anak dari bibi Nam dan hanya dialah teman yang Lalisa miliki.
"Yaa! Mengapa kau menutupi seluruh tubuhmu dengan selimut? Apa kau sakit, Lisa?" tanya Chaeng yang merasa khawatir pada Lisa.
"Aniya, aku tidak apa-apa.." ucap Lalisa lalu menurunkan selimut yang menutupi tubuhnya itu.
Chaeng memaksakan senyumnya saat melihat wajah Lisa, karena sangat terlihat jelas sekali bahwa Lisa mencoba tersenyum agar Chaeng tidak menyadari bahwa dirinya sempat menangis. Namun, Lisa salah, dia tidak bisa membohongi seorang Chaeng yang telah menjadi sahabatnya sejak kecil.
"Kau tidak bisa membohongiku, Lisa.." batin Chaeng.
"Mengapa kau menatapku seperti itu? Aku tidak perlu dikasihani, Chaeng-ah.."
"Haiissh, siapa juga yang mengasihanimu? Aku hanya iba melihatmu.."
"Yaa! Itu sama saja, hanya berbeda penulisan dan pengucapan saja."
"Kau cerewet sekali, Lisa. Diamlah! Atau kau mau aku sumpal mulutmu itu?"
Lisa hanya bisa berdecih, mau bagaimana pun pasti ia akan kalah jika berdebat dengan Chaeng.
"Bagus! Seperti ini saja kan jadi bertambah cantik.."
Lisa memutar bola matanya malas, ia sudah sangat jengah mendengar pujian-pujian yang keluar dari mulut Chaeng saat dirinya memilih diam saat perdebatan hadir diantara keduanya.
Chaeng tersenyum sambil menyodorkan sesendok makanan di depan mulut Lisa, Lisa pun menerima suapan itu dengan senang hati, lalu keduanya sama-sama larut dalam obrolan yang mereka buat sendiri.
"Nah selesai..." ucap Chaeng dengan riang karena sahabatnya ini menghabiskan semangkuk bubur buatan Ibunya.
"Chaeng-ah.."
"Ah ne, wae Lisa?" tanya Chaeng sesaat setelah mendudukan dirinya di samping Lisa.
Lisa hanya menggeleng pelan sambil menyunggingkan senyumnya ke arah Chaeng, sementara Chaeng menautkan kedua alisnya tak mengerti.
"Gomawo, Chaeng-ah sudah mau menjadi sahabatku selama ini.."
Deg.
Hati Chaeng terasa perih saat mendengar ucapan Lisa baru saja. Chaeng tahu, ada kekhawatiran di dalam hati sahabatnya itu, namun Chaeng tidak ingin mengorek lebih dalam lagi, karena Lisa akan menceritakan semuanya jika merasa sudah tidak bisa lagi menahan gejolak dalam hatinya.
Tangan Chaeng terulur mengelus pucuk kepala Lalisa dengan penuh kasih sayang, layaknya seorang Kakak kepada Adiknya.
"Jennie Eonnie sudah berangkat ke kampus?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae.. | JENLISA [Sistership] ✔
FanfictionAku tidak pantas dipanggil Eonnie dan aku tidak layak mendapat maafmu, tapi aku akan tetap mengatakan Mianhae, Lili-yaa. -Jennie ©matchakopi_, 2020