"Kamu salah, jika kehilanganmu jalanku terarah. Kamu salah, jika kehilanganmu aku jauh lebih bahagia. Kehilanganmu membuatku mengerti arti hancur lebur."
~ Jennie
🕊
Matahari pagi menyapa dengan hangat. Jennie terbangun dari tidurnya, ia meregangkan otot-ototnya dan kemudian ia berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk menyegarkan dirinya.
Setelah selesai dengan ritual paginya, Jennie turun dari lantai atas menuju ruang makan keluarga, namun saat sampai di sana ia tidak melihat keberadaan Lisa yang biasanya akan menunggu dirinya untuk sarapan bersama.
"Nona, Nona Lisa kemana?"
"Mengapa kau bertanya padaku? Cari atau tanyakan sendiri pada Putrimu itu, Bibi Nam." ujar Jennie sedikit kesal pada Bibi Nam.
Bibi Nam menghela nafasnya, lalu ia kembali ke dapur untuk mengambil beberapa masakan yang sudah ia masak. Setelah meletakkan di atas meja, Bibi Nam berpamitan pada Jennie untuk memanggil Lisa.
Dengan langkah pelan, Bibi Nam menaikkan satu persatu anak tangga dan saat berada di depan pintu kamar Lisa, bibi Nam mengetuknya beberapa kali dan memanggil anak bungsu majikannya itu, tetapi tidak ada jawaban dari Lisa.
Took
Took
Toook
"Nona, sudah bangun?" tanya bibi Nam.
"Ini sudah waktunya sarapan, Nona.." lanjutnya lagi.
Bibi Nam masih setia menunggu di depan pintu kamar Lisa dan berharap Lisa akan menjawabnya atau bahkan membukakan pintu untuknya.
"Nona Jennie sudah menunggu dibawah.. Mari kita sarapan bersama.." ujar bibi Nam lagi, namun hasilnya masih sama Lisa tidak menjawabnya.
Bibi Nam menyerah dan ia kembali kebawah dan ia pikir, Lisa sedang tidak ingin diganggu.
Jennie mengangkat sebelah alisnya melihat bibi Nam kembali tanpa Lisa dan ia pun menanyakannya.
"Mengapa anak itu tidak turun?"
"Nona Lisa tidak menjawabnya, Nona. Mungkin sedang tidak ingin diganggu, biar nanti saya bawakan sarapannya ke kamarnya."
"Ck! Manja sekali.."
Setelah itu Jennie melanjutkan sarapannya dan ia memperhatikan bibi Nam yang sedang menyiapkan sarapan untuk Lisa. Jennie menghela nafasnya dan meletakan sendok serta garpu dengan sedikit kasar, itu mampu mengalihkan perhatian bibi Nam.
Taaak
"Waeyo, Nona?"
"Mwo? Aku hanya sudah selesai dengan sarapanku." ketus Jennie lalu bermain ponsel.
Bibi Nam pun mengangguk tanda ia mengerti dan juga tidak ingin merusak pagi dari anak sulung keluarga Kim ini. Saat bibi Na hendak membawa sarapan itu, Jennie mencegahnya dan membuat bibi Nam kebingungan.
"Berhenti dan letakan sarapan itu." ujar Jennie.
"Ta-tapi Nona.."
"Aku yang akan mengantarkan sarapan itu untuk si anak manja.."
Mendengar itu hati bibi Nam menghangat dan terharu, entah sudah berapa lama ia tidak melihat sikap Jennie yang satu ini. Tanpa bertanya lagi, bibi Nam meletakan nampan itu di atas meja dan ia kembali ke dapur sambil membawa piring kotor bekas Jennie sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae.. | JENLISA [Sistership] ✔
FanfictionAku tidak pantas dipanggil Eonnie dan aku tidak layak mendapat maafmu, tapi aku akan tetap mengatakan Mianhae, Lili-yaa. -Jennie ©matchakopi_, 2020