"Maaf, hanya itu yang bisa aku ucapkan. Menyesal, itu kata yang tepat untukku, karena penyesalan itu datang disaat aku telah kehilanganmu."
~ Jennie🕊
Semilir angin sore menerpa wajah seorang gadis yang tengah terduduk di samping sebuah pusara dengan nisan yang bertuliskan Lalisa Kim. Gadis itu terisak, entah sudah berapa lama ia duduk sambil menangis. Menangisi sebuah penyesalan yang tak mungkin dapat diperbaiki, penyesalan yang mungkin akan terus muncul di dalam hatinya.
Jennie, gadis itu tampak kacau dan terlihat sedikit kurus.
Jennie POV
Tak terasa sudah 1 tahun berlalu dan aku, aku masih menyesali sikapku yang dulu begitu jahat padanya. Kini aku merasa begitu kehilangan, bukan hanya kehilangan sosoknya namun juga kehilangan semangat hidupku. Inikah karma untukku?
Aku menangis terisak di sebelah nisan yang bertuliskan Lalisa Kim, tempat peristirahatan terakhir untuknya. Ini masih sulit dipercaya, ia telah pergi meninggalkanku untuk selamanya.
Awalnya aku sempat tidak percaya saat dr. Jisoo menjelaskan perihal penyakit yang di derita oleh Lisa. Dan setelah kepergiannya, kini aku begitu terpukul dan aku pun tidak menyangka jika adik bungsuku menderita salah satu penyakit yang paling berbahaya, Kanker Hati. Dan dr. Jisoo berkata, Ayahnya memberitahu dirinya bahwa Lisa sudah menderita penyakit ini cukup lama bahkan Lisa sudah sering berkonsultasi dengan Ayahnya, kurang lebih saat usia Lisa 13 tahun, namun Lisa meminta dr. Kim merahasiakan ini dari siapapun termasuk keluarganya.
Dan saat dr. Jisoo mulai menangani Lisa, ternyata penyakitnya sudah semakin parah. Dr. Jisoo sempat meminta Lisa untuk memberitahu soal penyakitnya ini pada Appa dan juga aku, namun Lisa bersikeras untuk tetap menutupinya karena tidak ingin membuat Appa sedih, dan juga Lisa tidak ingin membuatku semakin membencinya karena Appa akan semakin memperhatikannya daripada aku. Hingga akhirnya hari dimana Lisa pergi dari rumah, disitulah Lisa sudah mencapai titik kesakitannya dan dr. Jisoo memberitahuku bahwa saat itu Lisa datang ke rumah sakit tempatnya bekerja dengan keadaan yang sangat mengkhawatirkan. Dan kembali, Lisa ingin merahasiakan ini. Dr. Jisoo sempat bimbang, namun akhirnya ia memutuskan untuk memberitahuku soal keberadaan Lisa di rumah sakitnya.
Lalu, apakah sebegitu acuhkah aku sampai aku tidak menyadari atau mengetahui sedikit pun gejala yang ditunjukkannya? Atau karena memang adik bungsuku sangat pandai menyembunyikannya?
Aku mengelus nisannya, membayangkan yang ku elus adalah wajah cantiknya yang selalu menebarkan senyuman.
Namun, tiba-tiba dadaku terasa sakit dan nafasku seakan tercekat, aku sedikit memukuli dadaku hingga merasa lebih baik.
Aku merindukanmu.
"Lili-yaa, rumah terasa sangat sepi tanpa dirimu..." ujarku sambil mengelus nisannya.
Air mataku kembali menetes bagaikan air terjun yang mengalir deras.
"Pantaskah aku mengunjungimu? Dan masih pantaskah aku menyebut diriku sebagai Eonnie mu? Jeongmal, mianhae uri Lili...."
Jennie POV end
Dari arah belakang Jennie, ada seseorang yang berdiri. Orang itu ikut duduk, lalu menaruh buket bunga Lili di atas makan Lisa yang ia bawa. Jennie menoleh lalu tangisnya semakin pecah saat melihat siapa si pembawa bunga Lili itu.
Jennie memeluk erat seseorang itu dan menangis sejadi-jadinya. Orang membalas pelukan Jennie dan ia pun ikut meneteskan air matanya, ia tak kuasa menahan tangisnya saat melihat Jennie yang begitu kacau setelah kepergian Lisa. Ia tahu, Jennie menyesali semuanya, tetapi ia juga kesal pada Jennie yang terus menerus menyalahkan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae.. | JENLISA [Sistership] ✔
FanfictionAku tidak pantas dipanggil Eonnie dan aku tidak layak mendapat maafmu, tapi aku akan tetap mengatakan Mianhae, Lili-yaa. -Jennie ©matchakopi_, 2020