"Dan aku sengaja menuliskanmu hari ini, agar kau menyadari bahwa ada seseorang yang tak pernah kau lihat, tetapi sudah mampu menuliskanmu dalam puisi-puisinya, dan air matanya turun karena tulisannya sendiri."
- Lalisa.
🕊
"Bisakah kau merasa bersalah sedikit?" ketus Jennie saat ia melewati Lalisa yang sedang duduk di ruang tengah bersama bibi Nam.
Lalisa menoleh pada Jennie, ia tersenyum sangat manis. Namun bagi Jennie itu sangat memuakkan, karena senyum itu selalu membawa luka.
"Cih! Aku tidak butuh senyummu, yang aku butuhkan adalah sebuah rasa bersalah dan penyesalanmu!" ujar Jennie lalu ia pergi meninggalkan Lalisa.
Bibi Nam mengelus punggung gadis itu, bibi Nam tahu jika anak majikannya ini sedang menahan tangisnya karena lagi lagi ucapan sang kakak membuat hatinya terluka.
Lalisa memeluk erat bibi Nam, karena saat ini hanya bibi Nam lah yang paham akan hati dan perasaannya.
Rindu, itulah kata yang ada di dalam hatinya. Lalisa sangat merindukan sosok Eomma nya yang begitu menyayangi dirinya. Eomma yang selalu menjadi penenangnya.
"Sssstt.. Tak apa, masih ada Appa, Bibi dan juga Chaeng yang menyayangi Non Lili.." kalimat itu pun mampu meyakinkan hati Lalisa, jika di dunia ini masih ada yang peduli dan sayang padanya. Meskipun dihatinya selalu terbesit kalimat 'tak ada yang sayang Lili'.
"Ah ya, Non harus bersiap-siap karena sebentar lagi Chaeng datang dan ia akan mengantar Non hari ini.." Lalisa hanya mengangguk pelan, kemudian bibi Nam membawa Lalisa ke kamar.
.
Kini pukul 2 siang waktu setempat, disebuah gedung dengan begitu banyak kamar yang menghiasinya, terlihat dua orang gadis sedang menunggu antrian masuk. Gadis yang berambut pirang sejak tadi tak henti-hentinya mengunyah makanan yang sempat ia beli.
"Chaeng-ah, kau tidak lelah?" tanya Lalisa dengan nada jenaka.
"Mwo?"
"Itu, kau sedari tadi mengunyah terus, apa pipimu yang seperti chipmunk itu tidak lelah?"
"Ya! Berhentilah mengolokku Lalisa.."
Lalisa terkekeh, sedangkan Chaeng kesal pada Lalisa karena selalu mengolok dirinya jika sedang makan.
Mereka berdua kembali diam, tak saling bicara satu sama lain. Lalisa yang fokus memperhatikan Chaeng yang sedang sibuk dengan makanan ringannya. Lalisa menyunggingkan senyumnya, betapa beruntungnya ia memiliki teman seperti Chaeng yang tidak pernah meninggalkannya.
"Kajja, kita masuk. Ini sudah giliranmu bertemu dengan Ahjussi itu.." ajak Chaeng tiba-tiba membuat Lalisa sedikit terkejut.
Lalisa mengangguk, lalu mereka berdua masuk kedalam salah satu ruangan yang dominan bercatkan warna putih itu. Lalisa sedikit tegang jika setiap kali memasuki ruangan ini, sudah seperti menghadapi ujian nasional.
Keduanya dibuat bingung saat melihat yang ada diruangan itu, bukan Ahjussi menyebalkan melainkan seorang perempuan cantik dengan rambut dikuncir kuda tersenyum kearah mereka. Sepertinya usia perempuan dengan jass putih khas itu diatas mereka berdua.
"Ada apa? Mengapa kalian seperti melihat hantu?"
"A-ah tidak, kami hanya bingung. Biasanya yang kami lihat diruangan ini adalah Ahjussi menyebalkan, mengapa sekarang dirimu yang kami lihat.." jelas Chaeng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mianhae.. | JENLISA [Sistership] ✔
FanfictionAku tidak pantas dipanggil Eonnie dan aku tidak layak mendapat maafmu, tapi aku akan tetap mengatakan Mianhae, Lili-yaa. -Jennie ©matchakopi_, 2020