Didalam apartemennya, Galenia termenung memikirkan kejadian seminggu lalu yang mampu membuat nya uring-uringan. Bahkan pekerjaan nya dikantor menjadi terbangkalai karna kejadian yang ahh sudahlah.Beribu pertanyaan berputar bak kaset rusak diotak nya saat ini, mengapa Orlan melakukan itu dengannya? Apa karna pria itu mabuk? Tapi rasanya tak mungkin, pria itu dengan jelas menyadari bahwa ia adalah Galenia—keponakannya—atau lebih tepat nya keponakan dari istrinya— Farah.
Atau jangan-jangan— Galenia menggelengkan kepalanya kencang saat sebuah pikiran terbesit dikepalanya. Rasanya Orlan bukan tipe pria yang gemar berselingkuh atau pria yang suka menyewa teman ONS hanya untuk menyalurkan hasrat.
Ting tong
Suara bel membuyarkan Galenia dari lamunan panjangnya, "Sebentaar!" serunya sambil berjalan cepat kearah pintu lalu membukanya.
"Gale!" seorang wanita berambut lilac berteriak dan menatap Galenia dengan matanya yang sembab seperti habis menangis.
Brukk
Galenia sedikit terguncang ketika sahabatnya— Fera menubruk badannya kencang. "Eh— Fera? lo kenapa?" kaget nya.
Fera tak menjawab, ia menangis kencang sambil memeluk tubuh ramping Galenia. Takut dipikir tidak-tidak Galenia langsung membawa Fera masuk lalu menutup kembali pintu apartemennya. Ia membopong temannya itu untuk duduk diruang tamu.
"Tenang dulu okay? Gue ambilin minum dulu ya?" ujar Galenia berusaha menenangkan Fera. Dan saat melihat perempuan itu mengangguk menurut— Galenia langsung berjalan cepat menuju dapur nya dan meraih dua botol air dingin sebelum kembali duduk diruang tamu.
Uhukk
"Pelan-pelan minumnya Fer, gue ga bakalan ambil minuman lo kok" canda Galen ketika melihat sahabat nya itu tersedak.
"Gale, Divo... Divo selingkuh— hiks" Fera kembali mengeluarkan air mata setelah mengucapkan inti masalah nya pada Galenia.
Mendengar perkataan Fera, Galenia menarik nafas panjang. Ia sudah tau dari awal jika akhirnya akan begini. Saat Fera pertama kali mengenalkan kekasihnya itu dulu, Galenia merasa jika Divo memanglah bukan laki-laki yang setia atau bisa menjaga hati. Alias buaya darat. Namun Fera kekeuh jika Divo adalah pria yang baik.
"Yaudah lo jangan nangis dong, jelek tau. Atau malam ini kita pergi cari hiburan? Biar lo ga sedih gini, mau?" usul Galenia.
Fera mendongak menatap Galenia, "Kemana?"
"Ke pasar malam kek, atau ke mall. Terserah deh kemana aja, yang penting lo ga sedih gini"
"Gausah kesana. Tapi gue lagi kepingin ke satu tempat sih, lo mau?" tanya Fera dengan suara serak nya.
"Terserah lo aja. Gue janji bakalan nemenin."
Lalu Fera langsung memeluk Galenia kencang, "Makasih Gale, gue sayang lo!" seru nya. "Yaudah yuk siap-siap" Fera menarik tangan Galenia menuju kamar sang pemilik apartemen.
***
Galenia menatap enggan pada Fera. Sialan! Jika tau perempuan itu akan mengajaknya ke club sudah pasti ia tolak mentah-mentah. Cukup sekali seumur hidup ia memasuki tempat biadab itu, dan kini sahabat sialan nya itu mengajak nya kembali kesana."Lo tuh bener-bener ya Fer!" geram Galenia menatap Fera yang kini tengah mengemudi. Kemana perginya raut wajah nelangsa perempuan itu tadi?! Bahkan ia curiga jika tadi hanya akting belaka si licik ini!
Fera menoleh menatap Galenia, ia tersenyum menunjukkan deretan gigi rapih nya, "Lo udah janji kan, gue ga maksa loh" ujarnya enteng— mengabaikan muka masam Galenia.
Galenia melenguh pasrah, nasi sudah jadi bubur. Mau bagaimana lagi. Setelah mobil nya terpakir rapi di depan Nightclub Galenia langsung keluar menyusul Fera.
"Tck, Gale please. Baju lo jangan ditarik-tarik, ntar jelek, kusur, melar." decak Fera ketika matanya menangkap Galenia yang sedang menarik-narik ujung gaun bawahnya kebawah.
"Bajunya pendek banget Fer, gilak!"
"Ya tahan aja, lo tuh seksi banget tau ga? Awas aja lo tarik-tarik lagi, ntar kepala lo yang gue tarik" ancam Fera menatap Galenia galak.
Mau tak mau Galenia menyingkirkan tangannya dari ujung baju dan menatap Fera jengah. Saat sudah masuk didalam club malam, telinga Galenia langsung disuguhi musik keras yang berdentum-dentum ditemani dengan suasana yang temaram dan kerlap-kerlip.
Deg-deg-deg-deg
Begitu suara jantung Galenia yang kini tengah berdebuk-debuk. Ia heran mengapa banyak sekali manusia yang tahan dengan musik sekeras ini. Apa jantung mereka sudah berevolusi hingga tahan dengan suara besar ini?
"Ayok Gale" Fera menarik tangan sahabatnya itu yang kini tengah memasang wajah nelangsa.
"Lo mau minum apa? Vodka? Wine? Whisky?" tanya Fera setelah sampai didepan meja bar.
Galenia menatap Fera galak, lalu ia beralih menatap bartender yang kini berdiri didepannya, "Orange Juice please."
"Lo mau ikut ke dance floor atau ngga?" tanya Fera. Lalu saat melihat gelengan dari Galenia ia langsung mengangguk dan menyuruh perempuan itu menunggu disini sampai ia kembali.
Galenia menatap kepergian Fera dengan wajah kesal. Benar-benar bedebah! Ia malah ditinggal sendiri disini, Fera sialan. Jujur saja, ia benar-benar risih berada disini. Bahkan sejak ia baru memijakkan kaki kedalam tadi, ia sudah bisa merasakan banyak pasang mata yang menatap lapar kearahnya.
Keberadaan Galenia benar-benar sasaran empuk untuk para pria disini. Gaun merah nya yang kontras dengan kulit putih mulus perempuan itu, belum lagi dada nya yang besar seolah menantang siapa saja untuk menghisap kedua gundukan itu.
"Akh!" Galenia terpekik kaget ketika merasakan sesuatu yang kenyal menempel dipundak nya.
"Lo—" mata Galenia menatap lelaki didepannya dengan berang. "Jangan deket-deket!" serunya kencang ketika melihat pria itu hendak menciumi lehernya.
Belum sempat pria asing itu menjawab, sebuah pukulan sudah lebih dulu mendarat diwajahnya. Galenia menutup mulutnya kaget ketika melihat pria tadi dipukuli dengan brutal.
"Stop– sir tolong hentikan." teriak Galenia. Ia memang marah dengan pria cabul tadi, namun hatinya masih memiliki rasa prikemanusiaan, ia tak tega melihat seseorang dipukuli tepat didepan matanya.
Melihat pria itu berhenti memukuli, Galenia menarik nafas legah, "Terimaka—" ucapan Galenia tergantung ketika melihat pria yang menolong nya itu berbalik badan.
"Om Orlan" bisik Galenia tak percaya.
Orlan perlahan melangkah mendekati Galenia, matanya berkilat marah seolah sedang menahan emosi yang tak terbendung. Suara pria itu terdengar sangat berbahaya ketika berkata pada Galenia.
"What are you doing here, Galenia?." geram nya tepat disebelah telinga perempuan cantik berbalut gaun merah.
***
To be continued ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Yours, Uncle
ChickLitMature Content ⚠❗ Wilayah 21+ ⚠❗ ___________________________ Galenia terjebak hubungan terlarang dengan suami tantenya sendiri! Jatuh cinta dengan Orlan merupakan suatu hal yang mampu membuat Galenia bahagia dan tersakiti secara bersamaan. Perasaan...