Bagian 2

17.8K 113 0
                                    

"Om lepas! Jangan tarik-tarik Gale kaya gini!" teriak Galenia ketika Orlan tak kunjung melepaskan cengkramannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Om lepas! Jangan tarik-tarik Gale kaya gini!" teriak Galenia ketika Orlan tak kunjung melepaskan cengkramannya. Ia yakin kini pergelangan tangannya sudah memerah akibat ulah pria itu.

Setelah sampai disebuah ruangan, Orlan langsung berbalik badan dan menghempaskan kedua tangan Galenia dengan kasar. Ia menghimpit tubuh wanita itu didinding.

"Aku tanya sekali lagi Gale. Apa yang kau lakukan di club sialan ini?!"

Galenia terdiam. Ia memilih menundukkan kepalanya dalam-dalam daripada menghadapi murka seorang Orlan Leopard. Bahkan ia yakin tak ada seorangpun yang sanggup menghadapi murka pria ganas didepannya ini. Ah mungkin saja ada. Tentu saja istrinya- Farah.

"Jawab aku Galenia Coutten. Ku rasa bibirmu itu masih berfungsi dengan baik, bukan?" ujar Orlan lagi dengan nada rendah.

"A-aku"

"Kau apa Gale?" potong Orlan tak tahan dengan kelambatan Galenia dalam menjawab pertanyaan nya. Emosi nya benar-benar memuncak ketika melihat seorang pria yang hampir saja mencumbui Galenia-nya! Bahkan dadanya benar-benar terasa membara saat melihat tatapan para pria di club tadi. Tatapan seseorang yang menginginkan wanita tersebut berada tepat di ranjang nya.

Sialan!

Bughh!

"Akkh!" pekik Galenia tepat setelah Orlan mendaratkan pukulannya didinding. Dapat ia lihat kini tangan pria itu mengeluarkan sedikit darah, yang artinya ia benar-benar memukul dinding itu dengan tenaga yang kuat.

"Om Orlan! What the fuck are you doing?!" tanya Galenia kaget. Ia langsung meraih tangan pria itu lalu menatap Orlan dengan tatapan penuh kecemasan. "Aduh berdarah gini, pasti sakit kan. Om Orlan udah gila ya?!" lanjut nya panik.

Galenia yang melihat Orlan hanya diam langsung menarik tangan pria itu kedalam toilet, ia baru sadar jika saat ini mereka tengah berada dikamar yang cukup besar. Dengan telaten Galenia langsung langsung membasahkan handuk yang ia temukan lalu menggosok permukaan kulit tahan Orlan dengan lembut.

"Lain kali kalau marah jangan pukul-pukul dinding lagi bisa nggak om? Dinding itu keras, om pikir om itu punya kekuatan super?" omel Galenia tanpa memperhatikan wajah Orlan yang kini menampakkan ekspresi tertahan.

"Gale, aku bukan anak kecil." geram nya.

Galenia langsung menatap Orlan dengan jengkel, "Maksud om apa? Aku ga bilangin om anak kecil kok!" serunya tak terima. Apa-apaan coba, perkataan Orlan ini tak nyambung sama sekali.

Ketika hendak kembali mengomel, Galenia langsung terkesiap saat merasakan sesuatu yang kenyal dan kasar menempel di bibirnya. Ia refleks membuka mulutnya, dan sama saja dengan memberikan Orlan akses lebih dalam untuk menjelajahi setiap inci gigi,lidah nya.

"Enhhhh- om janganhhh ahhh" lenguh Galenia. Pikiran setengah waras nya sudah berontak untuk menolak aksi Orlan. Namun ternyata pikiran gila nya lebih dominan, ia mengalungkan tangannya dibelakang leher Orlan lalu langsung menyambut ciuman pria itu tak kalah liar nya.

I'm Yours, UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang