𝐃𝐮𝐚; 𝐏𝐞𝐧𝐜𝐚𝐫𝐢𝐚𝐧𝐤𝐮

24 19 4
                                    

"𝙎𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙝𝙞𝙡𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙚𝙢𝙖𝙣𝙜𝙖𝙩 𝙨𝙚𝙗𝙖𝙗 𝙜𝙖𝙜𝙖𝙡 𝙢𝙚𝙣𝙘𝙖𝙧𝙞.
𝙏𝙚𝙧𝙣𝙮𝙖𝙩𝙖, 𝙟𝙤𝙙𝙤𝙝𝙣𝙮𝙖 𝙠𝙖𝙢𝙪."


●♡。♥●♡。♥●♡[-_-]╠♥

"DASAR ADARUSA!"
[Adarusa; orang yang mengambil sesuatu, tapi tidak ada keinginan untuk mengembalikannya.]

Makian demi makian terlontarkan dari orang tua kepada anaknya. Sementara sang anak yang tidak menyetujui kalimat dari orang yang telah membesarkannya itu lantas tertawa sinis.

"Papa ngebesarin kamu untuk menjadi penerus bisnis keluarga. Bukan untuk menjadi pencuri!" teriak Glen, ayah dari anak tersebut.

"Papa tahu, kenapa aku sangat tidak mau mengembalikan boneka ini?" Violet menunjukkan boneka panda, yang sudah tidak berbentuk boneka utuh ke hadapan ayahnya.

"Karena ini mirip aku! Boneka yang dijalankan oleh manusia, sesuai dengan hati mereka. Tidak bisa berbicara, dan hanya dipaksa diam."

"KAMU!!" Glen menampar kencang pipi anak semata wayangnya. Membuat Violet langsung diam di tempat. Dia memandang ke belakang tubuh Papanya--Maya, ibu kandung Violet hanya diam melihat anaknya ditampar.

Tidak ada pergerakan dari seorang wanita yang melahirkan Violet. Justru, Maya malah membenarkan kalimat suaminya. Dan memberikan semua kesalahan pada Violet.

"Kamu harus tahu. Kalau seorang ayah sudah melayangkan tangan ke anak. Jodoh kamu pasti tidak jauh dari Papa. Orang yang keras dan tidak ada perasaan," kata Maya.

Meskipun mata wanita paruh baya itu sedang berlinangan air mata. Sepertinya, Maya tetap kekeh mempertahankan emosi untuk merusak hati lembutnya.

"Itu salah kamu. Karena tidak berbakti dengan orang tua," sambung Maya, kemudian pergi meninggalkan keduanya.

"Sekali lagi kamu buat onar! Papa enggak segan-segan pukul kamu, ngerti?"

Violet membuang muka ke sembarang arah, asalkan tidak melihat Glen.

"Aku diem aja, masih dipukul. Gimana kalau aku udah hancurin bisnis Papa? Mungkin udah meninggal kali," gumam Violet yang terdengar sampai ke telinga Dani. Mengundang kemarahan dari laki-laki usia 40 tahun itu.

●♡。♥●♡。♥●♡[-_-]╠♥

Violet berdiri, berhadapan dengan cermin. Dia membasuh mukanya satu kali. Lalu, memandang ke arah cermin.

Kini, Violet sudah dapat mengambil kesimpulan. Bahwa, menangis tidak menghasilkan jawaban. Lega pun tidak.

Menangis adalah keadaan di mana, suara kita sudah tidak dapat didengar oleh orang lain. Segala macam rasa sakit yang menumpuk di dalam hati.

Violet sangat paham. Kalau sebesar apa usahanya. Tetap saja, keluarga dan teman-temannya tidak akan menghargai Violet.

Itu artinya, Violet tetap berada di garis start. Sedang anak-anak lainnya sudah berlari, karena telah mendapatkan dukungan. Violet tetap diam, tidak berbalik atau pun melangkah ke depan.

Dia masih di sini.

Mempertahankan rasa sakit. Dan, membiarkan luka semakin dalam merusak tatanan perasaannya.

Violet tidak pernah takut dengan preman. Dia bisa bela diri.

Violet juga tidak takut dengan hewan buas.

Saranghae, Cogan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang