𝐋𝐢𝐦𝐚 𝐁𝐞𝐥𝐚𝐬; 𝐈𝐧𝐣𝐮𝐫𝐞𝐝 𝐁𝐮𝐭 𝐍𝐨𝐭 𝐁𝐥𝐞𝐞𝐝𝐢𝐧𝐠

4 3 0
                                    


"𝙏𝙚𝙧𝙡𝙖𝙡𝙪 𝙢𝙚𝙡𝙚𝙗𝙞𝙝𝙠𝙖𝙣 𝙥𝙚𝙧𝙝𝙖𝙩𝙞𝙖𝙣.𝙃𝙞𝙣𝙜𝙜𝙖 𝙩𝙖𝙠 𝙨𝙖𝙙𝙖𝙧, 𝙟𝙞𝙠𝙖 𝙞𝙩𝙪 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙟𝙚𝙗𝙖𝙠𝙖𝙣."

●♡。♥●♡。♥●♡[-_-]╠♥

Violet terkagum pada lukisan kaca yang dipajang di hadapannya. Gambar anggota keluarga lengkap dengan background pemandangan pedesaaan. Jika dilihat lebih detail. Sang pelukis sangat hati-hati dalam melakukan blending––mencampurkan dua atau lebih warna langsung di atas kanvas menggunakan kuas untuk mencapai efek gradasi––agar terlihat aesthetic. Bahkan, sketsa anggota keluarga yang Violet lihat saat ini tampak begitu nyata.

Gadis itu sampai geleng-geleng kepala, saking takjub dengan hasil lukisan tersebut. Dan, menurutnya, ini akan menjadi lukisan paling mahal jika sudah dijual ke pasaran.

"Jangan coba-coba untuk jual untung, lukisan yang lo lihat, loh, ya." Violet menoleh ke arah Michael. Cowok itu seperti memiliki ilmu magi, yang dapat membaca isi pikiran Violet dengan akurat.

"Hish! Kalau pun, gue berhasil jual lukisan ini. Yang ada, besoknya, gue udah ada di pengadilan. Karena menjual hasil karya, tanpa persetujuan pembuatnya."

Michael terkekeh pelan.

"Ini beneran buatan paman lo, Mik?"

Michael mengangguk, singkat.

"The best banget, emang, paman lo! Dia sampai kepikiran untuk melincam konsep keluarga––"

"Melincam?"

Michael memutus kalimat Violet.

"Merancang. Maksud gue merancang. Salbi, tadi. Salbi," jelas Violet.

"SALAH BICARA, MICHAEL. Ya Rabb! Lo itu, kayaknya harus belajar bahasa gaul, deh."

"Lo yang salah ngomong. Kok, gue, yang dimarahin?"

Violet tersenyum kecut. Susah, emang susah! Tidak ada cara lain. Gadis itu harus mengalah, jika tidak mau terjadi perang antar sahabat.

"Oke, maaf. Ada minum? Gue haus."

Violet melangkah ke sisi yang lain. Dia mengambil tempat duduk di sofa, setelah sebelumnya mengeluarkan ponsel dari saku kemeja seragamnya.

"Orang tua lo masih lama, kan, pulang dari Australia-nya?" tanya Violet, basa-basi.

"Kenapa? Lo mau nginep di rumah gue?"

Violet menggeleng singkat.

Dia tidak menatap mata Michael. Karena gadis itu sudah tenggelam dengan aplikasi permainan cacing di ponselnya.

"Cuma tanya," lanjut Violet.

"Lo udah janji sama gue, kan, buat jadi anak baik?"

Violet tidak membalas. Gadis itu tetap asik dengan dunia per cacing'-annya.

Sebab merasa kesal, tidak mendapatkan perhatian. Michael merebut ponsel dari tangan Violet.

"Ih, Michael!! Cacing gue udah––"

"Belajar," putus Michael.

"Gue udah belajar di sekolah. Otak kecil gue cuma mampu bekerja di waktu-waktu tertentu, Michael!!"

"Enggak ada alasan, Violet!" Michael tetap berkeras hati.

"Atau, lo mau langsung belajar langsung sama ahlinya?" Tawaran dari Michael, membuat Violet menaikkan salah satu alisnya.

Saranghae, Cogan!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang