"𝘽𝙚𝙧𝙠𝙖𝙩𝙖 𝙗𝙖𝙞𝙠-𝙗𝙖𝙞𝙠 𝙨𝙖𝙟𝙖, 𝙗𝙪𝙠𝙖𝙣 𝙗𝙚𝙧𝙖𝙧𝙩𝙞, 𝙨𝙚𝙜𝙖𝙡𝙖𝙣𝙮𝙖 𝙟𝙪𝙜𝙖 𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙢𝙚𝙢𝙗𝙖𝙞𝙠."
●♡。♥●♡。♥●♡[-_-]╠♥
Violet memijakkan kaki di depan gerbang rumahnya yang menjulang tinggi. Vista tanaman gantung menjadi objek pertama matanya memandang.
Bagi sebagian banyak orang. Rumah adalah tujuan kembali. Tapi, bagi Violet itu tidak lebih dari penjara yang menawarkan ketidaktenangan.
Violet mengalihkan pandang ke arah shopping bag berisi beberapa buku yang baru dibelinya bersama Michael. Cowok itu sudah bekerja keras, dan berkeinginan untuk mengubahnya menjadi gadis baik.
Violet mendesah, singkat. Ini tidak mudah dia lakukan, tetapi dia juga tidak mau mengecewakan Michael.
Setelah melirik sekilas jam tangan digital di pergelangan tangan kirinya––Violet memutar tubuh, dan memilih untuk berjalan di sekitar perumahan, dekat rumahnya.
●♡。♥●♡。♥●♡[-_-]╠♥
15 menit yang lalu.
Michael diam, keningnya mengerut tipis, seperti sedang memaksa untuk mengingat.
"Oke, gue bakal cerita lebih rinci. Jadi, waktu malam Kamis. Arsen hubungi kita dan ngajak untuk bolos pelajaran pertama."
Michael menghela napas, sebelum melanjutkan.
"Dia yang kelupaan ngerjain prakarya. Eh, malah kita yang disuruh ikut bolos juga. Nemenin dia tidur di uks."
Violet tidak menyahut. Dan fokus mendengarkan, seolah dia adalah seorang detektif profesional.
"Alhasil, kita bertiga cari alasan, pura-pura sakit biar bisa tidur di uks. Kenyataannya mah yang tidur cuma Arsen. Leo sibuk sama bukunya. Dan gue––waktu yang sangat berharga, pastinya gue pakai buat ngegame. Kapan lagi, bisa punya waktu lebih." Michael hanyut dengan ceritanya, sesekali cowok itu tertawa, mengeskpresikan diri.
"Tapi ... lo enggak ke ruang musik, 'kan?"
Michael menggeleng, sambil tersenyum.
"Enggak, lah. Ruang musik di ujung selatan.UKS di utara. Gue enggak ke sana. Kenapa? Gue orangnya enggak ingkar janji, kok. Gak bakalan bocorin tempat angker sekolah kita."
Violet ketiga kalinya memukul lengan Michael. Meski hatinya sedang gundah, dia tetap harus bertingkah normal.
"Iya juga, sih. Kurang kerjaan banget lo ke selatan."
Michael menjentikkan jari sambil berbicara, "Nah, eta!"
"Ada masalah?" tanya Michael, saat menatap Violet––gadis itu terlihat murung, dan tidak bersemangat.
Violet ternyata salah. Dia pikir, dia bisa terlihat baik. Tapi ternyata hal yang dia yakini baik, tidak bisa membuat segalanya membaik.
"Enggakpapa, kok," jawab Violet, mengeluarkan senyum palsu.
"Lo ... enggak nyembunyiin bom di ruang musik, 'kan?" tebak Michael. Cowok itu segera menghindar, saat Violet hendak meninju lengannya lagi. Oke, pukulan Violet memang tidak terlalu sakit. Tapi ...dia, kan, bukan samsak?
"Lagian, aneh aja. Anak pemilik rumah sakit, diemnya malah di ruang musik. Bukannya di uks gitu, nemenin obat-obatan yang kesepian."
Violet tersenyum, singkat.
"Lo suka musik, Vi? Pengin jadi penyanyi? Komponis, Arranger, atau apa gitu namanya, yang ahli di bidang musik?"
Violet menggeleng.
"Gue pengin jadi diri sendiri, Mik," jawab Violet, jujur.
"Bentar lagi kenaikan kelas 12. Lo harus putusin, apa impian lo selama ini. Apa itu baik untuk masa depan lo. Karena kalau enggak dipikirin sekarang. Lo bakal nyesel suatu saat nanti, Vi."
Violet diam. Ya, benar kata Michael. Masa depan. Masa depan tidak selalu tentang cinta, karena tujuan kita hidup tidak hanya ingin dicintai dan memiliki pasangan. Tapi juga pekerjaan, pendidikan, dan itu semua adalah masa depan. Mau jadi apa kita? Mau sampai kapan begini terus? Sebelum mencari definisi bahagia, cari dulu apa yang diperlukan oleh diri sendiri.
Apa hanya tersenyum dan tertawa, sudah bahagia?Tidak punya mimpi, bisa bahagia?
Violet masih diam. Sementara Michael––setelah merasa sudah mengatakan yang sejujurnya, cowok itu melangkah ke sudut rak buku yang lain. Saling tolong-menolong adalah prinsipnya. Tentu, hari ini dia sedang membantu Violet memilih buku.
Michael tidak pernah ada pikiran, kalau dia akan mendapatkan saingan jika membantu Violet belajar. Justru, baginya, siapa yang akan menanam, dia yang akan menuai.
●♡。♥●♡。♥●♡[-_-]╠♥
'Thank's for reading! See you in the next chapter, guys!'
And, don't forget to leave a vote and comment.
Warm Hug,
ELEANOR SH
KAMU SEDANG MEMBACA
Saranghae, Cogan!
Teen FictionSaranghae, Cogan! "Kamu adalah alasan hatiku berdetak." *** Violetta Marissa--layaknya gadis normal sebayanya, Violet akan berteriak histeris saat melihat laki-laki tampan yang mendekati paras sempurna. Violet yang memiliki karakter bak seorang '...